1

38.5K 770 0
                                    

Sudah lebih dari dua minggu sahabat sekaligus tetangganya, Anastasia Lucia, menghilang. Anastasia adalah orang paling berarti dalam hidup Cassandra, sahabat yang telah bagaikan rumah baginya. Mereka telah bersahabat sejak bangku senior high school, selalu menghabiskan waktu bersama dan berbagi cerita setiap hari. Cassandra sering membantu di toko kue kecil milik nenek Anastasia. Anastasia tinggal bersama kakek neneknya sejak kedua orang tuanya meninggal ketika usianya sepuluh tahun.

Mereka menjadi tetangga setelah Cassandra diusir dari rumah oleh kedua orang tuanya karena sifatnya yang keras kepala dan sulit diatur. Namun, Cassandra justru merasa senang karena ia bisa bebas melakukan apa pun yang diinginkannya. Orang tuanya memberikan sebuah rumah untuk ia tempati, meskipun ukurannya jauh berbeda dengan rumahnya dulu. Selain itu, ia juga masih menerima uang bulanan dari orang tuanya, kakaknya yang kini menjadi pemimpin perusahaan, dan juga dari kakeknya yang sangat menyayanginya. Dengan demikian, Cassandra tidak perlu kesulitan mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Cassandra tidak akan menjadi orang munafik yang menolak semua pemberian uang itu seperti dalam buku-buku novel yang sering ia baca.

Ketika Cassandra nebcoba pergi ke rumah Anastasia pun, tidak ada jawaban. Rumah itu tampak seperti rumah berhantu dengan pekarangan yang kotor karena tak ditinggali selama dua minggu. Toko kue milik nenek Anastasia juga telah tutup selama dua minggu, membuat beberapa pelanggan setia toko itu bertanya kepada Cassandra mengapa toko tersebut tidak buka.

Cassandra berpikir bahwa Anastasia dan kakek neneknya kembali ke kampung halamannya untuk pergi ke makam kedua orang tuanya. Namun, mengapa Anastasia tak menghubunginya? Mungkinkah dirinya telah dilupakan oleh sahabatnya itu? Biasanya, mereka tidak akan pergi selama itu. Cassandra semakin khawatir beberapa hari ini karena menghilangnya sahabatnya tanpa kabar.

Ia tenggelam dalam pikirannya sehingga tak sadar ponselnya sedang bergetar. Cassandra segera melihat siapa yang menghubunginya, namun tak tertera nama hanya ada nomor asing. Ia mengerutkan dahinya bingung dan mulai menjawab telepon tersebut.

"Cass! Ini aku, Ana." Seruan terdengar dari balik telepon itu. Cassandra merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ia langsung tersenyum ketika mendengar siapa yang menghubunginya.

"Oh Gosh, Ana! Kau dari mana saja? Kau seperti menghilang ditelan bumi." Cassandra segera mengungkapkan kekhawatirannya kepada sahabat yang telah menghilang selama dua minggu itu.

"Aku akan menjelaskannya nanti. Apakah kau sekarang bisa membantuku? Tolong pesankan aku tiket kemana saja yang jauh dari New York." Jawabnya dengan nada yang panik.

"Baiklah, baiklah. Aku akan memesankannya dengan keberangkatan hari ini. Kamu ada di mana sekarang? Aku akan menjemputmu." Cassandra segera bangkit dari duduknya dan menuju ke parkiran tempat mobilnya.

"Aku berada di Central Park, Cass. Bisakah kau menjemputku?"

"Baiklah, tunggu aku dalam sepuluh menit."

Cassandra segera melajukan mobilnya menuju Central Park. Untungnya, jarak dari tempatnya berada tadi tak terlalu jauh dari Central Park. Tepat sepuluh menit kemudian, ia telah sampai di area Central Park. Dia melihat sahabatnya tengah duduk sendirian dengan gelisah di sana. Cassandra segera menjumpainya dan menggiringnya ke dalam mobil sembari menenangkannya.

Setelah berada dalam mobil, ia segera memeluk sahabatnya yang tangisnya pecah. Cassandra berusaha untuk tak panik. Ia mulai menenangkan Anastasia, dan setelah dirasa tenang, Cassandra mulai membuka percakapan.

"Aku telah memesan tiket pesawat menuju Hawai. Untungnya kita pernah pergi bersama sehingga aku mempunyai identitas dan surat-surat pentingmu. Sekarang kita akan ke bandara. Apakah kau bisa menjelaskan apa yang terjadi, Ana?"

Mobil mulai melaju, membelah jalanan New York yang padat. Dalam perjalanan itu, Anastasia menceritakan kejadian-kejadian buruk yang menimpanya dan kakek neneknya itu dengan sesenggukan.

Sekarang Cassandra mengerti apa yang telah dialami oleh sahabatnya itu. Ia menggeram pelan mendengar penjelasan dari Anastasia. Akar masalahnya adalah kakek Anastasia yang memiliki hutang besar pada pria itu, Miguel Costaricco. Mereka tak mampu membayar semua hutang itu sehingga pria itu mengambil Anastasia dan melakukan berbagai hal buruk kepadanya. Anastasia diberikan berbagai kekerasan, diperkosa, dan dipaksa untuk menikah dengan pria itu. Bahkan setelah itu, kakek dan nenek Anastasia disiksa dan dibunuh oleh pria itu di hadapan Anastasia. Cassandra tak bisa membayangkan bagaimana traumanya Anastasia sekarang dan betapa kejamnya pria itu.

Melihat jika mereka akan sampai di bandara, Anastasia meminta Cassandra untuk menepikan mobilnya.

"Aku akan turun di sini saja, Cass. Aku tidak ingin membahayakanmu. Kau kembalilah. Terima kasih karena selalu ada di saat aku membutuhkanmu. Maafkan aku jika aku pernah menyakiti hatimu. Mungkin ini akan menjadi terakhir kalinya kita bertemu. Semoga saja aku bisa kabur dari pria itu. Aku akan menghubungimu begitu sampai nanti. Aku selalu menyayangimu, Cass." Air mata mulai jatuh dari manik kedua gadis itu.

Mereka berpelukan lama sebelum berpisah dan menangis bersama. Cassandra tak menjawab perkataan sahabatnya itu, ia tak sanggup untuk menjawabnya. Setelah lama akhirnya pelukan penuh kesedihan itu terlepas. Cassandra melepaskan pelukan dengan tak rela dan air mata yang terus membasahi pipinya. Ia menyerahkan paspor dan tiket kepada Anastasia.

Anastasia menerimanya. Ia mulai turun dari mobil dan melambaikan tangan kepada sahabatnya. Cassandra kembali melajukan mobilnya setelah melihat Anastasia yang telah berlalu dan hilang dari pandangannya.

Belum lama ia melaju, tiba-tiba sebuah mobil SUV berhenti tepat di depannya. Cassandra segera menekan remnya dengan refleks, ia mendengus kesal. Untungnya, jalanan sedang sepi sehingga tidak menimbulkan kecelakaan. Cassandra segera turun dari mobilnya dan bersiap untuk memarahi pengendara itu. Namun, hal itu langsung digagalkan oleh pria yang turun dari mobil itu dan menuju ke arahnya.

Pria itu bergerak sangat cepat, menutup saluran pernapasannya dengan kain yang sudah diberi obat bius. Pandangan Cassandra menggelap seketika sebelum berhasil memberikan celotehannya. Yang ia lihat terakhir kali sebelum kesadarannya hilang adalah pin yang berada di jas pria itu, berbentuk se-ekor ular yang sedang melilit gelas wine dengan simbol B disamping lambang itu.


New Story by @clairysvdb
!SLOW UPDATE!

vote if you like this story and leave a comment to give me some suggestions :)

see u on the next chapter

PrigionieraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang