Kelopak 19 - Duel Delapan Besar

102 17 0
                                    

Babak kedua adu silat sudah selesai semalam, meski menang namun Anggun tetap kecewa karena semalam Dandi juga tak tampak batang hidungnya.

Kini adu silat telah memasuki babak delapan besar, yang tentu saja akan semakin seru karena yang tersisa adalah para pendekar muda tangguh.

Anggun dapat giliran pertama tampil, lawannya kali ini adalah Ringgita. Sebelum pertarungan di mulai Anggun kembali melihat kebarisan penonton mencari-cari keberadaan Dandi. Anggun pun menelan rasa kecewa.

"Kenapa sahabat? Kau seperti sedang memikirkan sesuatu" tegur Ringgita.

Anggun cepat-cepat menghalau pikirannya dari Dandi, dia lemparkan senyum ramah kepada Ringgita.
"Adikku, Dhanu bilang kau telah menolongnya saat di dasar jurang. Aku belum sempat mengucapkan terima kasih"

"Ah jangan sungkan-sungkan, aku senang berteman dengan adikmu, sungguh disayangkan ya kita harus bertemu mengadu keterampilan silat di babak delapan besar ini?" Ringgita sedikit kecewa karena yang dia harapkan untuk menjadi lawannya adalah Priyandhana.

"Menang atau kalah, aku tetap akan menganggap mu teman" tanggap Anggun.

"Terima kasih, ayo kita bertanding secara adil" ucap Ringgita dengan riang.

GONGGG! Gong telah dipukul, pertandingan telah di mulai. Ringgita hunuskan pedangnya yang memiliki gagang kayu berukir bunga.

Kedua gadis saling melompat mendekat, mereka berduel jarak pendek. Ringgita dengan pedang sedangkan Anggun dengan selendang.

Anggun takjub karena Ringgita seorang gadis tangguh, dia telah melancarkan tiga serangan selendang beruntun ke arah kaki yang dapat dihindari oleh Ringgita dengan lincah. Malah sesekali Ringgita balas menyerang dengan tusukan pedang yang tak terduga.

Hampir saja Ringgita berhasil daratkan sayatan ke pipi Anggun andaikata Anggun tidak lekas-lekas pergunakan selendangnya buat melindungi wajahnya. Selendang yang dikibaskan itu berhasil memukul pergelangan tangan Ringgita hingga arah tusukan pedang meleset, namun tak ayal beberapa helai rambut Anggun sempat terbabat putus.

Kedua gadis mulai bertarung lebih serius, keduanya sama-sama berusaha untuk membuat lawan terlempar dari pentas.

Bukk! Pedang Ringgita laksana menghantam gumpalan karet tebal ketika berusaha menembus rapatnya pertahanan selendang Anggun yang bergerak cepat berputar-putar melindungi tubuh sang pemilik.

Ringgita berdecak kagum memuji kehebatan selendang Anggun.
"Aku takjub dengan kehebatan jurus Selendang Bidadarimu kawan"

"Jurus pedangmu juga hebat" balas memuji Anggun.

Kedua gadis pasang kuda-kuda baru. Dengan mempermainkan senjata masing-masing keduanya melangkah penuh hati-hati sambil memantau gerakan lawan.

Ringgita tiba-tiba memekik, pedangnya dilempar ke atas langit dengan pengerahan tenaga dalam dan aji kesaktian, begitu pedang mencapai titik tertinggi lemparan tiba-tiba bleppp! Badang pedang memancarkan sinar putih teramat sangat terang benderang, meski hari siang namun mengalahkan terangnya sinar mentari. Salah satu jurus andalan Ringgita bernama Sinar Surga Memukau Matahari.

Biasanya setelah jurus itu berhasil membuat lawan kesilauan Ringgita akan menyusul dengan serangan senjata rahasia, namun di adu tanding kali ini senjata rahasia tidak diperbolehkan, maka Ringgita memutuskan menyerang Anggun yang sedang kesilauan dan tak dapat melihat dengan satu tendangan dahsyat.

Ringgita tersenyum karena menduga serangannya kali ini berhasil namun mendadak dari dalam tanah, melesat keluar selendang-selendang merah muda yang mengurung dan menemboki dirinya. Ringgita terjebak di dalam kurungan selendang, tanpa ampun gadis itu pun dibeliti selendang-selendang aneh itu. Bersamaan dengan itu pula satu selendang lain datang menyambar dan membelit pinggang, laksana layangan sosok Ringgita tertarik dan terlempar ke luar pentas. Adapun pedang Ringgita yang mengeluarkan sinar menyilaukan itu pun lepas kendali, pedang itu jatuh dan menancap tepat di tengah panggung.

MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang