23. Kekuatan Lima Gadis ✓

73 14 4
                                    

“A-Acel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“A-Acel...”

Arshelin segera bergerak, gadis itu menghampiri Marsella tanpa banyak berbicara. Begitu juga dengan Nishala yang kian berlari menghampiri Marsella.

“Cel!” Maulani ingin melangkah, namun gadis itu ditarik oleh Adhisty dengan cepat.

Maulani mulai terisak perlahan, mau tak mau Adhisty memeluknya guna menenangkan gadis itu.

“Jangan nangis, Kak...”

Maulani menutup mulutnya sendiri, gadis itu memalingkan wajahnya tatkala melihat kondisi Marsella yang benar-benar menyedihkan.

Gadis itu terlihat tak sadarkan diri sembari terlentang dengan tenang, dengan wajah yang pucat bak mayat dan sisa darah mimisan yang kini sudah mengering di sekitar mulutnya. Bibirnya membiru, rambut yang berantakan, serta keringat dingin yang sudah ada dimana saja. Tubuh gadis itu juga kotor karena terkena debu dari gudang.

Arshelin dan Nishala sibuk mengangkat tubuh Marsella dengan sekuat tenaga mereka. Untung saja Marsella memiliki tubuh yang ideal, sehingga memudahkan mereka untuk mengangkat tubuh kecil malang itu.

“Bawa ke kamarnya sekarang” Perintah Adhisty, yang kemudian Arshelin dan juga Nishala kompak berlari keluar dari gudang menuju kamar Marsella sembari mengangkat tubuh itu.

Sesampainya di kamar Marsella, kini tubuh Sang pemilik kamar tengah dipindahkan di sofa. Mereka tak memindahkannya ke ranjang, mengingat bahwa tubuh Marsella dipenuhi oleh debu kotor.

“Kak Acel panas banget, Kak” Nishala nampak panik, membuat gadis-gadis itu bergerak cepat.

“Y-Yaudah, Adhis sama Shala bantuin gue urusin Acel. Shelin, gue minta tolong lo buat beli Nasi Goreng depan komplek, kita nggak sempet masak soalnya” Ujar Maulani tetap tenang meskipun air matanya sudah bergelinang.

Arshelin mengangguk setuju, gadis itu segera keluar dari kamar Marsella guna mengikuti perintah Maulani untuk membeli Nasi Goreng. Gadis itu mengambil jaketnya, kemudian berlari keluar dari rumah sebelum Julian keluar dari ruangannya.

Sementara di dalam kamar hanya ada Maulani yang tengah mengipasi Marsella yang nampak kegerahan. Adhisty memutuskan pergi ke dapur untuk mengambil sebuah baskom, begitu juga dengan Nishala yang tengah mencari kain di kamarnya sendiri.

“Cel...” Lirih Maulani, ia berusaha untuk membangunkan Marsella.

Seperti yang diharapkan, Marsella membuka matanya perlahan-lahan, mengerjapkan matanya berkali-kali guna memperjelas pemandangan di depannyaㅡah, dia sudah tak ada di gudang. Dan kini, hanya Maulani yang ada dihadapannya dengan mata yang bergelinang air mata.

“Lan? Jangan nangisㅡ”

“Gue ngeliat lo luka kayak gini gara-gara kemaren lo diseret sama Papa, terus lo demam tinggi yang bikin gue juga ikutan demam, masih bisa nyuruh gue jangan nangis?? Nggak, Cel! Semuanya gara-gara lo, makanya gue nangis!” Sentakan Maulani sukses membuat Marsella terdiam.

°𝐀𝐊𝐒𝐀 |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang