[9] Ito

266 63 10
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Reo pulang dengan hati yang begitu senang. Rasanya seperti mimpi karena mendapat banyak teman baru di kehidupan Sekolah Menengah Akhir. Selain kamu, dia juga mendapat teman baru yaitu Nagi Seishiro. Dia adalah orang yang dia anggap sangat unik sehingga membuatnya ingin berteman dengannya.

Seishiro seperti kebalikan dari dirinya. Di saat dia merasa sedih karena tidak punya teman, pria itu justru biasa-biasa saja dan merasa tidak masalah.

Begitu sampai di rumah, para pelayan dan pengawal memberi sambutan hormat. Reo hanya memberi senyuman sebagai balasan lalu menuju sebuah ruangan secara tergesa-gesa. Tepatnya ke kamar Ito karena dia harus menceritakan apa yang dialaminya hari ini.

Dia mengetuk pelan pintu bernuansa cokelat tersebut, membuka secara hati-hati tanpa menimbulkan suara deritan, dan melangkah masuk menghampiri seorang wanita tua yang tengah duduk bersandar di tempat tidur empuknya.

Ito tidak tidur, dia kini tengah membaca sebuah majalah. Pandangannya tertuju pada putra dari majikannya yang sudah dia anggap sebagai cucu sendiri. Bibir tipis yang mulai mengering itu mengulas senyuman seraya tangannya menurunkan majalah. "Tuan Muda Reo?"

Reo tersenyum sambil melangkah mendekati dan menempatkan sebuah kursi di samping ranjang lalu mendudukinya. Dia memeluknya pinggangnya, menaruh kepala dengan nyaman di atas paha yang tertutup oleh selimut tebal, dan menyalurkan seluruh perasaan bahagia yang ada. Dia mampu merasakan elusan lembut menyapu kepala serta punggungnya.

"Anda terlihat sangat bahagia. Bagaimana hari Anda di sekolah tadi?" Ito bertanya secara lemah lembut.

Lelaki itu mendongak dengan senyuman manis. "Sangat senang...." jawabnya pelan. Dia harus menceritakan semua yang terjadi hari ini tapi jika berbicara terus menerus maka akan tersendat-sendat di saat sedang bahagia. Jadi dirinya memutuskan untuk menjauh dan membuat gerakan dari jemari. "Aku mendapat banyak teman, Nek. Teman-teman kelasku adalah orang yang baik."

Wanita tersebut ikut tersenyum seraya terus mengusap surai ungu lembutnya. "Syukurlah... Nenek turut bahagia. Lalu bagaimana seterusnya?" Dia menikmati cerita bahagia dari Sang Cucu lantaran jarang sekali mendapat kabar seperti ini.

Kembali dirinya membuat gerakan bahasa isyarat. "Wali Kelasku namanya Anri, beliau terlihat begitu pengertian. Kudengar, Kepala Sekolah juga telah membicarakan tentangku di ruang guru agar para guru memahami kondisiku di saat jam pembelajaran. Ibu Anri jauh lebih baik dari pada para guru di Sekolah Dasar dulu," lanjutnya bercerita.

"Beliau pasti wanita yang sangat cantik," tanggap wanita itu. Tidak ada sedikit pun dirinya menanggapi dengan kata-kata buruk atau aneh. Dia hanya terus memahami setiap kata dalam bahasa isyarat yang diberikan.

Reo membentuk pose berpikir. "Lalu hari ini aku juga punya teman baru. Namanya adalah Nagi Seishiro. Orang-orang menganggapnya aneh, tapi bagiku dia adalah orang yang unik. Dia terlihat seperti orang yang anti sosial dan pemalas, tapi aku yakin kalau dirinya sangat jenius karena diterima di kelas tingkat satu. Ah, benar... Nenek, aku ditempatkan di kelas sosial tingkat satu."

Mengetahui hal itu, tentunya Ito merasa sangat bangga. Di tengah kekurangan yang dimiliki, putra dari majikannya tersebut memiliki kecerdasan yang tinggi sampai mendapat banyak pujian dari para guru yang membimbing saat sekolah di rumah. Direngkuhnya laki-laki itu walau tidak erat. "Nenek tidak tahu harus berkata apa, tapi yang jelas... Nenek sangat bangga terhadap pencapaian Anda, Tuan Muda."

Reo terharu mendengarnya dan ikut membalas pelukan itu. Air mata bahkan lolos dari pelupuknya karena kebahagiaan yang membuncah. "Iya... Nek," tanggapnya pelan tanpa terdengar jelas. Dia bahagia sekaligus merasa sedih.

Jika kebahagiaannya timbul karena rasa terharu dengan apa yang terjadi di sekolah, maka kesedihan timbul karena wanita yang direngkuhnya saat ini.

Ito sudah semakin tua dan mulai terserang penyakit. Sejak dirinya masih berada di dalam kandungan ibunya, wanita itu sudah menjadi salah satu pelayan di rumahnya. Awalnya ayah dan ibu Reo menolak karena usianya yang sudah tua membuat mereka tidak tega jika memperkerjakannya sebagai pelayan. Namun, keinginannya untuk bekerja meski sudah berumur sangatlah kuat. Pada akhirnya, orang tua pria itu menerima tapi dia hanya dibolehkan mengerjakan sesuatu yang tidak berat. Ada banyak pelayan muda, tugas berat biar mereka.

Dan tibalah hari kelahiran putra keluarga Mikage, pekerjaan Ito dialihkan menjadi pengasuh pribadinya karena mereka percaya kalau dia bisa dipercaya. Reo sempat dirawat secara penuh oleh ibunya selama beberapa bulan, tapi karena Sang Ibu juga merupakan wanita bisnis yang disibukkan dengan pekerjaan, maka dia memercayakannya kepada Ito.

Mengurus bayi memang terasa berat, tapi tidak bagi wanita tua tersebut. Hal pertama yang menjadi kunci adalah menyayangi seperti cucu sendiri. Jika hal itu sudah diterapkan, maka semua yang dilakukan akan terasa ikhlas tanpa beban. Pun, Reo bukanlah anak nakal yang sulit diatur sehingga tidak ada kesulitan.

Dan kini, dia semakin termakan usia. Sering terdengar suara batuk sehingga menimbulkan kekhawatiran di dalam hati Reo sampai-sampai dia datang ke kamarnya di tengah malam.

"Nenek..." Dia memanggil.

"Ada apa, Tuan?" sahut Ito lembut.

"Jangan tinggalkan... aku..." lirihnya sedih sambil mengeratkan pelukan.

Wanita tersebut tersenyum lembut meski hatinya ikut teriris mendengar permintaan yang teramat dalam dari anak yang tengah merengkuhnya. Tangan keriputnya kembali bergerak membentuk elusan seperti tadi. "Nenek tidak akan pergi ke mana-mana karena akan selalu ada di dalam hati Tuan."

Kata-kata itu hanyalah penenang terburuk yang diberikan olehnya, Reo tahu itu. Setidaknya, dia ingin agar wanita yang sudah dianggapnya sebagai nenek itu bisa melihat kesuksesannya nanti.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Halo semuanya

Sekali lagi aku ingetin kalau Reo udah mulai bisa bicara dengan baik ya karena terapi, tapi tetap tidak jelas didengar.

Oiya, ini emang pendek karena aku juga buru² ngejar target dan supaya banyak juga chapter fanfiction ini.

Pokoknya jangan lupa dukung aku lewat vote dan komen selalu ya. Terima kasih banyak buat kalian semua yg udh vote dan komen karena itu sangat membantu^^

Yang belum follow, jangan lupa follow aku juga.

𝗦𝗜𝗟𝗘𝗡𝗧 𝗩𝗢𝗜𝗖𝗘 || 𝐌𝐢𝐤𝐚𝐠𝐞 𝐑𝐞𝐨 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang