Bel tanda pembelajaran telah selesai berbunyi. Semua warga kelas langsung berhamburan keluar lain halnya dengan Clarista dan Sarah yang masih terduduk di bangkunya.
Namun sedari tadi lebih tepatnya setelah menceritakan tentang Elvaro, Sarah merasa ada yang aneh pada diri Clarista. Ia terlihat banyak diam, tidak seperti biasanya.
"Lo kenapa sih? Kok diem mulu? Sakit lo?" tanya Sarah meminta penjelasan.
"Enggak," balas Clarista singkat.
"Terus lo kenapa?" Sarah kembali bertanya berharap Clarista akan menjawabnya jujur.
"Gue kepikiran Elvaro," kata Clarista yang sukses membuat Sarah tercengang tak percaya.
"Ngapain lo mikirin dia? Jangan-jangan lo suka ya sama dia? Gila lo. Baru juga ketemu masa udah suka aja," cerocos Sarah.
Clarista tak langsung menanggapi. Terlebih dahulu ia membereskan barang-barangnya yang tergeletak di atas meja lalu dimasukkan ke dalam tas.
"Bukan. Tapi gue penasaran aja," balas Clarista sembari berjalan keluar kelas dan di tempatnya Sarah merutuk kesal karena Clarista pergi begitu saja.
Setelah berlari kecil mengejar Clarista, akhirnya Sarah bisa menyamakan langkahnya dengan Clarista yang kini masih memasang wajah bingung.
"Lo tenang aja. Nanti gue cari tahu tentang Elvaro deh!" ujar Sarah.
Ekspresi Clarista berubah total. Kini ia terlihat begitu senang membuat Sarah sedikit bingung dengan tingkah sahabatnya itu.
"Makasih ya!" kata Clarista.
"Iya, sama-sama!" balas Sarah.
Keduanya berjalan menyusuri koridor sekolah. Suasana di sana sudah sedikit lenggang karena beberapa orang sudah memilih untuk pulang serta sisanya masih menyelesaikan urusannya masing-masing.
"Hari ini lo ada acara gak?"
"Temenin gue yu!"
"Gue mau beli skincare. Temenin gue ke toko kosmetik di ujung jalan sana!"
Merasa ada yang aneh, tak biasanya Sarah diam tak langsung menanggapi perkataannya, Claristapun memilih menoleh ke belakang dan matanya langsung mendapati Sarah yang tengah berdiri di depan kelas IPA 1.
"Sarah!" panggil Clarista sedikit pelan namun panggilan itu tak ditanggapi sama sekali.
"Woy sarah!" panggil Clarista sekali lagi dan suaranyapun sedikit ia tinggikan.
Kesal karena panggilannya tak mendapat respon apa-apa, Claristapun berjalan dengan kaki yang ia hentak-hentakan lalu saat sudah berada di samping Sarah, tangan Clarista langsung memukul keras bahu Sarah.
"Apa-apaan sih lo?" geram Sarah.
"Lo yang apaan? Ngapain malah diem di sini?" Clarista balik kesal.
Alih-alih menjawab, Sarah justru malah memberikan isyarat lirikan mata guna menyuruh Clarista untuk melihat ke dalam kelas itu.
Clarista terkejut bukan main. Di dalam sana, ia melihat seseorang yang tengah ia perbincangkan tadi. Elvaro, laki-laki itu tengah sibuk membereskan barang-barangnya ke dalam tas. Dari tempatnya, Clarista nampak menatap Elvaro dengan lekat membuat Sarah yang berdiri di sampingnya merasa heran dengan sikap Clarista saat ini.
"Biasa aja kali ngelihatinnya!" goda Sarah.
"Ternyata dia tetangga kelas kita. Kok gue baru lihat dia ya?" kata Clarista.
"Emangnya lo mau ngapain sih ngepoin tentang dia?" tanya Sarah penasaran.
"Mau ngapain juga terserah guelah. Repot banget sih," ujar Clarista sewot.
"Ya udah sana tuh samperin!" kata Sarah tak kalah sewot.
Clarista melirik tajam ke arah Sarah. Melihat hal itu, Sarah terdiam dan seketika ia merasakan tubuhnya menjadi kaku. "Enak aja. Entar dikiranya gue cewek apaan lagi," sewotnya.
Di dalam sana, Elvaro mulai beranjak dari tempat duduknya begitu juga dengan Clarista yang langsung menarik Sarah untuk segera beranjak dari tempatnya berada.
Mendapat perlakuan seperti itu yang tiba-tiba membuat Sarah kesal pasalnya, Clarista menarik tangan Sarah dengan sekuat tenaga membuat pergelangan tangan Sarah terasa sakit bahkan sampai menimbulkan bekas.
"Kasar banget lo jadi cewek. Lihat tuh tangan gue sampe biru kayak gituh!" kesal Sarah.
Clarista mengikuti arah tunjuk dari Sarah dan seketika iapun langusng menyengir lebar, "iya maaf deh, gue gak sengaja tadi," katanya.
Elvaro keluar dari dalam kelas. Ia berjalan seorang diri menyusuri koridor sekolah. Tak ingin tertinggal, Claristapun langsung ikut berjalan mengikitunya dari kejauhan.
Melihat kelakuan sahabatnya itu, Sarah hanya bisa menyebut dalam hati sembari menggelengkan kepalanya. Baru kali ini ia melihat Clarista bertindak konyol seperti itu karena biasanya Clarista selalu bersikap cuek terutama pada laki-laki.
"Cla, pelan-pelan napa sih! Tungguin gue!" gerutu Sarah.
"Stt! Diem. Lo jangan berisik! Nanti ketahuan," ujar Clarista.
"Lagian gue heran deh. Lo itu kan cewek pinter, populer, banyak yang ngejar-ngejar lo tapi selalu lo abaikan. Terus kenapa sekarang lo malah aneh kayak gini. Bisa-bisanya lo ngejar-ngejar cowok gak jelas itu," kata Sarah.
"Gue gak ngejar-ngejar. Gue cuma penasaran aja," balas Clarista dengan mata yang terus memantau Elvaro.
"Ya tetap aja beda tipis," balas Sarah.
Mata Clarista memicing tajam tatkala ia melihat Elvaro masuk ke dalam perpustakaan. Ada keinginan dalam diri Clarista untuk ikut masuk namun memikirkan risiko nanti yang akan ia tanggung, Clarista mengurungkan niatnya alhasil ia hanya memantaunya dari luar perpustakaan.
"Rajin banget jam pulang kayak gini masih sempat-sempatnya masuk perpus," kata Clarista.
"Jangan terlalu memuji siapa tahu dia cuma mau numpang tidur," sahut Sarah.
Seakan tak terima dengan ledekan Sarah, Claristapun langsung mengintipnya dari jendela luar. Ia melihat Elvaro tengah memilih buku di jajaran rak buku kimia, hingga tak lama Elvaro mengambil salah satu buku lalu ia berjalan menghampiri petugas perpustakaan itu guna mencatat pinjaman buku.
Melihat Elvaro tengah berjalan keluar dari sana, kembali Clarista menarik tangan Sarah guna beranjak dari sana.
"Ish! Nyebelin banget sih lo!" rutuk Sarah tak terima dengan perlakuan Clarista.
Tanpa rasa bersalah, Clarista melepaskan cekalannya dari tangan Sarah tanpa mengucap apapun dan tentu saja hal itu menambah kekesalan Sarah.
"Gue mau pulang aja. Lo terusin aja sendiri!" kata Sarah lalu berjalan meninggalkan Clarista seorang diri.
Tak ada tanggapan apapun dari Clarista. Ia nampak tak memerdulikan perkataan juga kepergian Sarah pada saat itu. Pikiran Clarista nampak fokus pada satu orang, yaitu Elvaro.
"Kayaknya dia emang suka belajar. Menarik juga kalau gue cari tahu lebih dalam lagi," ujar Clarista lalu setelah itu iapun berjalan menuju luar sekolah.
Berjalan seorang diri dengan pikiran yang sedikit tidak fokus membuat Clarista tidak peka dengan keadaan sekitar hingga pada akhirnya ia hampir terjatuh karena menabrak sesuatu di hadapannya.
Clarista merasakan bahwa sesuatu itu bukanlah tembok ataupun benda lainnnya. Matanya nampak melihat sepasang kaki yang baru saja ia injak dan pada saat itu juga Clarista langsung mengangkat pandangannya.
"Ceroboh lagi?" tegas orang itu.
"Elo lagi?" kata Clarista.
Dalam hati Clarista sedikit bingung. Kenapa Elvaro bisa ada di hadapannya karena seingat Clarista, ia berjalan berlawanan arah dengan Elvaro. Karena memang setelah Elvaro keluar dari perpustakaan, ia tak mengikuti langkah laki-laki itu lagi.
"Kenapa? Kaget? So soan gak suka padahal dari tadi lo ngikutin gue kan?" tuding Elvaro.
![](https://img.wattpad.com/cover/372983057-288-k865237.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TIPU DAYA CINTA
Teen FictionKata orang cinta itu indah. Di mana kita bisa disayangi sepenuh hati, diberi perhatian tanpa pamrih juga dilindungi tanpa dipinta. Tapi tidak bagi Clarista, ia terjebak dalam sebuah permain cinta yang penuh dengan tipu daya. Diberi suka juga diberi...