BAB 16
MENGINGAT tentang donat Anzars kepikiran pada Elina. Donat cokelat kesukaan Elina. Dulu sewaktu pacaran ia terus membelikan Elina donat rasa cokelat. Terhitung sekitar 3 mingguan ia memutuskan cewek itu tidak pernah lagi Anzars menyentuh maupun membelikan sejenis roti itu.
Roti bulat dengan bolong di bagian tengah itu membuat Anzars kepikiran untuk membelikannya buat Elina. Apalagi Bima tadi memberikan pada Elina donat seharga 50 ribuan. Anzars akan membalasnya dengan membelikan donat di atas harga tersebut.
Ia membalapkan mobilnya ke toko roti terkenal di Jakarta dan memesan donat yang harganya paling mahal. Anzars membeli 2 kotak. Sehabis dari toko roti ia langsung melesetkan mobilnya ke rumah Elina. Sesampainya di pekarangan rumah Elina ada sebuah motor yang cukup ia kenal. Ada Bima disana.
Geraman kesal keluar dari mulutnya. Buat apa cowok sok ganteng itu ada di sini? Anzars kesal sekali. Cowok itu memarkirkan mobilnya diluar gerbang rumah Elina, ia turun dan menggeser sedikit gerbang celah untuk masuk ke dalam.
Ditendangnya motor Bima dengan kasar, bukannya motor itu yang kesakitan melainkan kakinya yang sakit beradu lawan dengan mesin.
Tanpa izin cowok itu langsung masuk ke dalam rumah dan memergoki kedua lawan jenis itu duduk di tikar sambil memakan kacang rebus. Oh, Anzars lupa, selain donat Elina juga suka kacang rebus. Harusnya tadi ia membelikan kacang rebus paling mahal juga sekalian. Pokoknya lebih mahal dari yang dibelikan Bima.
"Enak, ya, berduaan malem-malem di rumah cewek!" itulah sapaan sarkastik dari Anzars.
"Lho, kamu ngapain di sini?" Elina berdiri sekaligus heran dengan Anzars yang asal masuk langsung marah-marah.
"Ngusir setan!" balas Anzars cuek.
"Setan?"
"Katanya dua orang lawan jenis dalam satu rumah dan belum muhrim maka yang ketiganya setan."
Bima menyusul berdiri. "Lo kali setannya." Ucapnya berusaha bercanda.
"Gua gak ngomong sama lo!" sentak Anzars menatap Bima marah.
"Kamu apa-apain sih marah-marah mulu!" ucap Elina setengah kesal pada Anzars.
Tatapan Anzars berubah dingin, ia meletakkan bungkusan donat yang ia tenteng ke atas tikar. "Lo yang apa-apaan! buat apa lo berduaan di sini? Kalau lo dibuntungin sama dia bagaimana? Mau lo hamil muda luar nikah!"
Bima tersulut emosi dituduh yang enggak-enggak pada Elina. "Gua nggak bejat tai!"
"Lah, kan gak tahu, diluar lo kan memang goodboy didalam apa kabar?" kata Anzars meremehkan.
"Lo ngajak berantem?"
"Eh, Ketos mending urus deh urusan lo!"
"Urusan, urusan gua. Napa jadi lo yang sewot!"
"ha, gua sewot?" anzars menunjukkan dirinya. "Gua ngasih saran, nih, ya, kalo urusan satu belum selesai jangan tambah urusan baru. Kalo masa jabatan lo belum selesai jangan coba-coba pacaran! Bisa gua lapor lo sama kepsek. Lo tahu kan ketos dilarang pacaran dalam aturan sekolah?"
"Lo ngancam gua?" tanya Bima.
"Lo merasa terancam?" balik Anzars menanya.
"Lo itu tinggal beberapa minggu lagi jadi Ketos, seharusnya lo pandai carmuk sama guru-guru, bukan malah sibuk pdkt-an sama mantan gua!" ujar Anzars.
"LO!"
"GUA KENAPA? NGAJAK BRANTAM? SINI GUA JABANIN!" Anzars memberi ancang-ancang berantam. Ia menggulung lengan kaosnnya menjadi pendek. Dan membentuk tangannya meninju.
Elina yang berada di tengah-tengah mereka berdua mendesah kesal. Ia langsung merentengkan tangan di tengah-tengah kedua cowok itu yang sedang beradu argumen.
"Bisa diam gak kalian?"
"Dia duluan!" tunjuk Anzars pada Bima.
"lo yang duluan!" Bima menunjuk balik Anzars.
"lo"
"LO!"
"LO"
Nafas Elina memburu emosi. Ia menatap kedua cowok itu berapi-api.
"LO-LA-LO-LA! BISA DIEM NGGAK? INI RUMAH GUA YANG NGGAK BERKEPENTINGAN KELUAR!" teriak Elina seraya menunjuk pintu utama rumah.
"Keluar lo!"
"Lo yang keluar!"
"KALIAN BERDUA KELUAR! SEKARANG!!!" teriak Elina penuh penekanan.
Anzars maupun Bima terkejut mendengar teriakan Elina yang tidak main-main. Bagai anak kecil yang takut sama ibunya, mereka secara pelan-pelan keluar dari dalam rumah. Bima yang terakhir keluar dari rumah menutup pintu.
Merasa ditatap seseorang ia mendelik. "Apa nengok-nengok!"
"Gara-gara lo, sih!" Sambar Anzars langsung.
"LO"
"LO"
"DIAM LO BERDUA DAN PULANG!" teriak Elina yang kesabarannya diujung kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anzars
Teen Fictionperayaan sweet seventeen Elina seharusnya momen yang sangat membahagiakan namun semua itu sirna ketika Anzars menyudahi hubungan mereka yang terjalin selama 3 tahun. Anzars berharap berakhirnya hubungan mereka membuat Elina membenci dan menjauhinya...