04. Keributan Tatkala Hujan ✓

87 15 4
                                    

“ACEL! CEL!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“ACEL! CEL!”

Maulani terus berteriak, memanggil nama Marsella ditengah hujan deras itu. Maulani sedikit menyesal karena tidak menggunakan jaket tatkala udara tengah dingin seperti ini. Gadis itu terus berlari, hingga pada akhirnya menemukan seorang gadis yang ia cari sebelumnya tengah duduk di kursi taman seraya menangis. Marsella memukul dadanya berkali-kali diiringi isakan dari mulutnya, tak begitu terdengar karena kondisi hujan semakin deras.

Maulani membulatkan matanya melihat saudarinya sudah basah kuyup hingga kaos yang ia pakai sedikit mencetak bagian tubuhnya.

“ACEL!” Maulani berlari menghampiri Marsella, kemudian memegang bahu gadis itu khawatir.

“Lepas!” Marsella menghentakkan tangan Maulani kasar hingga tak sengaja membentur besi dari kursi. Maulani meringis pelan, kemudian kembali menatap Marsella.

“Cel! Jangan gini, dong!”

Marsella mendorong bahu Maulani kasar dengan air mata yang masih mengalir deras, bahunya naik turun karena emosinya telah memuncak. Mata gadis itu merah, dikarenakan air hujan dan juga tangisannya.

“Nggak usah sok nasehatin gue bisa, kan?! Lo nggak rasain apa yang gue rasain, Lan! Dianggap beda sama Papa, dibedain karena gue anak pertama, dicaci maki depan semua orang, lo nggak pernah rasain itu! Hidup lo penuh dengan kebahagiaan, dan gue benci sama lo karena itu!” Bentak Marsella, emosinya benar-benar memuncak saat ini. Hatinya mudah goyah karena hal sepele.

Payung yang berada di genggaman Maulani pun jatuh, hingga membuat Maulani pasrah dengan hujan yang mengguyur seluruh tubuhnya. Gadis itu mulai terisak, ia menggeleng pelan.

“Nggak gitu maksudnya, Cel...” Lirih Maulani.

“Kenapa sih, lo jahat banget ke gue?! Kenapa harus lo yang jadi kembaran gue, Maulani!” Marsella memukul bahu Maulani berkali-kali, namun semakin lama pukulan itu semakin melemah.

“Gue capek, Lan! Gue selalu sakit hati setiap dibandingin! Lo kira nggak capek ngejar nilai lo yang selalu dibanggain Papa?! Kenapa lo selalu ada di atas gue, sementara gue tersiksa dibawah lo!”

“Kenapa kita harus kembar, Lan?! Kenapa harusㅡ!”

Dengan sekali hentakan, Maulani berhasil menghempaskan tangan Marsella. Kini bergantian gadis itu yang mendorong bahu Marsella kasar.

“MENURUT LO, JADI GUE GAMPANG?? IYA?! SEHARUSNYA GUE NGGAK USAH LAHIR KALO SEMUANYA KACAU KAYAK GINI, CEL! LO NGGAK TAU DIBALIK NILAI BAGUS GUE ADA PERJUANGAN. LO KIRA GUE MAU KITA DIBANDINGIN, HAH?! GUE SELALU BELA LO SUPAYA KITA BISA DEKET, TAPI BALESAN LO SELALU CUEK KE GUE. SEHINA ITU GUE DI MATA LO, IYA?!” Kali ini emosi Maulani mulai terlihat, gadis itu membentak sekaligus memekik kepada Marsella. Ia terlalu lelah, isakannya berganti menjadi tangisan pilu yang mengalir deras.

PRANG!!!

Marsella dan Maulani menoleh cepat ke arah sumber suara, mereka terkejut bukan main tatkala melihat seseorang dengan emosi yang memuncak menghampiri keduanya.

°𝐀𝐊𝐒𝐀 |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang