.
.
.
.
.Semakin kentara kurus itu seolah hanya ada tulang dibalut kulitnya, namun kala semua telah terungkap, identitas sang bayi kecil yang kini bersarang dalam rahimnya, lihatlah bagaimana alpha itu menatap galak enigmanya, mengancam jika saja ayah dari anaknya itu berani macam macam.
Sejarah menulis dengan tinta merah pada bab kematian, jika dominan langka itu bisa salurkan enigmatone pada janin pasangannya, tanpa rasa sakit namun akurat membunuh nyawa kecil didalam sana.
Karna dihalaman sebelumnya, sejarah juga menulis bahwa hanya dua spesies langka yang cukup kuat untuk mengandung enigma, dan Rion jelas bukan salah satunya, tak tergambar betapa kepayahan alpha itu kala si kecil didalam sana terus menerus melahap nutrisinya tanpa batas.
Tak bisa juga dikeluarkan karna calon dominan terkuat itu butuh asupan kalsium yang cukup selama 9 bulan penuh. Juga darah segar sang induk yang ditransfer langsung melalui pusarnya, namun hubugan erat juga tercipta lebih kuat antar keduanya, karna enigma diberi anugrah untuk mampu berkomunikasi dengan sosok yang mengandungnya, seolah tau jika setelah lahir, ia mungkin tak akan lagi mendengar suara ibunya.
Lantas itulah yang membuat simanis kini menatap bahkan lebih sangar dari rogue sekalipun, tak peduli wajahnya yang telah membentuk tengkorak, lihatlah taring itu lebih panjang dari biasanya, pheromone itu lebih pekat dari aslinya, dan geram ancaman buat siapapun begidig ngeri mendengarnya.
Insting sang induk telah berkobar dalam otaknya, mengaktifkan naluri untuk menjaga putra pertamanya.
5 meter dari sana, Letheus menelan ludah.
"Jangan macem macem sama anak aku, Letheus"
Tak ada ucapan riang yang penuh kelembutan, kini suara itu menusuk menyirat segudang perlindungan.
"Sayang, kamu tenang dulu--"
"aku tau apa niat kakak"
Hening.
Letheus sekuat mungkin mengendalikan dirinya.
"iya, oke kakak--"
"Jangan deket deket!"
"Sayang"
"Pergi!"
"Iya kamunya tenang dulu"
"Pergi!!"
"Rion.."
"Gimana aku bisa tenang kalo anak aku mau dibunuh, Letheus!"
Sang enigma tidak menjawab, ia menutup matanya sejenak untuk kemudian menghela nafas berat.
Kamar itu remang karna tak ada yang menyalakan lampu, mentari telah hilang sejak satu jam lalu sisakan lampu kota yang berpadu, juga rembulan yang mulai muncul ditengah kelabu.
Tak ada suara selain samar televisi yang dibiarkan menyala di ruang tengah sana, membuat sekian menit itu berlalu dengan hampa.
Hingga kala mata Letheus kembali dibuka, kentara kekasihnya disana tengah menahan sakit yang luar biasa, wajahnya memerah sempurna, satu tangannya mengepal erat dan satu yang lainnya menopang perut bawah, perlahan tubuhnya turun karna tak kuat akan perih disetiap pembuluh darahnya.
"Rion!"
Segera saja Letheus maju mendekat, namun Pheromone itu keluar semakin erat seolah mengancam agar ia tak berani bergerak barang satu langkahpun.
Tubuh kurus itu telah duduk dilantai, menunduk payah dengan kedua tangannya yang mencengkram lantai, nafas menggebu disertai ringisan ringisan tipis yang mulai terdengar, entah sekurang ajar apa sosok didalam sana meminum darah induknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATAMORA 2 [ bxb | pondphuwin | END ]
Fanfiction𝑫𝒊𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒆𝒎𝒃𝒖𝒕 𝒂𝒔𝒌𝒂𝒓𝒂 𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒕𝒂𝒌 𝒎𝒂𝒎𝒑𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕𝒂 𝑺𝒆𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒔𝒆𝒏𝒂𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊, 𝒌𝒖 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒕𝒂𝒏𝒉𝒂 �...