1. Dia?

20 4 1
                                    

"Aaaaa!!!"

Gadis yang baru saja tersadar dari alam bawah sadarnya itu langsung berteriak histeris ketika ia merasakan ada sinar yang masuk ke dalam kelopak matanya.

Mimpinya semalam yang menurutnya indah membuat gadis itu tertidur dengan nyenyak sampai-sampai suara alarm dari ponselnya ia abaikan.

"Mampus!" rutuknya ketika ia menatap layar ponselnya dan menunjukan waktu sudah memasuki pukul 06.15 pagi.

Tak ingin membuang-buang waktu lagi, gadis yang diketahui bernama Clarista itupun bergegas turun dari atas tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi.

Bukan Clarista namanya jikalau ia tidak heboh. Contoh kecilnya seperti saat ini, di mana ketika ia tengah mandi ia selalu saja bernyanyi sembari berteriak hingga memancing kedatangan ibu kandungnya.

Digedornya berkali-kali pintu kamar mandi namun dari dalam tidak ada tanggapan apa-apa hingga pada akhirnya perempuan paruh baya itu memilih untuk menggedornya lebih keras lagi.

"Rista, cepetan ini udah siang. Jangan kayak anak kecil, mandi sambil nyanyi-nyanyi, malu sama tetangga!" ujar ibu Clarista.

Di dalam sana, Clarista nampak tenang dan berpura-pura tidak mendengar apa yang ibunya katakan. Bukan bermaksud tak sopan hanya saja memang Clarista sedang tak ingin banyak berdebat.

Sepuluh menit berlalu, Clarista sudah keluar dari dalam kamar mandi. Seragam sekolah sudah tersedia di atas tempat tidurnya, tentunya sudah disiapkan oleh Sang ibu tercinta.

Andai saja jika Clarista bisa memilih mungkin ia akan memilih untuk kembali berbaring di atas tempat tidurnya, karena  memang Clarista tipikal orang yang dikenal pemalas namun di samping itu ia juga terkenal pintar.

"Clarista cepetan!" Ibu Clarista kembali berteriak membuat Clarista menghela napasnya gusar.

"Iya-iya!" balas Clarista.

Clarista tahu bahwa ia tengah terlambat namun ia masih bisa menyikapinya dengan santai terbukti bahwa saat ini Clarista masih saja asyik memoleskan alat kecantikan pada wajahnya.

"Nah gini kan cantik!" kata Clarista memuji dirinya sendiri.

"Eh gue kan emang udah cantik. Maksud gue, jadi tambah cantik!" ralatnya.

Dirasa semuanya sudah rapih, Claristapun keluar dari kamarnya. Jarum sudah bergerak dengan begitu cepat namun tidak dengan langkah Clarista. Di luar sana ayam sudah berkokok dengan penuh semangat namun tidak dengan aktivitas Clarista.

Melihat hal itu, Manda ... ibu kandung dari Claristapun yang kini tengah menunggunya di meja makan merasa geram dengan tingkah anaknya itu. Kesal, Mandapun memilih beranjak dari tempatnya dan berjalan menghampiri Clarista.

"Eh!" pekik Clarista ketika Manda berusaha menarik tangan Clarista dan menyeret anaknya itu ke meja makan.

"Kamu kalau gak diginiin bisa-bisanya nyampenya nanti sore atau bahkan mungkin besok," rutuk Manda.

"Dih mamah apaan sih, lebay banget," ujar Clarista tak terima.

Tak ingin terus berdebat, Manda memilih diam dan membiarkan anaknya itu untuk menyantap sarapan yang sudah ia siapkan. Sudah hal biasa Manda menyaksikan semua ini, andai ia menjadi seorang ibu yang tega mungkin saja Manda akan menumpahkan piring berisi makanan itu ke dalam mulut anaknya karena saking geramnya ia melihat Clarista makan seperti orang yang tak ada gairah hidup.

Sudah berkali-kali Manda mengingatkan namun itu selalu tak diindahkan oleh Clarista alhasil Manda memilih diam sembari menahan kekesalan.

"Clarista, kenapa kamu jadi orang tuh lelet banget sih?" geram Manda.

TIPU DAYA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang