Chapter 26 | Yara ?

7 1 0
                                    

Saya akhir-akhir ini masih fokus promosi. Eh malah kepincut soal belajar bisnis. Jadi plan nya berantakan deh. Tapi saya usahakan selalu konsisten buat up cerita ini sampai end.

Terimakasih sudah membaca

Terimakasih sudah membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dor
Dor
Dor
Dor

Suara tembakan terdengar di rumah sangkar, apalagi dia sendirian dengan para pelayan.

Ayah sangkar sedang di luar kota melakukan perjalanan bisnis.
"Sial. Ada apa ini?" Gumam sangkar saat dia berada di dapur dan tiba-tiba ada penembakan.

Salah satu peluru mengenai kakinya. Tapi dia tetap berusaha untuk bersembunyi di balik dinding dan segera menelfon polisi terdekat.

"Jalan Singgah nomor 18" balas sangkar membalas pertanyaan polisi untuk mengetahui alamatnya.

Carrrrr

Pecahan kaca terdengar dengan batu dan kertas yang bertuliskan.

"Balasan ini tak seberapa dari tindakan mu hari ini"

Setelah pesan tersebut akhirnya rumah sangkar kembali tenang. Dengan beberapa pelayan yang mengalami luka kecil.

"Apa maksudnya ini?" Gumam sangkar.

"Astaga kaki anda. Kita ke rumah sakit segera." Ajak bibi alias pembantu rumah nya.

"Pastiin yang lain baik-baik juga" ucap sangkar yang kemudian di papah oleh pembantunya itu.

"Pak Jon" teriak bibi keras. Dan pak Jon pun datang. Dia adalah supir di rumah itu.

"Kau darimana ha? Den sangkar terluka begini tapi kau malah asik menikmati rokok mu hah?" Pekik bibi.

"Tapi saya-...."

"Sudahlah kita ke rumah sakit sekarang"

Ketiganya pun masuk kedalam mobil dan menuju rumah sakit terdekat untuk mengobati kaki sangkar yang terkena peluru.

Setelah menunggu beberapa jam akhirnya teman-teman sangkar pun menjenguk nya di rumah sakit.

Sangkar kini terbaring di ranjang rumah sakit dengan kaki kanan nya yang diperban.

"Aden mau makan apa biar bibi Carikan di kantin rumah sakit" ucap bibi dengan mengelus rambut sangkar. Interaksi keduanya layaknya seorang ibu dan anak.

Saat sangkar akan menjawab tiba-tiba Kafka berucap "bibi engga ngehargai kita ya? Kita udah bawa banyak makanan loh bi" Kafka menjelaskan sambil pura-pura merajuk.

"Ya ampun hampura atuh den, bibi teh engga lihat, tadi cuma kepikiran den sangkar aja" ucap bibi meminta maaf ke sangkar

"Santai aja bi, Kafka cuma bercanda " celetuk Adista.

YARA'S SECRET - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang