20. Nishala dan Kebahagiaannya ✓

115 17 4
                                    

Arshelin, gadis pemilik mata kucing itu tengah duduk diatas sofa dengan kaki kanan yang dinaikkan ke paha kirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arshelin, gadis pemilik mata kucing itu tengah duduk diatas sofa dengan kaki kanan yang dinaikkan ke paha kirinya. Seraya menunggu kedatangan Naomi dan Aqsa yang akan menjemputnya untuk pergi keluar, gadis dengan pakaian serba rapih itu kini tengah mengunyah roti gandum dan mentega yang ia buat sebelumnya.

Setelah mereka pulang dari Rumah Sakit pagi ini, suasana rumah semakin sepi di hari libur seperti ini. Tentu saja karena Adhisty yang harus pergi bimbel sesuai dengan Jam terbangnya, gadis itu tidak akan membolos meskipun sedang sakit juga. Selain itu, Maulani juga tengah pergi bersama teman-teman Olimpiade-nya untuk menikmati hasil kerja keras mereka dengan traktiran dari Guru pembimbingnya. Marsella memutuskan untuk pergi bersama Jasinda, mencari buku dan juga alat tulis lainnya di Toko Gramedia karena ia membutuhkan beberapa buku tulis dan juga buku soal yang akan membantunya mengerjakan soal ujian, nanti.

Arshelin beranjak dari sofa, ingin menunggu kedua temannya dari luar saja sembari menikmati angin sepoi-sepoi pada siang itu. Hari ini dirinya akan pergi ke Dufan bersama kedua temannya untuk sekedar menjernihkan pikiran, tentu saja gadis itu bersemangat sekali menunggu kedua temannya datang.

Namun, suara berat yang dikeluarkan Julian membuat gadis itu menoleh sebelum melangkahkan kakinya keluar.

“Arshelin”

Arshelin menoleh pelan, jantungnya kembali berdetak cepat dengan kepala yang dihantam oleh rasa sakit. Nafasnya mulai tak beraturanㅡdirinya trauma dengan suara berat itu.

“I-Iya?”

“Mau kemana kamu?”

Arshelin menelan salivanya sejenak, “Keluar, sama Naomi Aqsa”

Bertepatan sekali dengan turunnya Nishala dari lantai dua, ia melihat dan mendengar pembicaraan keduanya dengan kerutan di keningnya.

Julian menoleh ke arah Nishala sejenak, kemudian kembali menatap Arshelin.

“Ajak adik kamu, Papa mau pergi juga”

Arshelin melengos, gadis itu menaikkan sebelah alisnya. Begitu juga dengan Nishala yang membulatkan matanya dengan gelengan pelan.

“Hah?? Ng-Nggak usah, Pa. Kak Shelin mau main sama temennya” Tolak Nishala mentah-mentah.

Meskipun dalam lubuk hatinya yang dalam, ia ingin sekali ikut pergi dengan Arshelin berdua. Nishala ingin merasakan kedekatan dengan Arshelin, sekali saja tanpa adanya hambatan dan untuk bersenang-senang.

“Kamu nggak boleh pergi kalo nggak ajak adik kamu. Papa mau ada meeting sama client, jangan tinggalin adik kamu sendiri” Jelas Julian dengan nada datarnya.

Nishala dapat melihat jelas wajah murung Arshelin, apalagi saat tangan lentik itu menggenggam erat ponsel ditangannya.

“Nggㅡ”

“Yaudah, cepetan rapihan”

Nishala melongo, gadis itu tak menyangka bahwa Arshelin akan menyetujui permintaan Julian untuk mengajaknya pergi.

°𝐀𝐊𝐒𝐀 |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang