BAB 7
ELINA dengan kedua temannya memasuki perpustakaan. Kondisi perpustakaan ramai sebab 12 IPA 5 diberi perintah me-riview buku yang sifatnya bebas. Boleh novel, buku puisi, buku resep dan buku lainnya asal semua paham dengan apa yang mereka baca.
Bagi Elina tugas seperti ini sangat menarik, selain karena hobinya membaca ia lagi malas-malasnya belajar di dalam ruangan kelas. Lebih baik disini, tempat yang hening akan suara karena ada aturan dilarang bersuara keras di dalam perpustakaan. Elina merasa nyaman saja.
Kini ketiga cewek itu sibuk mencari buku yang mereka ingin baca. Elina pergi ke arah kumpulan buku novel dengan Luna dan Safira yang mengekor dibelakangnya persis anak ayam mengikuti induknya.
Elina memilih-milih buku yang cocok untuk ia riview. Ada dua buku yang menarik menurutnya, ia mengambil kedua buku itu dan menimbang yang mana akan dipilih. Dan Elina memilih buku di tangan kirinya, judulnya menarik begitu juga sinopsisnya.
Buku yang ditangan kanannya diletakkan kembali ke rak buku.
"Lun, lo baca buku apa?" Safira yang bingung mau mengambil jenis buku bertanya. Tangannya masih sibuk menggeser jenis buku novel yang berjejer.
"Ngikut El." Luna nyengir.
"Memang boleh sama?"
"Cari judul yang beda entar tinggal tiru punya El. Dikit-dikit di prafase biar ada bedanya."
"betul juga, tumben otak lo smart."
"baru tau aje lo!"
Elina yang ingin dimanfaatkan menatap tajam. Mereka berdua nggak ada tobat-tobatnya bergantung padanya tentang tugas. "Kerjain sendiri!"
"Gua gak paham El, sumpah. Mending liat punya lo aja ya." Ucap Safira dengan puppy eyesnya.
Elina bergidik jijik. "Ogah,"
"Gua traktir makan deh nanti." Ucap Safira berjanji.
Mendengar kata traktir kedua sudut bibir Elina melengkung. "Deal."
Safira tertawa lebar mengingat tugasnya akan siap tanpa ia kerjakan. Luna yang tak ingin ketinggalan langsung memegang tangan Elina manja. Ia sedang merayu Elina.
"Gua traktir dua hari, deh, tapi kerjain punya gua."
Dua hari? Sangat menggiurkan apalagi keadaan keuangan Elina lagi drastis-drastisnya. Mungkin dengan begini ia bisa menghemat pengeluarannya. Elina akan makan gratis selama 3 hari.
"Deal!"
Luna memeletkan lidanya ke arah Safira. Safira pikir cuman dia saja yang bisa merayu Elina, Luna juga bisa kale. Hanya perlu mengeluarkan sedikit uangnya pasti semua beres.
"Kalian ambil aja buku yang ingin kalian riview." Ucap Elina menyuruh.
Kedua cewek itu asal mengambil buku. Sedapatnya saja yang penting tugasnya beres.
"Udah, El." Ucap Luna—Safira, serempak.
Elina mengangguk. Mereka kini duduk diposisi meja tengah perpustakaan. Niat ingin mengambil tempat duduk paling sudut, komplotan Reano sudah terlebih dahulu disana. Mereka bukan mengerjakan tugas melainkan tidur dengan buku terbuka menutupi wajah mereka.
Safira juga kini terlelap dengan pipi menempel diatas meja, lalu Luna memainkan game diponselnya. Elina menggeleng memperhatikan ulah kedua temannya. Sekarang ia mulai fokus membaca halaman demi halaman sampai ia hanyut dalam dunia fiksi itu.
Berada diakhir cerita Elina mendesah kesal, epilognya tidak sesuai dengan yang ia harapkan. Seharusnya Cacha---pemeran utama cewek menikah dengan Arjuna—pemeran utama cowok bukan malah Arjuna menikah dengan wanita pilihan orang tuanya. Sangat disayangkan padahal Arjuna dalam novel itu sangat mencintai Cacha dan malah berujung menikah dengan orang yang tidak ia sukai.
Elina menutup novel itu, ia mulai menulis kelebihan dan kekurangan dari buku itu mulai dari cover, isi, dan kejelasan penggunaan tanda baca di kertas double polio. Begitu bagiannya siap ia mengambil buku Safira dan Luna yang tergeletak begitu saja di atas meja. Membacanya cepat namun perlahan, Elina hanya membaca bagian sinopsi, prolog, dan epilognya saja. Dan memberikan ulasan seperti yang dibuatnya tadi. Elina hanya perlu menganti pengunaan kata dan sedikit mengubah jenis tulisannya untuk memberi pembeda di kertas jawaban masing-masing.
Bel istirahat akhirnya berbunyi Elina menutup penanya. Ia bernafas lega, tangannya lumayan pegal menulis sebanyak itu.
Ia mengoyang-goyangkan badan Safira supaya bangun. Cewek itu melenguh sambil mengucek matanya.
"sudah siap, El?" tanyanya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.
"Sudah."
"Luna mana?" tanya Safira lagi menyadari Luna tidak ada di tengah-tengah mereka.
"Toilet. Kalo bel langsung ke kantin saja Luna tunggu disana." Ucap Elina sambil menindihkan ketiga buku novel itu untuk dikembalikan ke rak buku.
Safira mengangguk.
Elina mengembalikan buku ke tempat tadi Safira ikut menemaninya. Mereka melangkahkan kakinya keluar dari perpustakaan dan berjalan dikoridor kelas.
"Jangan lupa traktiran gua." Tuntut Elina.
Safira memutar bola matanya. "Gua inget kale, maniak banget sama yang gratisan."
"Kayak nggak lo aja."
Safira cengegesan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anzars
Ficção Adolescenteperayaan sweet seventeen Elina seharusnya momen yang sangat membahagiakan namun semua itu sirna ketika Anzars menyudahi hubungan mereka yang terjalin selama 3 tahun. Anzars berharap berakhirnya hubungan mereka membuat Elina membenci dan menjauhinya...