BAB 10
LES pertama digunakan Anzars, Celvin, Riko dan Virgo bersantai di kantin. Tidak banyak pengunjung kantin palingan beberapa orang yang masih terhitung jari. Lagian les pertama digunakan oleh alumni bersosialisai untuk kelas 12 tentang kampus mereka. Anzars terlalu malas mendengar alumni-alumni itu bercerita tentang dunia mereka diperkuliahan. Bagi Anzars itu tidak penting makanya ia mengajak temannya ke kantin.
Anzars mengetuk jarinya berirama di atas meja sembari menunggu jus buah naganya, sedangkan ke-tiga temannya lebih memilih memesan mie goreng. Bukan karena tidak suka mie cuma makan mie di pagi hari tidak baik untuk kesehatan.
"Gila, ya, Zars, cewek spesies Elina lo putusin. Rugi lho, El itu cewek idaman banget tau!" Virgo menatap intens Anzars. "Sudah manis, penurut, pinter, apa lagi coba yang kurang?" kata Virgo menghitung kelebihan Elina.
"Kurang agresif kali sama Anzars." Celvin tertawa renyah.
"Agresif apaan?" Tanya Anzars tidak paham.
"El, nggak ngajak ciuman, ena-ena, nggak mau digrepe-grepe. Wajarlah Anzars ninggalin dia." Ujar Celvin tanpa berotak. Maklum saja diotaknya hanya dada, pantat, selangkangan, bibir dan tubuh cewek yang mampu membahagiakannya.
Elina yang dikata seperti itu membuatnya mendidih. Anzars tak pernah menginginkan hal seperti itu dari Elina. Sekalipun Elina rela memberikan itu semua Anzars akan menolak walaupun dia menginginkannya sebagai cowok normal. Anzars tidak akan mau melakukan hal bejat seperti itu dari perempuan yang belum tentu jadi masa depannya.
"Jaga bicara Lo, Cel!" sarkas Anzars. "Otak gua gak sebusuk otak lo!"
Celvin tersenyum miring baginya amarah Anzars sesuatu yang lucu. Ia dapat mengambil kesimpulan yang hanya dirinya sendiri yang tahu. Kesimpulan yang membuatnya yakin Anzars itu cowok bodoh.
"Gua gak pernah bilang diri gua suci."
"Lo menghina El!"
"Lo gak terima?"
"Gua gak terima anjing!"
"Kenapa masih sayang?" tanya Celvin membuat Anzars diam.
Virgo menatap mereka berdua dengan aneh sebab baru kali ini Anzars marah hanya karena Elina. Diam-diam ia juga ingin mendengar alasan Anzars. Mendengar hubungan mereka berakhir sangat sulit untuk ia percaya. Tapi ketika ia bertanya pada Anzars dengan pertanyaan yang sama Anzars selalu mengatakan 'kita memang putus' seakan Anzars mengatakannya tanpa beban.
Tapi diluar Anzars memutuskan Elina Virgo sangat yakin ada yang tidak beres dengan cowok itu. Seperti ada yang disembunyikan tapi ia tidak tahu apa yang menjadi titik rahasianya.
"Lo masih sayang, kan?" tanya Celvin mengulang karna tak kunjung ada jawaban.
"bukan urusan Lo!" ketus Anzars.
Lagi-lagi Celvin tersenyum-bukan tersenyum miring tapi ia tersenyum tulus. Senyum yang mampu menjelaskan jawaban dari Anzars.
"Jangan sampai menyesal!"
Anzars menghembuskan napasnya, apa yang harus disesali ini yang paling terbaik. Melespaskan Elina keputusan yang paling pas untuk mereka. Buat apa mereka bersama jika mereka berdua pada akhirnya akan saling menyakiti. Biarkan mereka merasakan sakitnya sekarang, karena kebahagian akan menyusul kelak.
"Kami nggak tahu apa yang lo sembunyiin dari kita." Suara Riko menarik asitensi. Cowok itu jarang bicara sekalinya bicara pasti hal itu sangat penting. Bagi Riko ada beberapa kemungkinan tentang Anzars yang sama sekali tidak mereka ketahui, Anzars terlalu bijak menutupinya.
"Gua setuju dengan Celvin. Jangan menyesal."
Anzars semakin dibuat bingung oleh kalimat ambigu itu semua, menyesal dari apa?
Kenapa Anzars menjadi takut seperti ini apa racun yang tertuang di kata menyesal? Kenapa menyesal seperti hantu yang membuatnya ketakutan?
-
-
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Anzars
Teen Fictionperayaan sweet seventeen Elina seharusnya momen yang sangat membahagiakan namun semua itu sirna ketika Anzars menyudahi hubungan mereka yang terjalin selama 3 tahun. Anzars berharap berakhirnya hubungan mereka membuat Elina membenci dan menjauhinya...