[18] Rise

183 44 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Langit di kampung halaman nenek Reo tampak seperti lukisan usang yang dikelilingi warna kelabu. Awan menggumpal seperti menahan hujan yang tak kunjung turun, menciptakan suasana muram yang menggantung di atas desa yang hening. Suara dedaunan yang tertiup angin mengisi kesunyian, seakan turut merasakan duka yang menyelimuti Reo dan keluarga.

Di bawah pohon besar yang sudah berusia puluhan tahun, makam Ito digali dengan hati-hati. Setiap sekop tanah yang diangkat terasa seperti luka di hati lelaki itu yang semakin dalam.

Tubuhnya berdiri kaku di antara deretan orang-orang yang berkumpul di pemakaman, tetapi pikirannya melayang jauh, terperangkap dalam kenangan bersama neneknya. Kamu berdiri di samping Reo, merasakan beratnya duka yang dia pikul.

Di seberangmu, Seishiro yang juga turut hadir, berdiri diam dengan wajah tenangnya. Walau memang tidak banyak bicara, tetapi kamu bisa melihat bagaimana kepeduliannya tercermin dari tatapan matanya yang penuh kesedihan.

"Reo," bisikmu lembut, suaramu nyaris tenggelam oleh angin yang bertiup pelan. Namun, lelaki tersebut tidak menjawab karena tatapannya tetap tertuju pada liang lahat di depannya.

Seishiro dengan diamnya yang khas, berdiri sedikit lebih dekat ke Reo, seakan mencoba memberikan dukungan melalui kehadirannya yang tenang. Dia tidak mengatakan apa-apa, hanya berdiri di sana, menyampaikan rasa pedulinya dalam diam.

Saat peti mati Ito diturunkan ke liang lahat, pemuda bersurai violet tersebut melangkah maju dengan gemetar, seolah-olah seluruh kekuatannya terkuras. Tangannya menggenggam erat bunga yang kemudian diletakkan dengan hati-hati di atas peti yang kini hampir tertutup tanah. Setiap kelopak bunga yang jatuh terasa seperti pecahan hatinya yang tak bisa dipulihkan.

"Nenek..." bisiknya pelan, suaranya hampir tidak terdengar di tengah isakan keluarga yang lain.

Bagaimana aku bisa melanjutkan hidup tanpa Nenek di sini?"

Air mata mengalir di wajahnya, menandai kesedihan yang begitu mendalam. Hatimu terasa tersayat melihatnya, dan kamu tahu bahwa tidak ada kata-kata yang bisa sepenuhnya menghapus rasa sakit yang dia rasakan saat ini.

Pemakaman dihadiri oleh banyak orang tapi semuanya merupakan keluarga. Orang tua Reo yang biasanya sibuk, kini turut hadir di lokasi. Mereka ikut terpukul dan merasa kehilangan atas kepergian wanita hebat yang selama ini tergabung dalam keluarga Mikage.

Kamu juga mengabari Seishiro tentang kabar ini, itulah alasan mengapa pria berambut putih itu datang. Seishiro juga mengenal sosok Ito karena sering bertemu dengannya saat tengah berkunjung ke rumah Reo.

Keluarga Ito menangis pilu, masih belum bisa menerima kenyataan yang diberikan Tuhan.

Ketika upacara pemakaman berakhir, satu persatu orang mulai meninggalkan lokasi pemakaman. Namun, Reo tetap berdiri di sana, membiarkan dirinya tenggelam dalam duka. Kamu dan Seishiro tetap berada di dekatnya, memberikan keheningan yang dia butuhkan.

𝗦𝗜𝗟𝗘𝗡𝗧 𝗩𝗢𝗜𝗖𝗘 || 𝐌𝐢𝐤𝐚𝐠𝐞 𝐑𝐞𝐨 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang