Tatapan demi tatapan itu terus menghantui pikiran Marsella.
Pasalnya, ia dibuat khawatir dan penasaran akan tatapan orang-orang terhadapnya pagi ini di sekolah. Ia baru saja menginjakkan kaki di depan gerbang, namun tatapan itu membuat dirinya risih. Tolonglah, Marsella baru saja dihantam masalah semalam tentang Arshelin.
Gue salah apaan? Kenapa mereka ngeliatin gue kayak gitu?
Marsella menggelengkan kepalanya sejenak, berusaha melupakan kekhawatirannya dan menghela nafas panjang. Gadis itu terus melangkah di koridor sekolah meskipun banyak pasang mata yang masih setia menatapnya.
Marsella semakin risih, ia tak nyaman dalam posisi seperti ini. Gadis itu memejamkan matanya sejenak, menghentikan langkahnya dan mengambil nafas panjang.
“Tenang, Sel. Nggak akan ada sesuatu yang terjadi sama lo hari ini...”
“Sella!”
Marsella membuka matanya, netranya melirik Jasinda yang tengah berlari dengan nafas tersengal-sengal ke arahnya. Lantas, ia mengerutkan keningnya.
“Jasinda...?”
“Huhh!” Jasinda mengambil nafasnya sejenak, ia menepuk pelan bahu Marsella yang masih menatapnya dengan kerutan di kening.
“Ada apaan, sih? Kok orang-orang pada ngeliatin gue??” Tanyanya, berusaha tak gugup.
Jasinda menghela nafas pendek, “Loㅡdicariin Intan and the gang. Gara-gara lo mukul Si Salsa kemaren, dia nggak terima dan mau ketemu sama lo!”
Intan and the gangㅡjulukan yang dibuat oleh Jasinda untuk sekelompok manusia perundung yang begitu diagungkan dan ditakuti oleh penghuni sekolahan termasuk para guru dan karyawan sekolah. Guru tak pernah ingin ikut campur urusan gadis bernama Intan dalam permasalahannya, tentu saja ada uang sebagai bahan untuk tutup mulut. Intan seringkali merendahkan penghuni sekolah yang kurang mampu, ia membenci seorang yang miskin.
AhㅡMarsella benci sekali dengan sekelompok orang-orang yang sangat sombong dan arogan hanya karena harta. Mungkin, ini adalah waktu yang tepat untuk menemui mereka.
Raut wajah Marsella berganti menjadi begitu datar, gadis itu menepuk bahu Jasinda sejenak.
“Gue tinggal dulu, jangan ikutin gue dan cegah orang-orang yang kepo sama masalah ini” Jelasnya, cepat.
Jasinda memandang punggung Marsella yang semakin menjauh, gadis itu mengerutkan keningnya dengan tatapan yang tak dapat diartikan.
“Semoga nggak ada masalah lagi, kali ini....”
***
Marsella melangkah cepat tatkala ia menemukan beberapa gadis yang duduk dipinggir lapangan itu tengah bercanda ria seraya berdandan tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
°𝐀𝐊𝐒𝐀 |✓|
Historia Corta𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐉𝐚𝐮𝐡 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚, 𝐉𝐚𝐮𝐡 𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐥𝐚𝐢𝐧, 𝐧𝐚𝐦𝐮𝐧ㅡ ❝𝑮𝒖𝒆 𝒔𝒆-𝒃𝒆𝒏𝒄𝒊 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒍𝒐, 𝑴𝒂𝒖𝒍𝒂𝒏𝒊. 𝑲𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒍𝒐 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒅�...