• Ungkapan Cinta Lala

23 8 5
                                    

“Kalau Lo ada masalah sama gue, Lo cukup berurusan sama gue aja. Nggak usah bawa-bawa orang lain. Untuk apa juga?! Dia nggak ada urusannya sama gue.” 

“Kamu yakin nggak ada urusan sama dia?” 

“Yakin-lah!” Lala mengerjap dilema setelah mengucapkan ini ditengah pelototan mata sadisnya sedetik lalu yang hampir seperti mau menerkam Daniel di depannya. 

“Oke, kalau begitu mari kita lihat apa memang laki-laki miskin ini nggak ada artinya buat kamu!” Daniel menjentikkan jarinya dan orang-orang di belakangnya langsung bergerak mengikuti perintahnya. 

“Mau ngapain––” 

Bak, Bik, Buk! 

Dua orang itu langsung ternyata bergerak mengeroyok Ben. Satu memegang tubuhnya dan yang satu menghajar perutnya. Berkali-kali. 

“STOP!!” Lala yang awalnya diam terperanjat akhirnya panik juga. “Daniel, suruh orang-orang lu berhenti nggak!”

Saat Daniel menoleh kepadanya, ia tidak menyangka kalau pria ini langsung mengintimidasinya dengan sorot yang begitu kecewa. “Katanya kamu nggak peduli? Katanya nggak punya urusan sama dia? Jadi kenapa kamu panik hampir mau menangis seperti itu?”

“Sebenarnya apa sih yang Lo mau?” Pekik Lala sudah tidak tahan lagi.

Tapi tatapan Daniel malah berubah semakin sinis. Sudah lama mereka saling mengenal tapi ini untuk pertama kalinya Lala melihat pria itu dengan tatapan penuh kemarahan. 

“Selama bertahun-tahun kita sudah saling mengenal dan kamu sendiri pasti tau gimana tergila-gilanya saya sama kamu. Bahkan seperti apa yang dikatakan Sidney sahabat kamu, kalau saya sudah seperti laki-laki yang nggak punya harga diri, karena walaupun sudah kamu tolak berkali-kali tapi saya tetap memilih untuk tidak menyerah, tapi disini sekarang kamu malah membuktikan kalau kamu mencintai laki-laki sialan ini. Laki-laki yang dari segala sudut sudah jelas nggak pantas disandingkan dengan saya! Seperti langit dan bumi! Bisa-bisanya kamu!”

Lala sampai mundur ketakutan karena Daniel dengan tatapan yang seperti ingin menerkamnya bulat-bulat itu terus berjalan mendekat kepadanya. “Mm, bukan begitu––”

“Kalau seandainya kamu menolak saya karena laki-laki yang setara sama saya, saya mungkin masih bisa terima. Tapi ini, dengan manusia gembel seperti dia.” Daniel mendecih tidak habis pikir sambil menuding jarinya ke arah Ben.

“Lo sendiri apa yakin kalau benar-benar mencintai dan menerima gue dengan tulus? Seandainya gue bukan Lala seperti yang lo lihat sekarang? Bukan cucu dari Teddy Ardiwilaga tapi cuma seorang gadis miskin yang nggak punya apa-apa, memangnya Lo yakin masih bisa terima gue apa adanya?” Lala memberanikan diri menjawab sambil menatap Daniel di depannya. “Gue yakin pasti nggak. Karena yang Lo punya bukan cinta tapi rasa gengsi yang kelewat tinggi. Benar ‘kan?!”

Daniel pun terhenyak diam sesaat. “Memangnya kamu sendiri yakin kalau laki-laki gembel ini mencintai kamu apa adanya. Bukan karena kamu cucu Teddy Ardiwilaga?”

Lala sempat terdiam sambil menelan ludah. “....yakin.” 

Rahang Daniel mengetat keras diiringi dengan dua tangannya yang terkepal keras di bawah sana. “Ahh, persetan dengan semua itu! Yang jelas saya hanya jatuh hati dengan kamu yang sekarang karena nyatanya hanya ada kamu yang sekarang yang saya kenal.” Telapak tangan kanannya kemudian mencengkram tengkuk leher Lala dengan keras. “Lalu jatuh cinta dengan laki-laki miskin seperti dia ini, apa yang bisa kamu harapkan? Lihat, memangnya dia bisa apa untuk menyelamatkan kamu sekarang, Hah?” 

Tubuh ramping Lala mungkin bukan lawan yang seimbang untuk melawan tubuh tinggi dan tegap Daniel sehingga pria itu bisa dengan gampang menariknya dengan sekali hentakan lalu mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibir mereka. Dengan kurang ajar pria gila ini pun meraup bibirnya.

Love Is GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang