11 | Kebersamaan part I 🌬️

1.4K 125 0
                                        

Ini lanjutan double up nya ya
ini bukan BxB ‼️
ini Brothership
Makasih udah mau mampir

Happy Reading 🍀
.
.
.
.

Malam ini setelah perdebatan masalah boneka moomin yang tidak sengaja Haikal buang, tiba-tiba Cetta mengusulkan mereka semua untuk melaksanakan sesi curhat setelah melaksanakan agenda sholat isya.

Dan sekarang di sini lah mereka di kamar 7D dengan membentuk lingkaran kembali seperti tempo hari, jika tempo hari membahas masalah kehidupan dan percintaan sebelum masuk ke sekolah asrama, maka malam ini mereka akan membahas tentang sikap dan harapan mereka tentang masa depan.

"Ini kagak ada makanan nya?" Tanya Haikal yang hanya melihat air es di botol dengan tujuh cangkir yang tersusun di sana yang tidak nampak satu makanan pun.

"Tadi aku udah minta tolong sama pak Toni untuk nitip martabak soalnya dia juga lagi di luar, mungkin bentar lagi," jawab Naren yang memang sudah menitip kan martabak ke pak Toni.

"Kamu deket sama pak Toni, Na?" Tanya Jevan binggung.

bukanya jawaban Naren hanya membalas dengan anggukan dan senyuman yang terukir di bibir milik nya. Jevan hanya cemberut karna tidak mendapat jawaban dari Naren, dia hanya tidak puas dengan jawaban Naren yang cuman mengganguk.

Sebenernya Naren dekat dengan pak Toni semenjak kejadian di rumah sakit, Naren selalu bertukar pesan dengan pak Toni melalui aplikasi pesan, maka dengan itu Naren yang tahu pak Toni sedang di luar pun menitipkan makanan ke pak Toni.

"Lah jadi pak Toni ngikut kita nih?" Tanya Reihan binggung.

"Kalo boleh Rei," jawab Naren dengan senyuman.

"Boleh kok bang Nana, sekalian kalo udah deket kan bisa kita porotin," Cetta menjawab dengan kekehan yang membuat orang lain ikut terkekeh, benar kata Cetta jika mereka dekat dengan pak Toni maka mereka masih bisa lebih bebas di asrama.

"Yang lain setuju?" Tanya Naren mencoba memastikan kembali.

"Setuju!" ucap mereka serempak dan kompak. Naren yang melihat itupun merasa lega karna saudara nya yang lain menyetujui perbuatan nya.

Tok

Tok

Tok

Kemudian terdengar suara tok tok kan pintu yang mereka yakini itu adalah pak Toni yang sudah sampai.

"Nah itu kayaknya pak Toni," ucap Jidan yang langsung berdiri untuk membuka kan pintu.

"Assalamualaikum," salam pak Toni sambil tersenyum ke arah mereka.

"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.

"Ini titipan martabak Naren" Pak Toni langsung memberi kan plastik yang berisi martabak ke Jidan yang langsung di sambut Jidan.

"Kalo gitu saya pulang ya," pamit pak Toni kepada mereka semua, tapi sebelum itu Jevan mencegah pak Toni untuk pergi dari sana.

"Pak sini aja dulu, kita saling curhat aja." Jevan sudah menarik tangan pak Toni untuk langsung masuk ke dalam kamar asrama 7D dan langsung menutup pintu kamar mereka.

"Nanti saya cuman ganggu kalian dan juga itu termasuk privasi kalian juga." Pak Toni merasa tidak enak tapi Jevan sudah menduduk kan pak Toni di tengah-tengah antara Naren dan Jevan.

"Santai aja pak," Mahen mengatakan itu karna mengerti dengan ekspresi pak Toni yang canggung.

"Jangan panggil pak kalo lagi suasana begini, panggil bang aja lagi pula saya cuman beda lima tahunan sama kalian dan juga nama asli saya Antonio kalian bisa panggil bang Anton," ucap pak Toni yang sudah mulai enjoy dengan suasana di dalam kamar 7D, jujur saja kamar 7D sangat terasa suasana hangat nya jadi cuman butuh waktu sebentar untuk orang luar merasa nyaman di dalam kamar ini.

