Oke udah memasuki chap-chap end
alur nya mau di percepat atau kita basa-basi dulu nih?Silahkan menikmati kisah keluarga yang rumit ini
spoiler dulu di s2 bakal lebih rumit lagi silsilah keluarga ini wkwk⚠️
DuarHappy Reading 🍀
.
.
.
.
.Langkah kaki Jevan terus berlarian menyusuri koridor rumah sakit dengan membawa Rayyan yang ia gendong di belakang punggung nya. Hujan deras di luar membuat beberapa reporter yang ingin meliput berita besar tentang penculikan cucu dari mendiang Eyang Rahmat yang selama masa hidup nya adalah tetua dari Perusahaan yang mengatur Impor-Ekspor di Indonesia.
Untuk kondisi Naren sendiri. Ia telah di urus oleh Mahen dan para anggota keluarga nya yang lain. Jevan sendiri benar-benar berharap agar Rayyan baik-baik saja sekarang, entah mengapa perasaan Jevan saat ini sedang bertabrakan satu sama lain. Di sisi lain Jevan masih sangat membenci Rayyan jauh di dalam lubuk hati nya, sedangkan di sisi lain nya Jevan merasa sakit melihat kondisi Rayyan saat ini, ada perasaan lain nya yang membuat Jevan gelisah saat ini.
Suara petir dengan di iringi hujan deras di luar rumah sakit menemani Jevan di depan pintu ruang operasi, sudah lebih dari dua jam lama nya Jevan duduk di sana lantaran menunggu dengan cemas kondisi Rayyan yang sedang di operasi. Jevan tidak henti-henti nya berdoa dalam hati nya, malam ini adalah malam yang paling berat sepanjang hidup Jevan, Sahabat sekaligus saudara nya Naka sedang menjalani pemeriksaan kondisi nya, Adik tiri nya sedang di operasi sedangkan paman nya, yaitu om Kara di ketahui ternyata selama ini mengidap Dissociative Identity Disorder.
Menurut dokter yang menangani om Kara bahwa penyebab paling besar om Kara terkena Dissociative Identity Disorder ialah trauma masa lalu yang sangat memukul mental serta jiwa nya, kehilangan seorang anak, kehilangan kedua orang tua serta kehilangan kehidupan pernikahan yang indah bersama sang istri membuat om Kara terkena Dissociative Identity Disorder. Hanya dengan mendengar keterangan dari dokter yang menangani om Kara membuat Bunda Yuna menangis sejadi-jadinya. Bunda Yuna terus menyalahkan diri nya sendiri atas semua yang terjadi, jika dulu ia tidak mengabaikan suaminya maka, suaminya tidak akan terkena penyakit kepribadian ganda tersebut, jika Yuna tidak sibuk dengan pekerjaan nya maka Naren tidak perlu tersiksa sejak kecil, Yuna sangat kacau malam ini dan Anton selalu berada di samping nya untuk menenangkan sang bunda tersayang nya.
"Jevan. Kenapa kamu belum pulang?" tanya Loren dengan menghampiri putra semata wayang nya itu. Sedari kecil Loren selalu memberi kasih sayang teramat besar untuk sang anak, dengan hal itu lah menjadikan Jevan sedikit liar dulu dan berakibat di jebloskan masuk ke sekolah asrama oleh Eyang.
Jevan yang semula memeluk lutut nya dengan menenggelamkan wajah nya pada sela lutut nya mendongak saat mendengar suara sang ayah. "Belum yah, Rayyan masih operasi di dalem," jawab Jevan dengan mata yang menyipit, sejenak Jevan melirik jam tangan yang bertengger di tangan ayah nya yang ternyata sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi.
"Pulang Jevan. Kamu perlu beristirahat, saudara mu yang lain juga sudah pulang semua nya kecuali Naren yang masih memerlukan beberapa pemeriksaan lagi," ujar Loren dengan mengusap lembut kepala anak nya itu.
Jevan menggeleng singkat. "Nggak apa yah, Jevan nunggu Rayyan sadar aja. Baru pulang." Mendengar hal itu membuat Loren mengeryit heran dengan tingkah Jevan yang berbeda seperti biasanya. Biasanya Jevan akan sangat sensitif jika itu menyangkut tentang semua hal yang berhubungan dengan Rayyan, lain hal nya dengan apa yang Loren lihat malam itu.
"Kamu kenapa Jevan? Kamu lupa Rayyan itu siapa?" tanya Loren yang mulai berwajah datar dan berubah menjadi dingin.
Jevan meneguk susah payah saliva nya, suara ayah nya yang hangat telah berubah menjadi dingin, Jevan sendiri tahu seberapa besar Loren membenci Rayyan. Bahkan selama bertahun-tahun Loren tidak pernah mengunjungi Rayyan dan hanya mengirimkan uang bulanan saja terhadap Rayyan, lain hal nya dengan Rosa. Sang ibu justru secara rutin diam-diam melihat Rayyan dari kejauhan guna memantau Rayyan secara diam tanpa di ketahui oleh Rayyan.
"Jevan nggak berubah yah, Jevan cuman ingin berterimakasih terhadap Rayyan, jika bukan karena Rayyan mungkin sekarang yang berada di ruang operasi ini Jevan bukan Rayyan yah," jelas Jevan sembari menunduk dalam, Jevan tidak berani untuk menatap wajah sang ayah saat kondisi seperti ini. Bahkan saat Jevan ketahuan ke Club saat malam peringatan kematian nenek nya itu, Jevan sangat bersyukur karena Loren sedang ada pekerjaan di luar negeri, jika tidak maka Jevan akan benar-benar habis terkena murka dari sang ayah.
"Pulang Jevan! Jangan membantah! Pulang atau saya tidak akan membiayai operasi Rayyan saat ini, dan biarkan saja dia mati!" bentakan Loren membuat Jevan tersentak kaget lantaran baru kali ini ayah nya begitu marah hanya karena perkataan diri nya.
"T-tapi yah——
"Kamu mau pulang atau ayah cabut semua fasilitas kamu Jevan." Jevan langsung membulat kan mata nya kaget atas ucapan sang ayah. Jevan sangat tahu apa yang di maksud dengan mencabut fasilitas yang berarti sampai dompet Jevan sendiri akan di sita oleh sang ayah, bahkan bukan hanya itu. Ayah nya tidak akan segan-segan memberi arahan agar saudara nya yang lain agar tidak membantu nya sedikit pun.
"Ingat ini baik-baik Jevan. Anak terkutuk ini menjadi alasan kenapa ayah sama mama kamu dulu cerai Rayyan! Karena kehadiran dia keluarga kamu hancur berkeping-keping. Kamu tidak ingat saat kamu menangis dan berlari keluar rumah saat hujan deras karena mengingat pertengkaran ayah dan mama?" Kenangan masa kecil Jevan langsung berputar seperti sebuah kaset yang menampilkan film yang terus berputar di kepala Jevan. Ia ingat betul hari di mana Rayyan datang ke rumah adalah hari di mana kehidupan masa kecil Jevan berhenti begitu saja dan di renggut oleh sosok Rayyan yang jelas-jelas adalah anak haram.
Jevan langsung berdiri dari posisi nya namun, masih setia menunduk dengan dalam lalu tanpa berkata apapun Jevan langsung pergi dari depan ruang operasi itu dengan tatapan kosong, Jevan kembali sadar betapa besar rasa sakit yang dulu ia alami karena kehadiran Rayyan di rumah. Mama nya Mama Rosa menangis dengan histeris karena mengetahui bahwa ayah nya, ayah Loren telah tidak sengaja menghamili seorang wanita di luar sana. Wanita murahan yang hanya menjebak ayah nya dan mengincar harta benda milik keluarga nya.
Wanita itu. Wanita yang dulu sempat menghancurkan kehidupan mama nya, mulai sejak itu Jevan membenci wanita serta semua hal yang berkaitan dengan wanita itu. Jevan bersyukur saat wanita murah itu meninggal karena tertabrak mobil namun, satu hal yang Jevan lupa anak berumur enam tahun yang bernama El Rayyan Kleis Rafael itu masih hidup dan menjadi benalu di rumah itu. Semenjak kematian wanita murahan itu, Loren langsung mengasingkan anak itu dari keluarga nya dan menutupi identitas anak itu sebagai anak di luar pernikahan Lorenza.
Lorenza menatap pintu ruang operasi itu dengan tatapan datar nya lalu melenggang pergi dari sana begitu saja seolah tidak memperdulikan nasib dari seorang Rayyan yang sedang berjuang di ruang operasi seorang diri. "Maaf. Walau darah ku mengalir dalam tubuh mu, aku tidak akan pernah menganggap diri mu sebagai darah daging ku."
ENDING
BERSAMBUNG S2
Alhamdulillah akhirnya cerita ini juga tamat, maaf ya guys kalau cerita ini udah lama nggak update karena aku terlalu fokus terhadap cerita yang satu nya, tapi itu ada alasan nya kok kenapa aku fokus ke cerita itu. Tapi tenang aja ini cerita juga dapat s2
S2 bakal ceritain ttg kehidupan Rayyan kedepannya setelah tragedi itu. tentu saja nggak ketinggalan dengan ada nya babang tampan Rayyan hehe yaitu, Marka, Reihan, Jevan, Haikal, Naren, Cetta & Jidan.
bye-bye guys.
S2 di up kalau chap ini nembus 200 vote
Love you all 💚💚
Terimakasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
7 Dream Key's
Teen FictionMengisahkan tentang seorang anak yang penyayang dan menjadi kesayangan seluruh anggota keluarga nya, yang hanya berharap agar saudara nya tidak pernah mengetahui tragedi yang terjadi pada diri nya di masa lalu namun, kemampuan _mimpi prekognitif_ (m...