[[♠]]
"Met pagi para sampah masyarakat," ucap Helios, ia melangkah masuk sembari membawa beberapa borgol di tangannya.
Seketika Jeva dan Lexa pun berkedip bingung, terutama Jeva, matanya menatap curiga orang aneh tersebut.
"Nah, tiba juga nih hari, let's see ...." Helios mulai melangkah pelan, pandangannya menatap ke sana ke mari setiap sel. "456, 666, 515," ucap Helios sembari menunjuk setiap narapidana dengan nomor yang ia sebutkan.
"208, 311 dan ...." Tatapan tajam Helios tertuju pada sel Jeva. "Tahanan 111." Selesai berucap Helios pun menyerahkan borgol di genggamannya pada 3 sipir yang berjalan di belakangnya.
Anggukan patuh ketiga sipir itu lakukan, salah satu dari mereka mengambil borgol yang Helios berikan—membagi setiap orang 2 borgol—setelahnya mereka segera memencar untuk melaksanakan tugas.
Jeva masih terduduk diam di tempat ketika salah seorang sipir menuju ke arahnya, membuka pintu sel-nya dan langsung menarik Jeva untuk berdiri, terasa kekuatan pria itu berbeda dengan sipir-sipir yang pernah ditemuinya sebelumnya.
"Maksudnya apa nih?" tanya Jeva.
"...."
"Oh, bisu yah?"
"...."
Lagi ucapnya bagai angin lalu, tak di gubris sama sekali. Tangan Jeva langsung dipasangi borgol. "Ikut," ucap sipir tersebut.
Sang sipir berjalan menuju satu tahanan lainnya, melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pada Jeva.
"Apasih!? Alay Lo pada! Gak usah pake acara borgol-borgolan napa!?" Pria dengan rambut sepunggung itu protes dan mendorong tubuh sang sipir, yang tentu tak berefek apa-apa, padahal jika di bilang tubuhnya sudah termasuk kekar.
Hanya saja, 2 sipir lainnya langsung mengeluarkan senjata api mereka dan menodong pria berambut panjang itu.
Dengan wajah sangat datar Helios menatap lelaki berambut gondrong yang memiliki tubuh kekar itu. "Jangan memperpanjang waktu, kita sibuk," ujarnya yang langsung diberi anggukan cepat oleh sipir tadi.
Sementara pria berambut gondrong itu langsung mengangkat kedua tangannya kala diacungi pistol. Mempermudah sang sipir untuk mengambil kedua tangan sang pria dan memasangkan borgol ke pergelangan tangannya.
"Baru juga deket udah dipisahin aja," gumam Lexa, ia menatap kesal Jeva yang dibawa pergi. "Lios b*bi ckk," decaknya sebal, padahal akhirnya ia punya teman di penjara ini, namun temannya malah dibawa pergi duluan.
Melangkah bersama-sama, keenam tahanan itu mulai melangkah di dampingi 3 sipir bertubuh atletis di baris paling belakang.
Bukannya Lexa juga dibebasin hari ini ya? Kok dia gak ikut? Terus kenapa juga kita harus diborgol lagi? Berbagai pertanyaan bermunculan di pikiran gadis bertatto itu.
Tap!
Tap!
Tap!
Langkah Helios kemudian terhenti di hadapan sebuah pintu, tak lama seseorang berseragam sipir datang dan langsung bergegas membukakan pintu berwarna putih tersebut.
Cklek!
Pintu terbuka, lantas kaki jenjang itupun melangkah menyeberangi pintu, diikuti oleh 6 tahanan serta 4 sipir di belakangnya.
Apa nih? Jeva semakin dibuat bingung saat melihat ruangan putih kosong yang hanya berisi satu kursi di pinggir tembok.
"Oke, jadi kalian adalah tahanan-tahanan spesial yang hari ini bakal keluar sepenuhnya dari penjara, dengan satu syarat." Helios berjalan menuju kursi kayu berwarna hitam itu, ia menurunkan bokongnya dengan nyaman di sana. "2 orang yang bertahan sampai akhir yang akan dibebaskan," ujarnya dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SICK ROAD [END]
RandomRefa terkekeh miris melihat pemandangan di depannya, puluhan orang berseragam Oren yang tengah makan siang, pula dengan penjaga berseragam polisi di setiap sudut tempat itu. "Gak, harusnya gue mati setelah ditabrak truk, tapi apa-apaan tempat ini." ...