"Bukanya di peraturan nya, kalo sama guru atau staf sekolah harus panggil pak/buk, emang gapapa pak?" Tanya Haikal yang ingat dengan salah satu peraturan sekolah.

"Itu kalo lagi bertugas, tapi kan saya sekarang lagi mode santai Kal," balas Pak Toni dengan melontarkan senyuman hangat kepada mereka.

"Oke bang Anton," celetuk Jevan yang duduk si sebelah kanan pak Toni.

Setelah di rasa semua sesuai seperti keinginan nya Cetta mulai mengutarakan isi hati nya selama ini yang selalu ia pendam ke pada saudara-saudara nya beserta bang Anton.

"Sebenernya gue capek jadi artis," ucap Cetta tiba-tiba, terlihat dari ekspresi nya sekarang bahwa dia sedang sangat serius saat ini dan tidak ingin bercanda.

"Kok tiba-tiba Cetta?" Tanya Mahen yang penasaran.

"Bukan tiba-tiba bang, abang tau kan Cetta udah terjun ke dunia selebritis udah sejak Cetta kelas 3 Sd, awalnya Cetta seneng tapi lama-lama...." Cetta menggantung ucapan nya untuk sekedar menarik napas, Jidan yang melihat Cetta pun paham bahwa kembaran nya itu sangat tertekan sekarang.

"Lama-lama Cetta capek bang, Cetta pengen Istirahat dan main sama temen-temen Cetta kayak orang-orang normal, tapi Cetta nggak bisa karna status Cetta yang selebritis, Cetta bahkan dulu nggak terlalu deket sama Jidan yang notabene nya kembaran Cetta sendiri, Cetta nyesel buang-buang waktu yang berharga sama Jidan sampe Jidan ngerasa Cetta nggak pernah peduli sama dia," Kali ini Cetta memutuskan untuk tegar, dia tidak ingin menunjukkan air mata nya terlalu mudah ke pada mereka semua yang di sana.

Mereka semua terdiam di karnakan benar apa yang Cetta katakan karna mereka sendiri tidak terlalu dekat dengan Cetta dan Jidan, karna Cetta yang memang selalu sibuk dahulu serta Jidan yang pendiam. Bang Anton yang melihat keheningan di kamar itu mencoba menasehati mereka semua karna merasa paling tua di antara mereka.

"Kalian sayang nggak dengan Cetta?" Tanya bang Anton sepontan yang membuat mereka semua menatap Anton dengan anggukan sebagai jawaban, melihat hal itu membuat senyum Anton terukir di bibir nya, kemudian dia bertanya hal yang sama kepada Cetta.

"Kalo Cetta sayang nggak dengan mereka?" Tanya Anton kepada Cetta yang langsung di jawab dengan anggukan juga. Kemudian Anton mengambil napas terlebih dahulu lalu menjelaskan kepada mereka.

"Nah kalian saling sayang kan, jadi Cetta kamu nggak perlu merasa bersalah dengan waktu yang kamu buang untuk bekerja sebagai selebritis, kamu bisa buat kenangan lain yang lebih berharga bersama saudara kamu yang lain, kamu kerja dari kecil itu sudah bagus karna tanda nya kamu sudah bisa mandiri, tapi jangan terlalu memaksakan diri jika capek, kamu bisa cerita ke saudara mu yang lain atau tidak dengan kembaran mu sendiri yang pundak nya selalu siap untuk sebagai tempat sandaran mu," jelas Anton yang lagi-lagi melontarkan senyum nya yang sudah terukir, bagi mereka ini adalah kali pertama mereka Anton yang selalu tersenyum karna biasanya dia akan sangat tegas kepada para penghuni asrama.

Cetta yang mendengar Anton pun langsung menoleh ke Jidan yang memang duduk di samping nya dan saat ia menoleh ia di sambut oleh senyum hangat dari Jidan, Cetta sekarang sadar bahwa Jidan akan selalu ada di samping diri nya saat ia membutuhkan tempat untuk bersandar.

Tenang untuk chap "Kebersamaan" ini bakal ada 2 part

part selanjutnya akan di publish sebentar lagi.

jangan lupa vote ya!

Terimakasih.

7 Dream Key's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang