SR-19

272 34 9
                                    

[[♠]]

"Pelan-pelan! Setan!" teriak Jeva kala kakinya diperban dan diikat dengan kasar oleh Helios. Entah kerasukan jin apa pria itu hingga mau mengobati dirinya.

"Dah, selesai, gak usah lebay. Kalo nanti malem gak ikut, gue amputasi kaki Lo." Helios menurunkan kaki Jeva dari pangkuannya, setelahnya ia pun membereskan kotak P3K dan meletakkannya di atas nakas.

"Ye," sahut Jeva malas. "Hp saya mana?"

"Dilarang pake Hp, kenapa? Mau banget ya main Hp? Nomor Mikhael udah gue hapus."

"Apaan coba bawa-bawa Mikhael, saya inget dia aja nggak. Bosen tau bos tiap hari Hp disita."

"Gak Lo doang, yang lain Hp nya disita juga gak protes. Mencegah untuk menghubungi Mikhael, biar gak ada yang macem-macem."

Helaan nafas pun Jeva keluarkan. "Terserah, kalo gitu saya mau pergi jalan aja." Jeva bangkit dari ranjang Helios lantas pergi meninggalkan kamar tersebut.

Helios tak mencegah, ia malas berdebat. Lebih baik dirinya menyiapkan diri untuk nanti malam.

****

"Rwm pĕn h̄nụ̀ng r̂xy bāth," ucap sang kasir, ia memberikan sekantung belanjaan milik Jeva.

"Sorry ... what?" Jeva tak paham dengan ucapan perempuan itu.

Sang kasir terdiam sejenak, ia pikir pelanggannya orang Thailand namun nampaknya bukan. "Ooh, I mean the total is one hundred baht," ulangnya menggunakan bahasa inggris yang masih belepotan.

"Ooh, okay okay." Jeva lantas mengeluarkan dompetnya, mengambil seratus baht lalu menyerahkannya ke petugas kasir itu. Darimana ia dapat uang? Tentu uang haram dari kerjanya dengan bisnis Helios.

"Thank you." Perempuan itu berucap sembari menerima uang Jeva.

Jeva mengangguk lantas mengambil belanjaannya yang hanya berisi sebotol minuman jus serta beberapa bungkus Snack. Ia melangkah keluar dari minimarket tersebut.

"Hasurkah gue mulai belajar bahasa Thailand?" gumamnya sembari melangkah.

"Ckk! Kenapa juga harus ke Thailand, ribet banget sih hidup Jeva," gerutunya.

****

Cklek!

Jeva membuka pintu. Ia melangkah masuk dan mendadak langkahnya terhenti. Pandangan Jeva tertuju pada Helios yang tengah berbaring di sofa, hanya menggunakan celana panjang hitam tanpa baju.

Helios tengah mengotak-atik iPad di genggamannya. Tak sedikitpun melirik pada Jeva, meski sadar dengan kehadiran gadis itu. Dirinya tetap fokus menyusun agenda Minggu ini, sebab dirinya tak punya sekertaris. Tepatnya, ia merasa tak memerlukannya.

Sekian lama Jeva tak melihat tubuh se-atletis mantan pelatihnya. Kini ia baru sadar jika Helios memilikinya. Sial, dirinya iri. Jeva pun meneguk minuman di botolnya dengan tatapan iri saat memandangi tubuh estetik Helios.

"Kenapa?" tanya Helios, merasa aneh saat Jeva tak pergi-pergi dan malah menatapinya. "Ada masalah lagi?" Helios menatap penuh tanya.

"Ada, banyak, gak papa sih, cuma masalah pribadi," jawab Jeva sembari tersenyum masam. Ia menutup botolnya, kakinya pun kembali melangkah, hendak menuju kamar.

Helios berkedip, menatap heran tingkah laku Jeva yang aneh. "Jeva," panggilnya, ia meletakkan iPad-nya di meja. Mengangkat tubuhnya untuk duduk dengan benar.

Merasa terpanggil, sang empu lantas menoleh. "Apa?" Jeva berhenti di depan tangga. Menatap Helios bertanya-tanya.

"Tadi gak jajan kecubung kan?" Helios menatap Jeva curiga. Matanya menelisik curiga ujung kaki hingga ujung rambut Jeva.

"Maaf, tapi saya masih waras bos."

"Jujur, kalau gak Hp Lo gue lempar ke laut."

Jeva menarik nafasnya dalam-dalam, lantas tersenyum penuh kesabaran. "Di sini mana ada yang jual kecubung b*go." Maaf dirinya bukan Jeva asli yang kalem dan bisa menyembunyikan emosinya.

"Bicaranya yang sopan, gue bos Lo di sini."

"Mana ada bos manggilnya Lo gue ke anak buahnya sendiri, skibidi."

"Gue yang berkuasa, suka-suka gue lah, anak buah gak usah ngatur."

"Umur doang tua, sifat kek bocah spesial," gumam Jeva sembari menaiki tangga. Tak mau mendengarkan lagi ocehan bos nya. Hanya akan menguras kesabarannya jika ia terus meladeninya.

"Cih! Gue potong gaji Lo baru tau rasa." Helios kembali membaringkan tubuhnya. Meraih iPad-nya di meja, dan kembali mengerjakan pekerjaannya.

"Bos emang sering pake gue Lo ke anak buahnya, tapi sejak kapan bos sesabar itu yah? Harusnya Jeva udah dapet hukuman gak sih?" tanya Yuan pada Rukas, ia menatap heran ke arah Jeva.

"Ngerasa gak sih Jeva mirip seseorang?" tanya balik Rukas. Selama dirinya berlatih dengan Jeva sungguh ia merasakan sesuatu yang aneh dari gadis itu.

Yuan pun menatap ke arah Rukas, tak paham dengan ucapan kawanannya itu. Lantas tatapannya pun kembali tertuju pada Jeva, gadis bertatto yang tengah menaiki tangga itu. "Dunia ini emang penuh misteri ya? Udah kayak di novel-novel aja," gumamnya.

****

Brak!

Sebuah meja hampir patah dibuat Mikhael, ia menghantamkan kepala anak buahnya ke mejanya.

"Gimana sih kerjanya? Kalau minta mati di tanga gue bilang dong," sarkas Mikhael, ia menatap emosi ke anak buahnya.

"A-ampun, saya juga tidak tahu bos bagaimana mereka bisa memasuki markas kita bos." Pria dengan kepala yang berlumuran darah itu berusaha membela diri. Ia tak ingin mati hari ini.

"Kan Lo yang jaga gerbang. Masa gak sadar kalo ada yang lagi ngintai sih, jangan g*blok dong!"

Brak!

Para anak buah Mikhael yang lain pun meneguk ludah mereka kasar kala Mikhael terus menerus menghantamkan kepala pria itu ke meja. Dalam hati, mereka semua terus berdoa agar tak menjadi yang selanjutnya. Meski mereka sadar doa dari pendosa seperti mereka mungkin tak akan dikabulkan.

Brugh!

Mikhael menghempaskan tubuh yang sudah tak bergerak itu ke sembarang arah.

"Apa aja yang udah mereka ambil?" tanya Mikhael ke Brian.

"Menurut jawaban mereka yang telah  mengejar dua perempuan tadi, kedua perempuan itu hanya mengambil satu berkas," jawab Brian.

"Sejak kapan Helios tau tentang surat itu?" Mikhael bergumam sembari memasang wajah dingin. "Alright, pikirin itu nanti, sekarang suruh semuanya buat kumpul, kita hancurin Helios malam ini."

Brian pun mengangguk paham, ia lantas membungkuk hormat, lantas mundur dan fokus mengotak-atik iPad-nya.

[Group 1]

Anda:
"Kumpul di markas! Ada informasi penting dari bos."

[Group 2]

Anda:
"Kumpul di markas sekarang! Perintah dari bos."

[Group 3]

Anda:
"Semuanya dimohon untuk kumpul ke markas sekarang juga!"

[[TBC]]

Note:

Cung yang setuju Minggu ini double up!☝🏼
Syarat: Vote dulu ya calon penghuni surga yang baik hati😇

Masa pembacanya berapa yang vote cuma berapa, sekali-kali latihan vote lah🗿


//VOTE WOYYYY VOTEEE!//

SICK ROAD  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang