12. Telah Usai ✓

91 11 1
                                    

Tap tap tap!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tap tap tap!

Langkah itu bergerak dengan cepat, seperti tengah menggebu-gebu guna menemui seseorang. Pemilik langkah tersebut adalah Marsella, yang kini tengah melangkah menuju kelas guna mencari Sang kawan.

Jasinda.

Mata tajam Marsella menelisik seisi kelas, mencari keberadaan gadis yang tengah duduk di pojok kelas seraya mengemili roti coklat dengan dua pasang earphone di telinganya.

“Jasinda!” Panggil Marsella, menghampiri gadis itu.

Jasinda menoleh cepat, kemudian tangannya bergerak membuka salah satu pasang earphone dengan raut wajah seakan-akan ia bertanya.

“Kenapa, sih?”

“Bantu gue, cari anak-anak yang udah nuduh Lani kemarin” Bisik Marsella, pelan.

Jasinda terlihat menahan tawanya, kemudian tawanya pecah begitu saja dengan sedikit remeh. Marsella mengerutkan keningnya heran.

“Kenapa, lo?”

Jasinda menggeleng pelan, “Nggakㅡlo udah mulai sayang sama kembaran lo, ya? Kok tiba-tiba pengen cari orang yang udah nuduh Maulani?”

Marsella merotasikan matanya malas, “Bukan itu alasannya. Semua orang jadi hakimin gue karena gue penyebab Lani dituduh, dan gue nggak terima dong? Dengan cara gue cari pelakunya, berarti orang-orang bakal berhenti berasumsi yang nggak jelas ke gue, kan. Gue nggak mau semakin dipandang buruk, apalagi cuma masalah kecil kayak bangsat ini!”

Jasinda hanya mengangguk paham dengan bentuk bibir yang membulat, “Yaudah, gue bantu. Kita harus ngapain?”

Marsella mendekatkan bibirnya ke arah telinga Jasinda, memberitahu rencananya lewat bisikan pelan kepada gadis tinggi itu. Jasinda mengangguk paham, ia sangat mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Marsella.

“Kita kesana sekarang aja, daripada masalahnya malah larut” Ajak Jasinda.

Marsella mengangguk setuju, “Rencana ini harus berhasil. Gue nggak mau masalah ini terus berputar di pikiran gue”

Jasinda beranjak dari kursinya, “Ayo. Keburu bel bunyi”

Marsella mulai menarik pergelangan tangan Jasinda, berlari menuju luar kelas untuk mencari mangsanya. Sementara itu, Safira memperhatikan keduanya dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Ia terlalu bingung, dan juga penasaran dengan apa yang dilakukan oleh kedua gadis itu.

“Pir!”

Safira sedikit terhentak, kemudian ia mengelus dadanya seraya bernafas lega.

“Anjir, Lani! Manggilnya santai aja, sih”

Maulani terkekeh, “Ya lagian lo gue panggil dari pelan nggak denger. Makanya gue teriak aja”

Safira merotasikan matanya malas, “Ck, ada apa sih?”

°𝐀𝐊𝐒𝐀 |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang