Hanya tersisa yang terakhir, yaitu mengompres bagian dahi. Adhisty dibuat sibuk pagi-pagi buta karena mendengar kabar bahwa Marsella dan Maulani demam tinggi sejak semalaman. Keduanya tampak pucat dan suhu tubuh mereka benar-benar panas.
Untung saja Arshelin terbiasa bangun pagi, jadi dirinya bisa membantu Adhisty untuk mengurus kedua Kakak kembarnya itu. Adhisty bertugas mengurus Marsella, sementara Arshelin mengurus Maulani.
Kini Adhisty tengah menaruh handuk di atas dahi Marsella dengan telaten. Saudarinya itu benar-benar lemas akibat hujan-hujanan semalam.
“Makan udah, minum obat udah, tinggal istirahat aja. Gue mau siap-siap buat sekolah, lo ditinggal sendiri ngga apa-apa kan, Kak?” Tanya Adhisty.
Marsella mengangguk pelan, “Ngga apa-apa. Makasih udah mau repot-repot ngurusin gue, Dhis” Suaranya terdengar lemah dan serak, Adhisty mana tega jika kakaknya yang satu itu sudah tumbang seperti ini. Pasti keadaan Maulani tak berbeda jauh dengan Marsella.
Adhisty tersenyum tipis, “Iya, Kak. Gue jalan dulu, ya. Air minum lo gue taro di meja, nanti minta Shelin tolong ambilin aja. Dia nggak sekolah hari ini”
Marsella mengerut kecil, “Kenapa?”
“Biasa. Males”
“Kebiasaan banget anak itu...” Cicit Marsella. Tentu saja Adhisty terkekeh pelan.
“Yaudah deh, Kak. Gue ke kamar mau rapihan dulu, ya” Adhisty menarik selimut Marsella hingga menutupi hampir seluruh tubuh Marsella.
Marsella memejamkan matanya dengan tenang, Adhisty pun beranjak keluar dari kamar Marsella setelah mematikan lampu kamar. Kini tujuan selanjutnya adalah menemui Arshelin dan Maulani.
Namun, tatkala ia ingin membuka pintu kamar Maulani, tiba-tiba Arshelin membuka pintu dari dalam dan sedikit terkejut akan berdirinya Adhisty di depan pintu kamar. Adhisty pun sama, ia terkejut bukan main hingga menghela nafas kesal.
“Ish, Shelin! Ngagetin aja”
Arshelin terkekeh pelan, kemudian sedikit bergeser karena Adhisty ingin melihat Maulani sekilas. Untung saja gadis itu juga sudah tidur dengan pulas, Arshelin memang pandai menjaganya.
“Kak Lani gimana keadaannya?” Tanya Adhisty.
“Dia meriang terus. Gue udah suapin makan sama kasih obat, sih. Sama gue kasih plester pereda demam biar dia bisa leluasa tidurnya” Balas Arshelin.
Adhisty mengelus kepala Arshelin lembut, “Lo nggak apa-apa? Kemaren lo juga ujan-ujanan”
“Lebay, lo. Lihat aja gue masih sehat gini” Balas Arshelin remeh.
Adhisty tertawa pelan, kemudian terdiam sejenak sebelum melanjutkan pertanyaannya kembali.
“Ngobrol apa aja sama Kak Lani di dalem?” Tanyanya sedikit berhati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
°𝐀𝐊𝐒𝐀 |✓|
Short Story𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐉𝐚𝐮𝐡 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚, 𝐉𝐚𝐮𝐡 𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐥𝐚𝐢𝐧, 𝐧𝐚𝐦𝐮𝐧ㅡ ❝𝑮𝒖𝒆 𝒔𝒆-𝒃𝒆𝒏𝒄𝒊 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒍𝒐, 𝑴𝒂𝒖𝒍𝒂𝒏𝒊. 𝑲𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒍𝒐 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒅�...