26 | Air mata kenangan 🏖️

1.1K 130 6
                                    

Makasih buat yang udh mau support cerita ini
ini bukan bxb oke
Genre brothership

Happy Reading 🍀
.
.
.
.

S

etelah menerima pesan yang di kirim di grub chat mereka, tentu membuat mereka semua kehabisan kata-kata, sedangkan bang Anton yang tidak tahu apa-apa ikut binggung dengan suasana yang seketika hening.

"Kalian baik-baik aja kan?"

Hening tak ada jawaban, Naren yang tubuh nya mulai keseimbangan pun langsung di bantu oleh Jidan dan Jevan, Naren melihat bang Anton dengan binar yang tidak dapat di jelaskan, bahkan Naren masih binggung bagaimana bisa dia yang notabene anak tunggal tiba-tiba memiliki seorang kakak.

"Nana nggak apa kan? Duduk aja kalo capek." bang Anton langsung menepuk space yang kosong di samping nya memberi aba-aba untuk Jevan agar membiarkan Naren duduk di samping nya.

Naren langsung melompat ke arah bang Anton yang membuat bang Anton kaget karna Naren tiba-tiba saja memeluk tubuh nya erat seakan tidak ingin di lepas.

"Naren kenapa? cerita ke abang aja ya," ujar bang Anton lembut seraya mengelus surai halus milik Naren dengan membiarkan Naren menyembunyikan wajah nya pada dada milik bang Anton.

"Abang~~"

"Iya Na, nggak apa cerita aja, kamu liat apa tadi?" tanya bang Anton yang sudah sangat penasaran lantaran ia benar-benar binggung suasana yang awal nya memanas seketika menjadi hening.

Jidan yang melihat hal itupun geram, dan langsung menarik lengan Naren dengan kasar agar menjauhi Anton.

"Jie.. Sakit," ucap Naren lirih karna merasa cengkraman Jidan semakin kuat di pergelangan tangan nya.

Sedangkan yang lain hanya diam bergeming karna masih syok dengan kenyataan yang baru saja mereka terima.

"Abang berdiri!" ucap Jidan sedikit meninggikan nada bicara nya agar di dengar Naren.

"T-tapi Jie..."

Prang!

Belum sempat Naren menyelesaikan omongan nya, Jidan sudah membanting gelas yang berada di dekat nya dengan emosi.

"Abang kalo nggak berdiri, Jie bakal goresin pecahan kaca ini di tangan Jie!"

Mereka yang mendengar itupun sontak kaget dengan perbuatan serta ucapan Jidan itu, yang membuat mereka panik bukan main dengan ancaman Jidan.

"Jidan tenang!" ucap Reihan yang mencoba mendekati Jidan tapi percuma, ia malah mendapat ancaman Jidan yang membuat Reihan takut.

"Diem di tempat! Atau aku bakal bener-bener ngelakuin nya!" bentak Jidan dengan ekspresi serius yang membuat langkah Reihan, Jevan dan Mahen sontak terhenti karna melihat tetesan cairan berwarna merah telah keluar dari telapak tangan Jidan karna Jidan mencengkram pecahan kaca itu terlalu kuat.

"Jie tangan kamu berdarah, jangan marah dulu ya, Cetta obatin dulu," ucap Cetta berusaha mendekati Jidan tapi percuma karna Jidan makin nekat untuk berbuat lebih jauh.

Sret

"Jidan!"

Semua orang terdiam panik karna melihat luka gores yang terdapat pada pergelangan lengan milik Jidan.

Melihat hal itu membuat Naren tanpa pikir panjang langsung mendirikan tubuh nya dari pelukan bang Anton untuk menghampiri Jidan.

"Jie abang udah menjauh dari bang Anton nih, Jie sayang abang kan? Abang juga sayang Jie, jauhin kaca nya ya, kalo Jie sakit abang sedih Jie nggak mau ngeliat abang sedih kan?" tanya Naren lirih, sumpah demi apapun Naren sangat menyayangi adik bungsunya itu, bahkan ia tidak pernah sekalipun tidak menuruti kehendak Jidan, melihat kondisi Jidan yang begitu kacau membuat bulir air mata berhasil lolos dari kedua mata milik Naren, bahkan bukan hanya Naren, tapi Cetta, Haikal dan Reihan pun sudah terlebih dahulu menangis melihat Jidan yang kacau seperti ini

7 Dream Key's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang