[[♠]]
Ia melihat Helios yang tengah memejamkan mata dengan tubuh bersandar di sofa, sebuah piring kecil yang kosong pun terletak di atas meja. Membuat senyum manis Jeva samar-samar merekah.
Setelahnya Gadis itu pun melangkah mendekat ke Helios. Ia berdiri di samping pria yang tengah bersandar di sofa itu. Jari-jari lentik nya pun terulur, Jeva menaruh telunjuknya di bawah lubang hidung Helios, mengecek pernafasan pria itu.
"Masih hidup," gumamnya. Setelahnya Jeva pun menepuk-nepuk pipi Helios, mencoba membangunkan pria itu. Namun, tak ada sedikit pun reaksi yang pria itu berikan. "Alright, that's good."
Dengan lancang Jeva merogoh saku celana Helios, mencari suatu benda.
Gadis itu mengambil dompet sang Bos.
Setelahnya Jeva pun mengambil beberapa lembar uang, tak lupa kartu hitam yang terselip rapi di dompet tersebut. Jeva mengganti kartu itu dengan KTP Helios yang masih disimpannya.
Setelahnya ia pun menutup kembali dompet tersebut dan menaruhnya kembali ke tempatnya.
****
"Yes, that address, please come immediately," ucap Jeva pada seseorang ditelepon. Setelahnya ia pun mematikan sambungan panggilan itu, ia simpan ponselnya di saku. Selesai menata barang-barangnya ke dalam tas, Jeva menggendong tasnya keluar dari kamar.
Ia melangkah dengan tenangnya di dalam markas yang amat tenang itu.
Jeva pun keluar dari markas, membawa satu tas berukuran sedang yang berisi pakaiannya, serta uang dan Blackcard milik Helios. Ia menutup pintu markas itu dengan penuh perhatian. "Gue akan rindu kalian semua, beban hidup," ujarnya sembari menepuk gagang pintu dan tersenyum tipis.
Sebuah mobil yang terparkir di depan markas pun segera membunyikan klaksonnya. "Cepetan oyyy," ujar Vella dengan malas karena Jeva yang lambat.
"Iya iyaa." Jeva pun bergegas menghampiri mobil itu. Ia langsung memasuki mobil tersebut dan menutup pintunya. Meletakkan tasnya yang menggembung di kursi belakang, sementara dirinya duduk di samping Vela yang menyetir.
"Gak ada yang ketinggalan?" tanya Vella memastikan.
"Aman, sidik jari pun udah dibersihin semua."
"Good, Blackcard-nya dibawa?"
"Udah."
"Bungkus-bungkus Arsenik yang waktu itu diambil di minimarket?"
"Udah dibersihin. Udahlah ayo pergi."
"Ok," sahut Vella. Ia pun langsung menyalakan mesin mobil dan melaju pergi.
****
Wiuu! Wiuuu!
Suara sirine mobil yang memekakan telinga terdengar mendekat ke sebuah tempat. Mobil-mobil polisi itu berhenti tepat di depan markas Helios. Para pria berseragam lengkap dengan senjata api di tangan mereka pun keluar dari mobil.
Berbondong-bondong para polisi itu menyerbu masuk ke dalam markas tersebut. Menangkap siapa saja yang ada di dalam markas. Namun, Pak Memet menghentikan langkahnya, ia menatap datar para preman yang diborgol tanpa perlawanan itu, alias mereka sedang tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SICK ROAD [END]
De TodoRefa terkekeh miris melihat pemandangan di depannya, puluhan orang berseragam Oren yang tengah makan siang, pula dengan penjaga berseragam polisi di setiap sudut tempat itu. "Gak, harusnya gue mati setelah ditabrak truk, tapi apa-apaan tempat ini." ...