03. Rasa Sakit Kedua Sulung ✓

53 10 3
                                    

“Kenapa lagi kaki lo, hah?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kenapa lagi kaki lo, hah?”

Marsella hanya menggeleng kecil dan meringis pelan, “Kepukul lagi, Sin”

Jasinda. Gadis itu memutar kedua bola matanya malas dan menghela nafas pendek.

“Bilang aja dipukul bokap lo. Ngga usah boong kalo sama gue mah, Sel”

Marsella terdiam sejenak. Jasinda yang duduk disamping kursi Marsella pun memilih berlutut dan mengambil minyak urut di dalam tasnya.

Marsella mengerjapkan matanya, “Lo ke sekolah bawa minyak urut?”

Jasinda mengangguk, “Nenek gue kan tukang urut dirumah. Jadi, kalo ada suatu kejadian yang nggak enak di sekolah, gue bisa bantuin urut pelan-pelan”

“Anjir. Udah kayak, dukun” Celetuk Marsella seraya terkekeh sekilas.

“Bangke, lo. Ini juga bentuk promosi, ege”

Marsella terkekeh dan hanya mengangguk mengerti. Kemudian gadis itu meringis pelan tatkala Jasinda berhasil mengurut bagian inti dari rasa sakit di betisnya itu.

“A-Aduh! Sakit, jir!”

“Sabar. Sakitnya bentaran doang kalo sama Nenek gue. Kalo sama gue nggak tau, dah”

“Bangsat?!”

Jasinda mulai tertawa tatkala melihat wajah panik Marsella, “Bercanda, anjrit. Ini sakitnya sebentar doang, nggak sampe 5 menit”

Mau tak mau, Marsella hanya mengangguk mengerti. Jasinda benar-benar teman idaman, gadis itu selalu membantu Marsella dikala gadis itu kesusahan. Meskipun, terkadang Jasinda selalu emosi kepadanya.

“Makasih, Sin. Sebenernya gue nggak masalah kalo nggak di obatin juga”

Jasinda memutar kedua bola matanya malas, “Selain bapaknya, anaknya juga ikutan stress ya? Menurut lo lebam segede gajah kayak gitu kalo di diemin aja bakal sembuh sendiri, gitu? Enggak pe'a!”

Marsella terkekeh, “Lebay lo! Gue udah biasa, jadi udah kebal. Cuma, gara-gara lo sering urutin, jadi suka sakit”

“Itu namanya penyembuhan. Norak lo, supri!” Celetuk Jasinda.

Tatkala tengah menaruh minyak urutnya, Jasinda kembali bertanya kepada Marsella. Kali ini lebih serius daripada sebelumnya.

“Sel”

“Hm?”

“Jujur sama gue. Lo udah berusaha buat deket sama Lani?”

Marsella menggeleng pelan, “Gueㅡterlalu benci ke dia, Sin. Gue nggak bisa maafin dia...”

“Menurut gue kalo alasan lo benci sama dia cuma karena nilai dia lebih tinggi dan dia lebih dibanggain itu salah, sih. Lo pernah mikir nggak, kalo selama ini Lani stress karena Papa lo?”

°𝐀𝐊𝐒𝐀 |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang