• Bawa Dia Kembali

76 27 31
                                    

Gagal sudah. Gagal total. 

Laki-laki angkuh itu menolaknya mentah-mentah. Si Banto pergi dengan cueknya setelah berhasil mengambil paksa topinya dari Lala. Ini-lah yang membuat gadis 25 tahun ini sekarang uring-uringan dan merasa seperti ditantang habis-habisan. 

“Pokoknya gue cuma mau dia! Titik!” 

Sidney yang menyetir di sebelahnya hampir oleng mendengar seruan Lala yang berapi-api. “Gila ya, udah ditolak mentah-mentah masih aja Lo kekeh begitu. Dimana harga diri Lo, La! Cowok yang modelnya kayak dia berserakan dimana-mana. Kita bisa tinggal pilih yang lain.”

Sahabatnya mengoceh heboh, sementara Lala tidak sedikitpun mempedulikannya. Ia hanya mengisi kepalanya dengan tekad bulat yang terlalu menggebu-gebu. Saat ini, tidak ada yang lebih penting selain menyelamatkan harga dirinya yang sudah seperti diinjak-injak pemuda angkuh dengan jeans buluk itu. Si Bento tidak tahu apa, kalau baru satu minggu yang lalu Lala dengan kepala terangkat, menolak ajakan kencan Daniel anak bapak menteri yang tergila-gila padanya. “Pokoknya gue cuma mau dia!” Tegasnya sekali lagi. 

“Benar-benar Lo udah sinting ya, La.” Sidney mendecak tak habis pikir seraya memelankan laju mobilnya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi mengingat fokusnya sudah terpecah belah sekarang. “Kalau gitu gue nggak bisa bantu. Gue nyerah deh.” 

“Nyerah Lo bilang? Oke, gue bisa telpon Tante Siska (Mamanya Sidney) sekarang juga untuk bilang kalau Lo pernah jadi Ani-Ani’nya om-om tuwir demi supaya bisa dapat uang untuk beli tiket konser Justin Bieber. Gimana menurut Lo seru nggak.” 

“Babi!” Kalau Lala bukan sahabatnya mungkin sudah Sidney tendang perempuan gila ini dari dalam mobilnya sekarang juga. “Gue kadang-kadang bingung ya sama Lo ,La. Why sih Lo jadi begini? Maksud gue, Lo itu cantik, tajir. Banyak cowok-cowok yang nge-crushin Lo. Tapi kenapa sih Lo nggak coba untuk buka hati Lo aja. Coba untuk jatuh cinta. Tinggal pilih noh mana cowok yang benar-benar cinta sama Lo. Semudah itu loh, La. Terus tinggal kenalin deh ke Opa Lo. Kenapa susah dibikin sendiri sih?”

Kali ini Lala mendengar. Mendengar dengan jelas semua apa yang Sidney ucapkan walau pada akhirnya dia malah memilih diam.

Sidney menoleh sekilas untuk memeriksa tanggapan Lala sebelum melanjutkan kembali ucapannya. “Apa karena Lo masih belum bisa melupakan orang dari masa lalu Lo itu ya, makanya Lo jadi begini? Siapa itu namanya, gue lupa. Mmm…” Ia mencoba menerawang mengingat-ingat lalu menoleh lagi hanya untuk menyebutkan nama itu. “Oh ya Marcel. Marcel yang dulu selalu Lo sebut-sebut kalau dia itu pangeran impian Lo. Benar karena dia? Karena dia ‘kan Lo sampai detik ini belum bisa buka hati Lo untuk cowok manapun?” 

Lala terkesiap begitu nama itu meluncur tanpa aba-aba dari mulut Sidney. Nama yang seolah begitu keramat baginya. Yang bahkan Lala sendiri takut untuk mengucapkannya. Karena apabila nama itu terucap, maka dengan otomatis bayangan masa lalu saat ia masih bersama sosok itu akan kembali menyiksa pikirannya. Dan yang lebih menyakitkan daripada semua itu, kenyataannya; sekeras apapun Lala menyimpan rapi kenangan mereka dalam hati yang sudah ia kunci rapat-rapat, justru disitulah ia dibuat tersadar kalau sosok Marcel yang telah lama tiada itu tidak akan pernah hidup kembali.

“Sadar, La, Marcel itu udah nggak ada. Mau sampai kapan Lo terus begini? Masa hanya karena orang dari masa lalu, Lo sampe harus ngorbanin masa depan lo––” 

“Sid, Stop, sebelum Lo terlalu jauh!” 

“Kenapa gue harus stop. Lo harus terima kenyataan, La––”

“Marcel nggak pernah mati Lo paham NGGAK!” Meledak juga akhirnya emosi Lala. “Asal Lo tau, Sid, orang-orang bisa bilang Marcel sudah tiada, jasadnya mungkin bahkan udah nggak utuh, tapi sampai kapanpun dia nggak akan pernah hilang dari hati gue. Sejak dulu, sampai detik dan bahkan sampai gue mati! Gue nggak akan bisa hilangkan dia dari hidup gue. Paham Lo!” Seperti biasa, segala hal yang berhubungan dengan Marcel selalu membuatnya rapuh. Lala bahkan tidak menangis saat mengusir Ayah kandungnya sendiri, tapi sekarang tanpa sadar air matanya terjatuh. 

Love Is GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang