19. Semua Demi Adhisty ✓

77 15 4
                                    

Marsella berkali-kali memukul kepalanya sendiri dengan kekuatan penuh, merutuki dirinya sendiri yang merasa lalai menjalani tugasnya sebagai anak perempuan pertama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marsella berkali-kali memukul kepalanya sendiri dengan kekuatan penuh, merutuki dirinya sendiri yang merasa lalai menjalani tugasnya sebagai anak perempuan pertama. Gadis itu tak bisa menjaga adiknya sendiri, bahkan tak tahu bahwa selama ini adiknya mengalami stress.

“Sudah berapa kali dia mencoba bunuh diri di dekat nadinya? Kenapa kalian tidak ada yang tau?”

Seorang Adhisty melakukan percobaan bunuh diri tanpa diketahui siapapun? Itu hal yang benar-benar hebat, dalam benak Marsella.

Pantas saja selama ini ia selalu memakai baju lengan panjang, dan menolak memakai baju lengan pendek meskipun hari sedang panas. Ternyata itu alasannyaㅡmenutupi bekas luka di pergelangan tangannya.

Marsella duduk bersandar pada dinding UGD, kemudian melirik Arshelin dan Nishala yang kini tertidur lelap diatas kursi tempat ia duduk sebelumnya.

“Gila!” Pekik Marsella tertahan, gadis itu menghela nafas gusar dengan sedikit kekehan remeh.

“Makin sinting aja, gue. Hal kecil kayak gini aja lo nggak sadar, Marsella. Adek lo yang paling murah senyum ituㅡ” Marsella tak bisa melanjutkan kalimatnya, gadis itu menunduk dengan tangan yang kini memeluk lututnya. Mati-matian ia menahan isakan yang membuat dadanya semakin sesak dan sakit, ia tak ingin terlihat lemah di depan adiknya.

Julian sama sekali tak bisa dihubungi, hal itu membuat Marsella semakin kesal dan jengkel terhadap Sang Kepala keluarga. Hal penting yang harus ia ketahui mengenai anak kesayangannya saja, Pria itu enggan mengangkat panggilannya.

Apalagi jika dirinya? Julian mungkin sudah tertawa bahagia jika dirinya yang mengalami hal seperti ini.

“Anak lo masuk rumah sakit, bangsat!” Gertak Marsella, pelan. Ia menahan semua rasa emosinya hingga urat lehernya terlihat. Rambut panjangnya itu ia biarkan terurai agar tak ada seorangpun yang dapat melihat wajahnya saat ini.

Adhisty sendiri masih belum terlihat tanda hilal keluar dari ruang UGD, entah apa yang tengah Dokter lakukan di dalam sana sehingga memakan banyak waktu. Sekarang saja, waktu menunjukkan pukul satu dini hari.

“Harusnya gue nggak ajak Shelin sama Shala, mereka harus istirahat...” Lirih Marsella, pelan.

Dan kini, Marsella hanya akan merutuki dirinya sendiri hingga matahari terbit. Sembari menunggu Adhisty sadar dan selesai di operasi kecil.

***

“Lo kenapa?”

Adhisty menelan salivanya kasar tatkala pertanyaan dengan nada datar itu mengarah untuknya. Gadis itu terdiam sejenak dengan jantung yang berdebar, ia melirik Marsella yang berada di depan ranjangnya seraya bersedekap dada dan juga Nishala yang setia mengelus lengannya agar rasa sakit itu berkurang.

Sementara Arshelin tengah bersandar di dinding dekat pintu, mata tajamnya itu menatap kecewa dan marah kepadanya.

“G-Gue?”

°𝐀𝐊𝐒𝐀 |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang