7. Penjelasan

15 3 1
                                        

Clarista akhirnya bisa bernapas lega ketika motor yang Elvaro lajukan sudah sampai di parkiran sekolah. Napas Clarista terdengar terengah-engah, dadanya naik turun juga seluruh badan Clarista nampak gemetar.

Setelah Clarista turun, Elvaropun melakukan hal yang sama. Sejenak Clarista diam guna menetralisirkan detak jantungnya dan hal itu disadari oleh Elvaro ketika ia melihat Clarista bak orang ketakutan.

"Kenapa lo?" tanya Elvaro bingung.

Tatapan sinis Clarista arahkan pada Elvaro sedang Elvaro sendiri tidak tahu arti dari tatapan itu.

"Pake nanya lo. Emang dasar gak punya hati," cibir Clarista.

Seakan tak terima dengan cibiran dari Clarista, Elvaropun menampilkan wajah kesalnya. "Eh lo juga gak punya otak. Udah bagus gue tolongin masih aja lo ngatain gue!"

"Lo itu bukan nolongin tapi mau ngajak gue mati," balas Clarista dengan nada sewotnya.

"Tapi buktinya sekarang lo belum mati. Masih hidup, utuh," balas Elvaro tak kalah sewot.

Geram, Claristapun menghentakan kakinya kesal lalu setelah itu ia berjalan dengan tergesa-gesa meninggalkan Elvaro yang masih berdiam di tempatnya sembari tersenyum sinis ke arah Clarista.

Bel tanda masukpun sudah berbunyi, cepat-cepat Claristapun melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas yang mana ia langsung disambut dengan tatapan tajam dari Sarah.

Berhubung suasana hati Claristapun sedang tidak baik-baik saja, iapun memilih mendiamkan Sarah sejenak karena tanpa bertanyapun Clarista sudah tahu apa yang menyebabkan Sarah seperti itu.

Tak lama guru yang hendak mengajarpun tiba dan seketika suasana kelaspun menjadi hening.

******

"Sampai di sini pelajarannya. Sekarang kalian boleh istirahat!" ujar guru yang baru saja menerangkan materi di depan kelas lalu setelah itu ia melenggang pergi keluar kelas.

Suara riuh kembali tercipta dari dalam kelas membuat Clarista sedikit mengernyit kesal karena pendengarannya merasa terganggu. Di sampingnya Sarah jelas sadar dengan raut kesal dari sahabatnya itu, walaupun ia sendiri masih merasa kesal dengan sikap Clarista tetap saja Sarah tak bisa marah lama-lama pada sahabatnya itu.

"Kantin yu!" ajak Sarah.

Tanpa berkata apapun, Clarista bergegas bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan keluar kelas membuat Sarah yang berjalan di belakangnya mengerang kesal sampai ia menggerakan tangannya nampak hendak menerkam Clarista.

"Dosa apa gue sampe punya temen kek gini," gumam Sarah.

"Lo mau makan apa?" tanya Sarah ketika mereka sudah duduk di salah satu bangku yang ada di kantin.

"Samain aja. Lo aja yang pesen sama talangin dulu nanti gue ganti. Lupa duitnya di tas," kata Clarista.

Ingin rasanya Sarah berkata kasar namun rasanya itu tak etis untuk dilakukan alhasil Sarah hanya bisa menahan sabar sembari mengelus dada.

"Iyalah!" kata Sarah sembari menghela napasnya kasar.

Ketika Sarah sudah hilang dari pandangannya, Clarista kembali teringat pada kebersamaannya tadi dengan Elvaro. Clarista memang baru mengenal Elvaro bahkan ia saja tidak tahu bagaimana latar belakang keluarga laki-laki itu namun yang Clarista tidak mengerti kenapa ia bisa merasa begitu penasaran juga tertarik pada sosok Elvaro karena biasanya kebanyakan laki-laki yang mengejar Clarista dan Clarista sendiri tidak memerdulikan hal itu, maka dari itu Clarista sering kali dipanggil sebagai cewek sombong.

"Ini makanan sama minumannya dan ini tagihannya!" kata Sarah sembari menyimpan satu mangkuk mie ayam, satu gelas teh manis juga satu lembar nota bertuliskan pesanan juga harganya ke hadapan Clarista.

TIPU DAYA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang