• Kak Marcel

69 21 16
                                    

"Lepasin aja. Gue tadi udah kasih dia pelajaran kok."

Begitu dilepaskan, pemuda nakal itu langsung kabur lari terbirit-birit meninggalkan Lala dan pria misterius berjaket kulit itu.

Enggak. Mungkin karena terlalu lelah pikiran gue jadi ngalor-ngidul. Siapa tau cuma mirip. "Makasih ya," ucapnya seadanya. Segera Lala berputar lagi menghadap sofa tempat salah satu 'masalah' yang masih menunggunya untuk diselesaikan. Sidney. Sudah dipastikan dia akan kerepotan membawa anak ini keluar dari gedung diskotik menuju mobil. Lala pun menghela nafas lelah yang panjang seraya mengumpulkan kembali energinya sebelum kembali membungkuk.

"Apa perlu saya bantu?"

Lala menegakkan tubuh lagi lalu berputar dan sedikit tersentak karena tahu-tahu pria itu sudah berdiri sangat dekat di hadapannya. "Sorry, sorry. Emang nggak ngerepotin?"

"Saya sendiri yang menawarkan diri, itu artinya nggak ngerepotin dong." Lalu entah apa yang terjadi, tahu-tahu pria itu terdiam dengan kening mengernyit dalam saat memandangi wajah Lala. "Kok wajah kamu kayak nggak asing ya? Seperti wajah seseorang yang pernah saya kenal dulu."

Lala menelan ludah. "Masa sih? Tapi orang bilang memang wajah gue pasaran sih." Ia langsung melemparkan tatapannya ke arah lain sebelum ia jadi gila karena bisa-bisanya salah tingkah saat terus ditatap. "Oh ya, katanya mau bantuin gue?"

"Oh iya, sorry, sorry."

Lalu keduanya kini sama-sama mulai akan memboyong Sidney dari atas sofa itu.

"Sorry, nggak apa-apa 'kan kalau saya pegang?" Lucunya pria itu meminta izin dulu sebelum menyentuh Sidney.

"Nggak apa-apa dong. Jangankan dipegang di tendang ke laut juga nggak apa-apa. Soalnya ngerepotin sih anaknya," keluh Lala sambil tertawa dibuat-buat sambil coba mengangkat pundak Sidney untuk menyandarkannya di sandaran sofa terlebih dahulu. "Kamu pegang dia dari sebelah sana ya," ucapnya sambil menoleh tapi untuk mendapati pria itu ternyata masih diam-diam memandanginya dengan tatapan penasaran dan langsung membuang muka ketika ketahuan. Memang semirip apa sih dia dengan orang dimasa lalunya?

Lala jadi bertanya-tanya juga akhirnya. Kalau dari mereka sama-sama mengira satu sama lain mirip dengan orang di masa lalu, apa jangan-jangan memang benar dia.....?

Sekarang mereka sudah sama-sama memapah tubuh Sidney membelah kerumunan orang-orang yang masih memenuhi gedung diskotik ini.

"Oh ya, boleh gue tau siapa nama Lo?" Daripada nanti tidurnya tidak nyenyak malam ini karena mati penasaran, Lala pun bertanya.

"Saya Marcel. Kalau kamu?"

Marcel.

Kaki Lala sontak berhenti hingga membuat tangan Sidney yang melingkar di pundaknya hampir terlepas karena Marcel yang terus melangkah.

"Kamu kenapa?" Pria bernama Marcel itu mundur melangkah ke belakang.

Kepala Lala tiba-tiba saja terasa pusing tujuh keliling. Jadi sekarang bukan sekedar hanya wajahnya saja yang mirip tapi namanya juga. Ya Tuhan, apa sebentar lagi dia bakalan gila.

"Nggak apa-apa." Digapainya lagi tangan Sidney lalu dilingkarkan ke pundaknya. Setelah tadi dia yang memergoki Marcel yang entah kenapa terus diam-diam menatapnya, sekarang malah gantian. Sekarang Lala yang tidak bisa mengontrol kepalanya agar tidak menoleh ke samping.

Tuhan please, yakinkan aku lebih jelas lagi kalau dia memang Kak Marcel. Kak Marcel penyelamatku. Si pangeran impianku dulu.

*****

Love Is GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang