[[♠]]
"Makan-nya udahan dulu, kita berangkat sekarang." Helios membuka pintu kamar Jeva.
Seketika semua orang yang tinggal di kamar itupun menoleh ke arah Helios. "Inhi Khan mahih jam emhwat," jawab Jeva yang tengah mengunyah nasi panas di dalam mulutnya. Ia pun mendongakkan kepalnya ke atas, lalu meniup nasi itu hingga kepulan asap keluar dari mulutnya.
Pian dan para wanita yang tengah sibuk makan pun mengangguk, menyetujui ucapan tak jelas Jeva.
"Lebih cepat lebih baik, yang mbantah gajinya dipotong." Helios menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Bragh!
Mereka semua pun seketika berdiri. Membuat Jeva hampir tersedak karena kaget. Ia menatap teman-temannya yang langsung mengambil perlengkapan masing-masing dan bersiap-siap.
"Ngapain masih duduk?" Helios menatap datar Jeva yang masih duduk di lantai. "Mau gajinya dipotong?"
Jeva menggelengkan kepalanya, ia lantas menelan nasi di mulutnya. "Nyusul aja nanti boleh gak bos? Masih laper."
"Boleh, tapi gajinya dipotong 80 persen."
"Ooh, oke." Jeva meraih sendoknya, kembali menyendok makanannya dan memasukannya ke dalam mulutnya. Ia mengunyahnya dengan nikmat, menarik perhatian orang-orang yang berada di ruangan itu.
"Waras Jev?" tanya salah satu teman sekamar Jeva.
"I'm hokay, I'm hfine, hwenhanayo," sahut Jeva setelah meniup nasi di dalam mulutnya yang baru ia ingat jika itu masih panas.
"Fix, abis makan kecubung." Helios pergi meninggalkan pintu kamar itu. Ia menuju tempat para bawahan lainnya berada. Tak lain tak bukan adalah kamarnya para pria.
****
"Damien ke gedung atas, Brian mimpin pasukan penyerbu. Bianca bawa 5 penembak buat jagain depan markas Helios, pastiin gak ada yang kabur." Mikhael berucap dengan lantang di depan beberapa bawahan kepercayaannya. Mereka tengah berkumpul di kantor Mikhael, membagi
"Gue cari Helios, dan-" Ucapan Mikhael terpotong kala ia mendengar ledakan di lantai bawah. Ia pun menoleh, bergegas meninggalkan beberapa bawahannya itu untuk mengecek keadaan.
Cklek!
Ia membuka pintu, dan matanya pun melebar kala melihat tangga yang tak jauh dari ruangannya telah hancur. Seluruh bawahannya yang tadinya tengah berkumpul di ruang tengah lantai bawah mulai berlarian menuju pintu keluar. Namun bukanya selamat, mereka—
Dor!
Dor!
Dor!
—tumbang satu persatu.
Rukas dan Yuan menembak para anak buah Mikhael, begitu pula dengan para anak buah Helios yang lainnya. Keadaan begitu rusuh, sungguh tak terkendali. Sementara Jeva dan Pian menggunakan pisau andalan mereka untuk ikut meramaikan kerusuhan tersebut.
Jleb!
Srek!
Rahang Jeva mengeras kala ia mengayunkan pisaunya, menusuk dan mengoyak setiap inci tubuh para bawahan Mikhael. Darah pun terciprat kemana-mana, mengenai pakaian, tangannya, hingga wajahnya. Ia terus menahan perutnya yang mual saat melihat manusia-manusia yang tergeletak berlumuran darah akibat perbuatannya.
Helios berjaga di atas sebuah pohon yang menjulang tinggi, memegang erat senapannya, mengarahkannya ke gedung yang telah porak poranda itu. Jika Jeva mundur mungkin dirinya akan ikut menjadi sasaran Helios, ia tahu sendiri bahwa Helios tak menerima beban dalam misi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SICK ROAD [END]
RandomRefa terkekeh miris melihat pemandangan di depannya, puluhan orang berseragam Oren yang tengah makan siang, pula dengan penjaga berseragam polisi di setiap sudut tempat itu. "Gak, harusnya gue mati setelah ditabrak truk, tapi apa-apaan tempat ini." ...