[[♠]]
"Lah, beneran amnesia?" gumam Vella.
Raut wajah tak bercanda Jeva pasang, ia menatap Vella. "Itu pembahasan nanti, tolong kasih tau gue sekarang, yang dimaksud 'barang' itu apa?" Lirihnya, takut terdengar oleh para wanita di selnya.
Mata Vella pun tak urung menatap semakin penasaran pada Jeva yang kini terasa berubah 180 derajat. Namun tampaknya itu lebih menguntungkan dirinya. "Hmm oke, ikut gue sekarang," ujarnya lalu berdiri.
Jeva kebingungan, namun ia hanya mengangguk lalu berdiri, berjalan mengikuti Vella.
"Eh kalian mau ke mana?" Bianca bertanya, ia menatap penasaran kedua gadis yang memasuki kamar mandi itu.
Kepala gadis berambut pendek itupun menoleh, menatap datar Bianca, lalu ia tersenyum tipis. "Bukan urusan Lo," ujarnya, langsung masuk ke dalam kamar mandi bersama Jeva, setelahnya ia pun menutup pintu.
"Eh? Kok?" Bianca menatap bengong ke kedua gadis itu yang masuk ke dalam kamar mandi bersama. "Gak, gak mungkin." gumamnya mencoba berpikir positif.
Setelah ke dalam kamar mandi, Vella mengunci pintunya. "Jadi apa yang sebenernya terjadi saat itu? Beneran jatuh di kamar mandi dan amnesia?" tanya Vella setelah mengunci pintu.
"Hm, bisa dibilang begitu, gue gak inget apapun setelah keluar dari kamar mandi. Gak tau apa yang terjadi ke otak gue," ucap Jeva.
Vella memiringkan kepalanya, merasa alasan itu tak masuk akal. "It's crazy," gumamnya.
Namun tampaknya Vella tak terlalu peduli dengan hal itu, ia menghela nafas memilih fokus pada topik yang hendak dibicarakan. "Hmm gak penting, skip. Jadi apa yang tadi Lo tanyain? Barang ya?"
Jeva sedikit mendongakan wajahnya, menatap gadis yang lebih tinggi darinya itu, ia pun segera mengangguk.
Vella mengangguk, paham setelahnya ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan menyandarkan tubuhnya ke dindinh. "Oke, langsung gue jelasin. Jadi yang mereka maksud 'barang' itu nark*ba. Semua jenis nark*ba di sini disebut barang biar lebih gampangnya. Dan Lo salah satu penjualnya di sini, atau mungkin lebih tepatnya disebut 'kurir'. Orang yang mendistribusikan jenis nark*tika golongan 1, g*nja, opi*m dan k*ka,"
"biasanya mereka akan bayar duluan ke salah satu orang yang emang bertugas nerima duit setoran. Dan setelahnya mereka akan dateng ke orang sebangsa Lo—orang yang bakal nyatet pesenan mereka. Setelah Lo catet, kasih catetan itu ke orang yang tadi siang jenguk Lo. Abis itu tinggal nunggu barang dateng terus kasih ke mereka," lanjutnya.
Jeva terdiam sejenak, mencoba memroses ucapan Vella. "Simpel tapi sulit di praktekan yaa?"
Vella menghela nafasnya. "Gue akan jelasin langsung nanti malem. Lebih mudah dijelasin secara langsung, ribet kalo pake omongan,"
"Dan Lo bisa keluar sekarang," lanjutnya, ia menunjuk ke arah pintu dengan dagunya.
Jeva menghela nafas, ia pun mengangguk kecil lalu berbalik, membuka kunci di pintu lalu keluar dari kamar mandi. Kenapa juga dirinya jadi seperti ini? Kan ribet jadinya.
Cklek!
Pintu langsung Vella tutup setelah Jeva keluar. Setelahnya ia nyalakan kran air di kamar mandi itu, membuat ruangan terasa berisik. Ponselnya ia keluarkan dari saku, mencari nomor seseorang lalu langsung melakukan panggilan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SICK ROAD [END]
RandomRefa terkekeh miris melihat pemandangan di depannya, puluhan orang berseragam Oren yang tengah makan siang, pula dengan penjaga berseragam polisi di setiap sudut tempat itu. "Gak, harusnya gue mati setelah ditabrak truk, tapi apa-apaan tempat ini." ...