30 | Berkabung ⚰️

1.1K 122 16
                                    

Makasih buat yang udah mampir
tinggal sekitar 10/15 chap lagi tamat cerita ini guyysss

Happy Reading 🍀
.
.
.
.

Kabar duka menimpa keluarga besar eyang Rahmat, Kepala keluarga besar ini yaitu eyang Rahmat telah di panggil ke sisi Tuhan yang maha esa.
Sontak kabar ini membuat sedih sekaligus kaget mendapat kabar seperti ini, bahkan bukan hanya dari pihak keluarga melainkan dari pihak pebisnis-pebisnis besar kaget serta sedih mendapati kabar duka ini, mengingat posisi eyang Rahmat yang cukup besar di dunia bisnis Indonesia.

Sekarang ketujuh cucu eyang Rahmat tengah berkumpul di kediaman besar eyang Rahmat untuk menyiapi segala keperluan proses pemakaman serta tahlil untuk eyang.

Terlihat para wanita menangis di tepi raga yang sudah tak bernyawa di ruang tamu besar kediaman eyang Rahmat, semua kursi semua perabotan serta meja telah di singkirkan untuk acara tahlilan eyang Rahmat, semua orang telah meneteskan air mata tidak terkecuali para pria, begitu besar dampak dari kehilangan sosok motivator, sosok ayah dan sosok kakek dalam kehidupan mereka.

"Yuna sabar Yun, ini udah jalan Tuhan." Lita sedari tadi terus mengucapkan kata 'sabar'  pada Yuna, dari semua orang Yuna yang paling kehilangan sosok eyang Rahmat, sosok yang selalu memberi nya dukungan dalam segala hal dalam hidup.

"Bunda, eyang nggak akan senang kalau ngeliat bunda kayak gini, bunda tenang ya bun," ucap Anton memenangkan sang bunda yang masih meraung di tepi raga tak bernyawa dari eyang Rahmat.

"Nggak mungkin! Ayah masih hidup! Nggak mungkin Anton! Nggak mungkin!" Yuna semakin meraung dalam dekapan Anton, Yuna masih tidak menyangka ayah yang kemarin malam ia buatkan kopi telah tiada hari ini.

Semua wanita di sana menangis dalam dekapan suami mereka masing-masing, hanya kata 'sabar dan ikhlas' yang dapat mereka katakan sekarang, sedangkan di sisi lain ketujuh cucu eyang pun menangis dengan cara mereka sendiri. Cetta yang menangis sembari memeluk Jidan yang juga sudah menangis, Reihan yang menangis dalam diam dengan menundukkan kepala nya, sedangkan Mahen terus menenangkan sang adik nya yaitu Haikal, karna sedari tadi tak kunjung berhenti meneteskan air mata.

Sungguh Jevan sangat ingin menangis sekarang, tapi satu hal menahan nya yaitu ekspresi Naren, bukan ekspresi sedih atau pun bentuk ekspresi lain melainkan hanya tatapan kosong, hanya kosong mungkin tidak ada bayangan dalam kedua netra milik Naren, Jevan sangat takut karna baru kali ini ia melihat Naren dengan tatapan yang benar-benar bisa di katakan kosong dan hampa.

"Na, are you oke?"

~~~~~~~

Hening tak ada jawaban dari bibir Naren, demi Tuhan Jevan sangat ingin Naren menangis dan menumpahkan semua perasaan nya sekarang seperti yang lain dari pada melihat Naren seperti ini.

"Na...

Ucapan Jevan terpotong saat melihat Naren sudah berdiri menghampiri raga tak bernyawa milik eyang, Jevan memutuskan untuk mengikuti Naren untuk jaga-jaga, Jevan harus kuat ia tak boleh lemah, Naren sekarang lebih membutuhkan nya.

"Eyang, kalau mau tidur pindah kamar ya? Naren bantu," ucap Naren sembari nekat mengangkat lengan milik eyang yang terkapar, sontak membuat semua orang panik, Jevan yang berada di sisi Naren pun langsung membentak Naren dengan kuat sehingga mengundang atensi semua orang ke arah mereka.

7 Dream Key's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang