𝑯𝒐𝒘

632 73 24
                                    

.
.
.

Secangkir coklat panas sengaja tersaji untuk menyuguhkan tamu yang kini duduk diatas sofa, membuat si sigma tersenyum lantas mengucap terimakasih.

Ada hening yang cukup lama kala Esme masih sibuk dengan jutaan kata dipikirannya dan Rion pun terlalu bingung untuk memulai percakapan, membuat ruang tamu yang cukup luas itu kentara sunyinya.

Masih sabar menunggu dengan berbagai duga tentang apa yang akan keluar dari mulut si gadis itu, sambil matanya yang tak lepas dari kepulan asap diatas cangkir.

"Alpha"

Hingga akhirnya panggilan terdengar menunjukan bahwa percakapan telah dibuka, tak ada jawaban apapun namun Rion telah menoleh menatap lawan bicaranya.

Untuk kesekian kalinya Esme menaik nafas panjang seolah mengumpukan cercah berani sebanyak mungkin didalam sana.

"Aku ingin menjelaskan semuanya"

Rion menelan ludah,

Lantas rentetan alur perlahan mengalir menjadi sungai kisah yang tiap kalimatnya dihujani air mata, ia kuak satu persatu luka dalam jiwanya serta beban diatas pundaknya pada si manis yang kini diam tak berkutik,

Tentang siapa dirinya dan bagaimana setapak perjalanannya, tentang apa penyakit yang singgah ditubuhnya dan siapa yang harus menjadi obat atas itu.

sendu dan parau kalimatnya lebih dari cukup menggambarkan betapa tersiksa sigma ini berjalan diatas waktu, betapa lumpuhnya ia melangkah ditengah takdir yang terus menyeret tanpa ampun, betapa lelah dirinya menjadi peran ke tiga yang seolah bergerak seperti penjahat, padahal naskahnya tak kalah sendu untuk sekedar dilihat.

Hingga mudah saja cerita pilu itu meluluhkan hati si manis yang juga sempat rapuh disana, kala ia seolah kembali ke masa lalu dimana rasa sakit adalah oksigen bagi hari harinya, dimana tiap detik dilaluinya dengan berdarah darah memikul siksa yang teramat tajam ujungnya.

Maka ketika sigma yang mencapai ujung putus asa itu lagi lagi menurunkan derajatnya untuk bersimpuh layu, mengemis diatas lutut sang alpha untuk meminta enigmanya, dengan air mata yang semakin deras membanjiri seluruh wajahnya, terseguk seguk mengucap seribu permohonan.

Bagaimanalah anak kecil itu tidak luluh melihatnya.

.
.
.

________

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FATAMORA 2 [ bxb | pondphuwin | END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang