20. Masa Lalu

11 2 1
                                        

Cukup lama Clarista terdiam, seperti enggan menanggapi Elvaro walau hanya sepatah ataupun dua patah kata. Rasa kesal sudah muncul di dalam lubuk hati Elvaro, dengan kasar iapun bangkit dari duduknya dan hendak melangkah pergi.

"Tunggu!"

Suara itu tiba-tiba saja menghentikan langkah Elvaro yang sudah terbilang cukup jauh. Perlahan Elvaro menoleh ke belakang, tepatnya ke arah Clarista yang kini juga tengah menatapnya.

"Gue mau maafin lo!" kata Clarista yang mana itu langsung membuat Elvaro kembali melangkah ke arah Clarista dan duduk di tempatnya tadi.

"Lo serius?" tanya Elvaro memastikan.

"Gue sadar mungkin tadi gue keterlaluan. Harusnya gue tahu kalau tadi lo gak sengaja, lo juga kan gak tahu kalau gue takut sama kucing jadi gak seharusnya gue sebegitu marah sama nyalahin lo," ujar Clarista.

Di tempatnya, Elvaro nampak tertegun dengan apa yang baru saja ia lihat. Ia tak menyangka kalau Clarista akan berkata dan bersikap sebijak itu.

"Iya. Gue juga minta maaf kalau tadi gue udah keterlaluan sama lo. Tapi kalau boleh gue tahu, emangnya kenapa lo bisa takut sama kucing?" tanya Elvaro.

Clarista nampak diam sejenak lalu perlahan ia mulai memejamkan matanya guna menetralkan sisa emosinya tadi.

"Sebenarnya bukan takut tapi lebih ke trauma," kata Clarista dengan nada lirih.

"Trauma? Memangnya kenapa?" tanya Elvaro meminta penjelasan.

Clarista terdiam. Ia tak langsung membalas pertanyaan Elvaro, malah  justru yang ia lakukan adalah memalingkan wajah dari hadapan Elvaro.

Dari ujung mata Elvaro, ia melihat dengan sangat jelas mata Clarista yang tengah berkaca-kaca dan bahkan sebentar lagi cairan itu akan keluar dari manik mata Clarista. Awalnya Elvaro tak percaya bahwa Clarista akan bersikap seperti ini, terlihat begitu lemah juga sedih. Rasa penyesalanpun kembali muncul dalam hati Elvaro, karena bagaimanapun Elvaro masih memiliki hati nurani meskipun terkadang Clarista sering kali membuatnya jengkel.

"Kalau lo gak mau ngasih tahu gak papa kok. Gue gak maksa," kata Elvaro.

"Gue cerita sekarang!" timpal Clarista.

Di depan halaman rumah, nampak gadis kecil tengah bermain bersama anak kucing peliharannya. Gadis itu tersenyum begitu manis sembari mengelus pelan anak kucing itu.

"Catty!" panggil gadis itu kepada kucing kesayangannya itu.

Tak lama gadis itu menjerit tatkala anak kucingnya berlari ke tepi jalan membuat dirinya juga harus ikut mengejar ke tepi jalan.

Cukup lama gadis itu berusaha menangkap kembali anak kucingnya namun tidak berhasil sama sekali sampai pada akhirnya anak kucing itu berlari ke tengah jalan dan tanpa berpikir panjang gadis itu ikut berlari, mengabaikan mobil yang tengah melaju kencang ke arahnya.

"Clarista!"

Seorang wanita paruh baya berlari keluar dari dalam rumah itu. Matanya melotot tajam ketika melihat anak gadisnya nyaris tertabrak mobil namun beruntung ia masih bisa selamat dikarenakan pengemudi mobil itu berhasil menginjak remnya tepat waktu.

"Kamu gak papa kan? Ada yang luka gak?" tanya pengemudi mobil itu ketika ia baru saja keluar dari mobilnya.

Gadis kecil bernama Clarista itu hanya menggeleng pelan sebagai jawaban lalu tak lama Manda datang membawa anaknya ke dalam pelukannya.

"Kamu ngapain main ke tengah jalan? Kamu gak papa kan?" ujar Manda.

Clarista tak menjawab apapun. Ia masih merasa terkejut dengan apa yang ia alami saat ini. Perlahan matanya menatap ke sekeliling, seperti mencari sesuatu.

TIPU DAYA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang