Matahari kian datang menerangi bumi agar makhluk yang singgah di dalamnya dapat melakukan aktivitas selanjutnya di hari yang baru. Suara kicauan burung dan juga ayam yang berkokok sudah menjelaskan bahwa hari sudah mulai pagi. Semalam sempat hujan deras setelah adanya kekacauan pada malam itu, membuat Adhisty memilih untuk menemani Maulani tidur di kamarnya, sementara Arshelin memutuskan untuk tidur di sofa dekat gudang guna menemani Marsella yang masih terkurung di dalam sana. Arshelin tahu betul bahwa Marsella pasti kedinginan di dalam sana, apalagi kondisi tubuh gadis itu sedang tidak bagus.
Maulani bangun terlebih dahulu, langkahnya perlahan keluar meninggalkan kamarnya dan juga Adhisty. Dengan mata yang masih sedikit membengkak, ia melangkah cepat menuju gudang belakang tempat dimana Marsella dikurung di dalam sana.
“Cel...” Racaunya pelan.
Arshelin mendengar samar suara Maulani meskipun nyawanya masih belum terkumpul, gadis itu terbangun dari sofa perlahan dan memicingkan matanya menatap Maulani.
“Kak Lani?”
Maulani enggan menjawab panggilan Arshelin, gadis itu hanya fokus melangkah hingga kakinya menapak di hadapan gudang. Maulani mengetuk pintu gudang itu perlahan, ia tak ingin membangunkan semua orang di rumahnya itu.
“Cel??” Maulani terus mengetuk, gadis itu memilih untuk berlutut dihadapan pintu karena ia tahu bahwa Marsella berada dibalik pintu sambil terduduk.
Arshelin pun beranjak, gadis itu melangkah mendekati Maulani bertepatan dengan kedatangan Adhisty dengan wajah bantalnya.
“Kak Lani dari kapan disitu?” Tanya Adhisty.
“Barusan” Setelah menjawab, Arshelin kembali melangkah mendekati Maulani diikuti oleh Adhisty dibelakangnya.
“Kak, mungkin Kak Acel masih tidur” Tutur Arshelin, gadis itu turut berlutut guna menyamakan tinggi dan posisinya dengan Maulani.
Maulani menoleh, kemudian menggeleng dengan tatapan lirih.
“Tapi Acel nggak ada balesan, Shel....”
“Tunggu aja, ya. Paling sebentar lagi” Adhisty pun turut menenangkan Maulani dengan mengelus punggung gadis itu lembut.
“Lan...”
Maulani mengerjapkan matanya, sementara Adhisty dan Arshelin saling bertukar pandangan dengan ekspresi terkejut.
“Cel?? Cel! Denger gue, kan!!!” Maulani semakin mengetuk pintu itu dengan kekuatan penuh, lantas Adhisty dan Arshelin menahan tangan Maulani dengan gerakan cepat.
“Kak, jangan berisik. Nanti Papa bangun terus marah lagi, gimana???” Tegur Adhisty, sedikit panik.
“Tapi Acelㅡ”
“Kak Acel bakal dikeluarin malem ini, Kak. Asal lo tetep patuh sama peraturan, semuanya nggak bakal rumit” Potong Arshelin cepat.
Maulani terdiam sejenak, kemudian telinga kirinya ia senderkan di pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
°𝐀𝐊𝐒𝐀 |✓|
Short Story𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐉𝐚𝐮𝐡 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚, 𝐉𝐚𝐮𝐡 𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐥𝐚𝐢𝐧, 𝐧𝐚𝐦𝐮𝐧ㅡ ❝𝑮𝒖𝒆 𝒔𝒆-𝒃𝒆𝒏𝒄𝒊 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒍𝒐, 𝑴𝒂𝒖𝒍𝒂𝒏𝒊. 𝑲𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒍𝒐 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒅�...