BAB 4

16 8 0
                                    

BAB 4

HIRUK pikuk suara dentuman DJ itu sangat menghibur ditambah minuman haram bernama alkohol itu membuat badan semakin hangat hingga panas.

Cewek seksi yang berleok-leok membuat mata segar dan jernih.

Jadi jika dipadukan itulah nikmat surgawi bagi cowok-cowok haus belaian.

Seorang gadis datang menghampiri ke tempat duduk paling sudut, ditangan kanannya dipegang segelas alkohol dengan elegan. Bibirnya yang diberi lipstik merah terang tersenyum menggoda.

"Butuh teman?" tanya cewek itu langsung duduk tanpa izin.

Virgo mengenyit memperhatikan cewek itu seakan pernah melihatnya.

Yoga berbisik. "Flora gak sih?"

"Flora si culun anak sekolah kita?" tanya Virgo.

"Iya."

Virgo menatap lamat-lamat, benar yang dikata Yoga cewek itu---Flora.

Cewek itu sangat terbalik dengan di sekolah, Flora di sekolah memakai rok setumit, memakai kacamata bulat besar, rambut dikepang dua dan selalu memegang buku. Dan Flora yang sekarang memakai rok sepaha, memakai bulu mata besar tanpa kacamata, rambut digerai dengan gelombang dibawah dan membawa gelas berisi alkohol.

Virgo terkagum-kagum. Yang nampaknya culun ternyata tidak seculun yang ia kira. Flora mempunyai bodi sebagus tidak mungkin ia lewatkan.

Maka Virgo tersenyum diulurkan tangannya. "Butuh. Temenin gua malam ini." Ia tersenyum manis.

Flora menerima uluran itu. "Tentu baby. Aku akan menyenangkanmu malam ini."

Virgo membawa Flora entah kemana dan tidak terlalu peduli juga.

Yoga menghela. "Anak itu..."

"Dia menyumbang disini jadi biarin saja." Kata Anzars dan kemudian meminum alkohol.

Yoga tertawa lucu. "Nyumbang sperma kali."

Yoga mengamati keadaan yang semakin ramai, ia berdiri dari kursinya bersiap ikut bergabung dengan orang-orang yang sedang bersenang-senang.

"kalian gak ikut?" tanyanya dengan alis terangkat.

"Duluan saja." Tolak Anzars tidak tertarik.

Seperti biasa Riko hanya diam. Cowok cool itu tidak tertarik melakukan hal yang unfaedah seperti itu. Selain membuang energi, Riko tidak suka tempat yang berdesak-desakkan dan juga meminum alkohol. Buktinya saja ia tidak memesan minuman haram itu dan lebih memilih membeli minuman floridina dari warung depan rumahnya untuk dibawa ke sini.

Riko itu masih suci untuk hal begituan dan ia datang kesini hanya untuk menemani teman-teman curutnya untuk bersenang-senang.

"Cemen lo berdua!"

Yoga membalikkan jari jempolnya, seperti yang ia tahu Riko yang tidak suka tempat ini dan Anzars yang menjaga perasaan Elina.

Yoga berbalik badan dan melangkah menjauh dari posisi sebelumnya.

"GUA AKAN HAPPY-HAPPY MALAM INI. I'M COMING DEAR..." teriak Yoga ditenggelamkan oleh suara dj yang kuat.

Riko yang ditinggal membuka penutup floridina dan diminumnya. Ia menoleh ke arah Anzars yang mulai bicara ngelantur. Dia mabuk.

Suara decakan kesal keluar dari mulut Riko. Ia direpotkan lagi dengan mengurus mereka jika mabuk. Hanya ia disini, Virgo mungkin lagi enak-enakan sedangkan Yoga menghilang ditenggelamkan ramainya orang. Jalan satu-satunya hanya satu, dia harus membawa cowok rese ini pulang sebelum mabuknya makin parah.

Riko menepis tangan Anzars yang ingin meminum alkohol lagi.

"Gua sayang El." Racau Anzars.

"Dia hidup gua."

Riko membuang nafasnya, keadaan mabuk seperti ini saja hanya Elina dikepalanya. Anzars itu bucin.

"Gua gak mau putus dari El."

Riko terkejut. Jadi mereka putus? Karena apa?

"Ayok pulang, Zars." Ajak Riko.

"pulang baren El."

Riko yang tidak ingin ribet langsung mencari kontak Elina diWhatsAppnya. Ia segera menelepon nomor itu, tidak lama panggilan itu diangkat.

Yang didengar Elina pertamakali berisik. "Halo, Rik."

"Anzars mabuk," ucap Riko to the point.

"Mabuk? Keadaan dia bagaimana sekarang. Anzars gak kenapa-kenapa kan?" tanya Elina sangat khawatir.

"Dia mau pulang sama lo!" ucap Riko. "Jemput mantan lo ini, gua share location."

Riko langsung mematikan ponselnya dan memapah Anzars ke pintu keluar.

Menunggu 10 menit Elina turun dari mobil yang dipesannya dari aplikasi. Elina datang dengan memakai kaos hitam dengan celana pendek sepahanya. Elina tahu pakaiannya terlalu terbuka untuk keluar dari dalam rumah. Tapi Ia tidak ada waktu mencari pakaian ganti karena yang dipikirannya sekarang hanya ada Anzars.

"Rik, makasih sudah jagain Anzars."

Riko berdehem singkat.

"Boleh mintol bantu masukin Anzars ke mobil?"

Tanpa menjawab Riko langsung membantu Elina, ia memasukkan Anzars ke kursi penumpang dan kemudian disusul Elina.

Pintu ditutup dan mobil itu berjalan meninggalkannya.

Riko bernafas lega setidaknya bebannya berkurang malam ini.

AnzarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang