Prolog

42 15 6
                                    

Prolog

Rabu, 5 Januari 2024 pukul 00.00

Bunyi alarm nyaring berbunyi di kamar Elina, cewek itu meraba nakas dan mematikan bunyi alarm dari ponselnya. Tepat hari ini dia berumur 17 tahun. Elina mulai meramalkan doa kepada yang diatas.

Ulang tahun Elina hanya dihiasi satu lilin dan satu buah donat rasa cokelat kesukaannya. Cewek itu mengambil pemantik yang biasa disimpan didalam laci meja belajar. Elina kemudian menyalakan lilin, mengucapkan wish dan memadamkan lilin dengan satu hembusan nafas. Ia memakan donatnya dengan lahap tanpa bersisa.

Sepi...

Elina menghela nafasnya panjang. Selalu seperti ini disetiap hari ulang tahunnya. Sang papa sibuk bekerja diluar kota sedangkan sang mama terlebih dahulu dipanggil oleh yang kuasa.

Biasanya, sebelum sang mama pergi perayaan kecil-kecilan mereka buat untuk menyambut umur baru dari sang putri. Seperti menyanyikan lagu ulang tahun, memanjatkan doa sama-sama atau sekedar memotong kue bolu yang harganya cuman 30 ribuan.

Namun, setelah kepergian sang mama Elina tidak pernah lagi dirayakan oleh keluarga. Papa Elina tiap hari sibuk bekerja, bekerja dan bekerja walaupun sang papa mengucapkan sepatah dua kata untuk Elina tetapi ulang tahun itu telah lewat hari.

Nada dering ponsel Elina berbunyi dari grup Pejuang Cogan, Ia menerima panggilan itu dan meletakkan handphonenya di kuping kanannya.

"HAPPY BIRTHDAY, EL." Safira langsung berteriak heboh. "Jangan lupa traktirannya. Gua tunggu."

Elina terkekeh mananggapi Safira, suara cewek itu sangat nyaring dan juga cempreng. "Makasih, Fir. Doaian aja nggak lupa."

"Selamat ulang tahun, El. Sukses selalu dalam keadaan apapun. Intinya gua sama Safir tunggu traktiran di kantin." Ucap Luna biasa saja tidak seheboh Safira.

"Iya, Lun. Makasih ya sebelumnya." Ucap Elina sambil tersenyum.

"EL, Gua matiin gak pa-pa, ya. Besok kita sekolah, nggak mungkin kita tiga ngantuknya berbarengan." Ucap Safira ingin mengakhiri telepon mereka.

"Oh, matiin saja Saf, gua juga ngantuk mau lanjut tidur." Gumam Elina.

"Sampai jumpa besok, El, Fir. Jangan lupa mimpiin gua ya. Bye-bye." Ucap Luna mengakhiri percakapan mereka.

Kamar itu kembali hening.

Elina membaringkan badannya sambil menunggu ucapan dari Anzars—pacarnya. Lebih 15 menit ia menunggu namun tak kunjung mendapat ucapan darinya. Apa Anzars lupa? Tapi biasanya Anzars selalu mengingat tanggal ini, bahkan ia akan menjadi pengucap pertama sebelum Safira dan Luna.

Bunyi notifikasi chat yang berasal dari WhatsApp berbunyi. Dilayar depan Ponsel Elina ditampilkan chat Anzars. Ia membacanya dengan jantung berdetak cepat.

Anzars G: El, yuk putus dan kalau lo tanya alasan gua putus itu karena gua bosan El. Gua tau alasan ini gak masuk akal, tapi itulah apa adanya El. Jangan ngira prank ini karena hari ultah lo—dan selamat ulang tahun, El. Semoga bahagia, ya.

Elina mengetikkan pesan untuk membalas chat itu, namun saat ia mengirim chat—ia sudah diblokir. Baik itu WhatsApp, IG, FB dan media sosial lainnya.

Kenapa harus sekarang Anzars?

AnzarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang