[17] Mourning

209 37 6
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Seperti yang telah dijanjikan dua hari lalu, hari ini kamu dan Reo akan pergi bersama untuk mengunjungi Ito di rumah sakit yang terletak di kampung halamannya.

Reo sangat tidak sabar untuk bertemu dengan wanita yang sudah dianggapnya sebagai nenek kandung tersebut meski sudah bertemu beberapa waktu lalu. Gelisah merundung perasaannya sehingga dirinya tidak tenang sejak membuat kesepakatan denganmu.

Pemuda bersurai ungu tersebut tidak bisa tidur dengan nyenyak sejak semalam karena berlarut dalam pikiran. Perasaan buruk menghantui, membuat jadwal istirahatnya menjadi terganggu. Akibatnya, dia hanya tidur sekitar tiga sampai empat jam saja dan ketika bangun tidur, kepalanya terasa sedikit pusing.

Walau begitu, dia tidak menjadikan alasan kecil tersebut sebagai penghambat kepergiannya denganmu hari ini.

Setelah bangun dari tidur, Reo segera mandi dan bersiap untuk pergi menjemputmu terlebih dahulu. Dia juga sudah meminta izin pada orang tuanya atas rencana kalian hari ini mengingat sedang akhir pekan, dan untungnya mereka mengizinkan.

Usai bersiap dengan penampilan, pria tampan tersebut turun ke lantai bawah dan menuju meja makan guna melaksakan sarapan. Iris ungu indahnya menatap para pelayan yang sedang menata hidangan di atas meja. Itu membuatnya teringat dengan Ito.

Dulu ketika masih kecil, Ito selalu menemaninya saat makan. Bahkan tak jarang wanita tersebut menyuapinya dengan penuh kelembutan serta kasih sayang. Kini hal tersebut entah bisa terulang atau tidak.

Reo hanya bisa berdoa pada Tuhan agar Tuhan bersedia memberikan kesembuhan padanya. Setidaknya lebih lama lagi, dia ingin Ito berada di sisinya saat dia mencapai kesuksesan di masa depan.

Kelopak matanya terpejam selama beberapa detik sebelum akhirnya terbuka kembali bersamaan dengan gerakan kaki yang lanjut melangkah menuju meja makan. Dia tidak bisa membuang waktu karena harus segera menjemputmu.

Para pelayan yang menyadari kehadirannya, langsung membungkuk hormat. "Selamat pagi, Tuan muda."

Dia hanya mengangguk pelan sebagai respon seraya menduduki meja makan. Sarapan telah dihidangkan, hanya perlu memilih apa yang ingin dimakan. Tangannya terangkat meletakkan makanan yang dirinya inginkan ke atas piring.

Baru saja ingin memasukkan makanan ke dalam mulut, ibunya datang dan ikut duduk pada kursi makannya. "Kamu sudah siap?" Wanita itu bertanya sambil memerhatikan penampilan putranya.

Reo mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Suruh sopir agar berhati-hati dalam perjalanan menuju ke sana. Kabari Ibu dan Ayah mengenai kondisi Nenek Ito nantinya," pesan ibunya. Walau dari luar terlihat sedikit ketus, dia sebenarnya sangat menyayangi putra tunggalnya itu.

Sudah terlihat bagaimana perubahan kedua orang tuanya semenjak dia menjalani program sekolah di rumah selama beberapa tahun. Mereka menjadi lebih terbuka dan memerhatikannya lebih dalam.

𝗦𝗜𝗟𝗘𝗡𝗧 𝗩𝗢𝗜𝗖𝗘 || 𝐌𝐢𝐤𝐚𝐠𝐞 𝐑𝐞𝐨 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang