.
.
."Mamaaaaaaaa"
Si manis itu memeluk batu nisan disampingnya, menumpah rindu yang tak pernah usai pada ukiran kenang yang tinggal nama.
Sang enigma dengan jas kasual ikut singgah disamping, menaruh seikat bunga pada gundukan tanah yang telah rapi dasarnya.
"Mama tau gaaa, Rion sekarang lagi kesel..."
Bercurah alpha itu pada sosok yang tak mungkin menanggapi namun ada si dominan disebelah yang jelas mendengar.
"Rion kesel kenapa?"
Suara berat itu terdengar lembut namun yang lebih muda tak segera menjawab lantas tangannya memainkan rumput ilalang yang meliar disekitar.
"Jangan kasih tau ya maa.. sstt.. cuma mama aja yang tau"
Senyum terukir enigma itu tak keberatan dengan ucapan kekasihnya.
"Rion udah semester akhir loh ma.. cape banget..."
"Iya ma, Rionnya bolos mulu nih"
Mendengar suara lain yang ikut berbicara pada mamanya membuat ia segera saja menoleh dengan alis yang mengerut, terlihat wajah tanpa dosa sang enigma terpampang disana.
"kan Rion gasuka kelas ma! Belajar dirumah juga gaada yang bantuin, kak Letheus sibuk mulu!"
Letheus terkekeh tak ingin kalah iapun kembali bersuara.
"Kayanya Rion yang lebih sibuk ma, tiap malem gak lepas dari game"
Bungkam sang Alpha karna semua itu benar nyatanya.
"Ish! Nyebelin!"
Tak benar benar ingin menyudutkan kesayangannya enigma itu hanya mengisi topik dengan menabur sedikit teguran halus, lantas lengan panjangnya naik merangkul pundak si manis untuk menyalurkan afeksi.
Hening taman dengan ratusan batu nisan berharga jutaan itu meninggalkan suara serangga yang sesekali melintas. Juga langkah kaki kakek penjaga setia dengan sapu taman ditangannya.
Semakin menunuduk sosok yang dirangkul itu dengan dalih mencabut rerumputan dibawah kakinya
Sendu, selalu seperti ini ketika si alpha manis memaksakan diri bertemu wanita kesayangannya, meski Letheus pun tau puing puing rusak itu masih tersisa tinggalkan rapuh pada relung hatinya.
Hingga belasan menit ketika ia telah melihat ada keringat dingin pada pelipis kekasihnya, membuatnya mau tak mau angkat suara mencegah rapuh itu kembali menjadi runtuh.
"yu, pulang"
Begitu hati hati enigma itu menutur perintah dibalik iramanya yang mengandung ajakan, berharap yang di ajak menurut karna ia tau seonggok tanah ini akan membangkitkan lemahnya jika dibiarkan terlalu lama
"Ke papa dulu ya"
Namun yang rapuh disana seolah tak mengenal batasan dirinya.
"Rion.."
"Mau ke papa..."
Selalu memaksakan diri meski ia tau akhirnya akan selalu sama.
"Ya kak, bentar aja"
Tak ada daya dominan itu menolak belahan jiwanya yang memohon dengan sayu, lantas ia mengehela nafas sebelum akhirnya pasrah menurut.
Hatinya selalu merindu, namun juga selalu lupa dengan mentalnya yang mudah layu.
Satu tahun lalu ketika dokter Shirley mengumumkan persentase kesembuhan Rion telah mencapai angka 80, Letheus berpikir angka itu cukup untuk Rion mengetahui satu fakta tentang sang papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATAMORA 2 [ bxb | pondphuwin | END ]
Hayran Kurgu𝑫𝒊𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒆𝒎𝒃𝒖𝒕 𝒂𝒔𝒌𝒂𝒓𝒂 𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒕𝒂𝒌 𝒎𝒂𝒎𝒑𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕𝒂 𝑺𝒆𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒔𝒆𝒏𝒂𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊, 𝒌𝒖 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒕𝒂𝒏𝒉𝒂 �...