BAB 8
"El!" cowok dengan lesung pipi di sebelah kiri itu memanggil. Kebetulan atau bukan kini mereka dipertemukan dipenjual sate depan gang rumah Elina.
Elina yang dipanggil terkejut ketika namanya disebut, ia kembali menetralkan ekspresinya karena yang memanggilnya Bima Ksatria ketua OSIS Garda yang sebentar lagi turun tahta dari jabatannya.
"Eh, hai Bim." Sapa Elina sambil mengangkat tangan kanannya.
"Sendirian? Pacar yang sering nempelin lo mana?" tanya Bima celingak-celinguk mencari keberadaan Anzars.
"Gua gak punya pacar Bim."
"Ha? Anzars mana Anzars?" Beo Bima kebingungan.
Elina duduk dikursi sembari menunggu pesanan satenya. Ia meletakkan handphonenya yang semula dipegang ke atas meja.
"Sudah putus!"
"Serius?"
Elina mengangguk. Betapa brengseknya ia, dengan kedua sahabatnya ia belum mengatakan ini—Elina merahasiakannya. Namun, Bima yang bukan siapa-siapanya, yang hanya sebatas orang kenal, dia berkata jujur. Dengan alibi belum siap mengatakan sebenar-benarnya kepada dua orang itu.
"Gua lega," Bima tersenyum. Ia mengambil duduk dihadapan Elina.
"Lega?"
"Orang yang gua suka udah jomblo." Bima tertawa dan memunculkan lesung pipinya. Sangat manis dan menawan.
Elina jadi kikuk dengan pengakuan Bima yang tiba-tiba. Ia langsung pura-pura bermain handphone menutupi kegugupannya.
"Becanda kali, El. Serius banget." Ucap Bima dengan cengiran yang masih melekat dibibirnya. "tapi kalau lo mau gua sukain gak papa, sih, El. Gua siap kok jatuh cinta sama lo."
Elina mencebikkan bibirnya. Bukannya merasa senang ia malah ingin mual.
"Basi."
"Tapi kalau gua jujur suka sama lo gimana El?" tanya Bima.
"Ngaco, ahk."
Bima tersenyum menanggapi Elina, ia mengamati cewek pendek itu dengan dalam. Memakai hodie hitam dengan rambut yang dijepit membuat kadar kemanisannya meningkat. Walaupun nggak seputih cewek-cewek populer yang dikenalnya tapi cewek ini lebih menarik, Elina memiliki magnet kuat yang berhasil menarik perhatiannya.
Awal pertama bertemu, dulu waktu mos. Elina satu gugus dengannya. Bima masih mengingat dengan jelas Elina dimarahi senior cewek karena lupa membawa topi kerucutnya. Waktu itu Bima tidak mengedipkan matanya sedikitpun, Elina yang dimarah-marahi memberikan wajah pasrah, mimik polos dan wajah orang patuh namun terpaksa.
Elina yang dulu juga memakai rambut panjang dikepang dua dan ada poninya juga. Waktu itu Elina disuruh duduk yang kebetulan Kursi disamping Bima kosong—Ia tentu senang. Bima masih mengingat gerutuan cewek itu dengan suara kecil.
Bima menyapa cewek itu dan segera dibalas Elina, cewek itu menanyakan namanya dengan senang hati ia memperkenalkan diri. Dan ketika Bima bertanya ulang dengan suara lembut cewek itu menyebutkan 'nama gua Elina Datasya, panggil El aja' jantung Bima berdetak cepat.
Mos yang dilaksanakan 3 hari membuat mereka dekat, hingga pertukaran kelas terjadi awal dari mereka berpisah. Bima yang diletakkan di kelas unggulan—IPA 1 dan Elina kelas IPA 5.
Bima jadi jarang bertemu dengan Elina, kecuali urusan razia maka ia menginjakkan kaki di IPA 5. Dia akan berusaha curi pandang walau yang didapat Elina saat itu bersikap sangat cuek. Elina bersikap seakan tidak kenal. Mungkin karena Elina berpacaran dengan Anzars, jadi ia menutup diri dari cowok-cowok lainnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anzars
Novela Juvenilperayaan sweet seventeen Elina seharusnya momen yang sangat membahagiakan namun semua itu sirna ketika Anzars menyudahi hubungan mereka yang terjalin selama 3 tahun. Anzars berharap berakhirnya hubungan mereka membuat Elina membenci dan menjauhinya...