[[♠]]
Helios tersenyum saat menonton drama tersebut, ia duduk santai di salah satu kursi sembari menyaksikan para anak buahnya yang terus semakin unggul, jelas saja karena Jeva kalah jumlah. "Indahnya," gumam pria itu
Sementara Jeva semakin kalang kabut karena dirinya terus terpojok. Dalam batin Ia terus mengumpat menyumpahi Helios agar dikutuk menjadi kodok besok.
Bugh!
Sebuah balok kayu hampir meremukkan kepala Jeva, mata gadis itupun berkedip, pandangannya langsung memburam, kepalanya pun mendadak pusing.
Jeva melangkah mundur, bersembunyi di balik meja, ia memejamkan matanya sejenak dengan kepala yang terus berdenyut.
Hingga tak lama mata gadis itu terbuka normal dan langsung ia dorong meja di hadapannya.
Jeva mengambil kursi kayu di sampingnya dan ia langsung melemparkannya pada para preman itu.
Setelahnya dengan gesit ia berlari masuk ke dapur.
Beberapa preman telah tumbang namun masih tersisa banyak, yang tentu mereka langsung mengejar Jeva ke dapur.
Namun sesampainya di sana mereka langsung melotot kala mereka terpeleset oleh minyak di lantai.
Brughh!
Para pria tersebut langsung jatuh berjamaah, diikuti dengan minyak yang Jeva semburkan dari botol yang ia pegang.
Gadis itu berdiri di atas meja dapur, memegang botol minyak yang sudah kosong di tangan kanannya dan satu buah korek api di tangan kirinya.
Membuat para pria tersebut menegang seketika.
"Nyerang berjamaah, ngejar berjamaah, jatuh berjamaah dan sekarang diem berjamaah. Kompak banget," ucap Jeva dengan wajah datarnya, ia pun melemparkan botol di tangannya ke sembarang arah.
Setelahnya ia nyalakan korek api di tangannya.
Brian yang tengah terduduk di lantai, dengan kepala berdarah yang bersandar di tembok pun hanya bisa tersenyum pasrah, ia paham betul betapa sintingnya didikan Mikhael yang satu ini.
Tadi saja hanya karena ia menghalangi jalan kepalanya langsung dihantamkan ke tembok. Tak heran jika mungkin hari ini nyawanya ikut melayang meski ia tak ikut mengeroyok Jeva.
Yasudahlah, toh ia sudah muak dengan dunia yang seperti neraka ini.
Berbeda dengan Brian, para preman itu langsung panik kala melihat korek api di tangan Jeva.
"GAK! GAK! GAK! TOLONG JANGAN! S-SAYA CUMA DISURUH!"
"Iya tolong matiin korek apinya dulu, kita bicara baik-baik!"
"Jangan ya dek ya ... dosa om masih banyak."
"Hoo oh, tolong tenang dulu ...."
"Iya, anak om kasian nanti kalo jadi yatim piatu dek, emang kamu tega?"
"Dih." Tatapan malas pun Jeva berikan. Tak banyak basa-basi, dengan santai ia lemparkan korek api yang menyala itu ke mereka.
Dalam sepersekian detik teriakan pun langsung memenuhi ruangan itu, api dengan cepat menjalar membakar mereka semua.
"Ngelawan tuh gini, Refa," gumam gadis itu sembari menatap datar nyala api di hadapannya.
Refa yang berada dalam tubuh Jeva pun hanya terdiam, entah darimana jiwa Jeva mendadak datang.
Yang jelas jiwa Refa kini tengah tak sadarkan diri di dalam tubuh itu, dan jiwa asli Jevalah yang kini mengendalikan tubuh tersebut.
Teriakan terus bersautan dari berbagai penjuru yang terbakar. Hingga akhirnya ....
KAMU SEDANG MEMBACA
SICK ROAD [END]
AcakRefa terkekeh miris melihat pemandangan di depannya, puluhan orang berseragam Oren yang tengah makan siang, pula dengan penjaga berseragam polisi di setiap sudut tempat itu. "Gak, harusnya gue mati setelah ditabrak truk, tapi apa-apaan tempat ini." ...