SR-22

314 37 4
                                    

[[♠]]

"It's time to see what i can do
to test the limits and breakthrough
No right, no wrong, no rules for me. I'm Free!" Senandung merdu itu Jeva nyanyikan sembari membuat kue di dapur.

"Let it go, Let it go!
I am one with the wind and sky
Let it go, Let it go!
You'll never see me cry-"

"Ditabok pake panci juga nangis Lo. Berisik banget pagi-pagi," sarkas Helios pada Jeva yang tengah asik menyanyikan lagu Frozen Disney. Sangat kekanak-kanakan. Dengan tak peduli iapun mengambil gelas lalu mulai menyeduh kopi.

"Hidup hidup saya, suka-suka saya lah," sinis Jeva. Ia pun menyalakan mixer dengan kecepatan penuh untuk mengaduk adonan kuenya.

"Ini markas gue, kalo berisik gue jadiin Lo makanan preman-preman gue sampe hamil," ujar Helios sembari mengaduk kopinya.

Mendengar ucapan frontal Helios gadis itupun langsung mengunci mulutnya, ia tak mau mati dengan cara itu! Kejam. Jeva terus diam sembari mengaduk adonan kuenya. Membuat Helios berdecih meremehkan, pria itupun pergi membawa kopinya dari dapur. Namun sebelum keluar dari tempat ith ia menabok pantat Jeva yang membuat mata gadis itu melebar.

"Anak haram!" Jeva mencopot sendalnya lalu langsung melemparkannya pada Helios. Sungguh disayangkan Helios lebih pandai menghindar daripada menerima timpukan sandal Jeva.

Dengan santai pria itu lanjut berjalan meninggalkan dapur, puas membuat anak buahnya darah tinggi.

"Huh f*ck you! Gue laporin ke bapak gue baru tau rasa Lo!" kesal Jeva, hingga tak ingat jika kedua orangtuanya sudah tertanam di bawah tanah.

****

"Nah! Jadi!" Jeva tersenyum senang saat mengeluarkan 2 loyang kue berukuran besar dari oven. Sementara Rukas yang biasa memasak pagi hanya menyilangkan kedua tangannya menatap kelakuan Jeva.

"Tumben masak," ujar pria itu.

"Merayakan kepergian gue sebentar lagi," jawab Jeva. Dengan penuh hati-hati ia mengeluarkan kue tersebut dari loyang dan meletakkannya di piring.

Rukas pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya miris melihat betapa bahagianya Jeva. Ia menepuk kepala gadis itu, merasa berdukacita atas kepolosan Jeva. Maklum saja, mungkin Jeva tak tahu betapa tak punya hatinya Helios. "Semoga bahagia selalu."

"Hmm gue mah gak pernah stres, always happy." Jeva pun memotong-motong kue itu perlahan, penuh perhatian. Senyum tipis terus merekah dibibir merah mudanya, meski tadi sempat kesal karena Helios mengganggunya.

Rukas memperhatikan Jeva sembari memakai Apron-nya, ia hendak memasak sarapan pagi untuk teman-temannya. Biasanya ada beberapa orang yang membantunya, akan tetapi mungkin mereka masih tidur, jadi ia biarkan saja. "Itu gak kebanyakan sampe bikin 2 loyang?" tanyanya penasaran.

"Kan buat satu markas, semoga cukup sih," sahut Jeva. Ia menata potongan-potongan kue itu agar tidak berantakan. Setelahnya ia berjalan menuju kulkas, menaruh kue-kue tersebut di sana supaya dingin.

Gadis itupun melepaskan Apron-nya lalu melipatnya dan meletakkannya di meja dengan rapi. Dengan telaten ia peralatan-peralatan yang sudah kotor tadi ke wastafel, ia malas mencucinya.

Selesai, Jeva pun meraih sebotol jus alpukat yang sudah dibuatnya. "Nanti tolong langsung dibagiin aja kue-nya yaa. Bareng sama sarapan pagi. Soalnya gue mau joging dulu, sekian dan bye bye!" Setelah mengatakannya lantas hadis itu melenggang pergi dari dapur, dengan cerianya.

Rukas mengangguk kecil, ia meraih pisau dan beberapa bumbu untuk memasak.

Sembari memasak ia jadi kepikiran tentang ucapan Jeva tadi. Setahunya adalah hal mustahil jika Helios melepaskan salah satu anak buahnya semudah itu. Jika Jeva tak mati diburu suruhan Helios, maka Jeva akan dibunuh oleh Helios sendiri, tak ada pilihan ketiga.

SICK ROAD  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang