Destiny (22)

122 13 0
                                    


Tampak sakura sedari tadi pikirannya tidak ditempat, di memikirkan sasuke. Tampang pria itu tidak terima saat sakura lebih memilih pulang dengan gara. ada rasa bersalah yang besar dihati sakura, sampai-sampai dia melamun melupakan tujuan awalnya bertemu dengan gara.

"heii... kenapa tidak dimakan? Jangan melamun"

Sakura tampak tersadar dengan perkataan gara.

"maaf..." ucapnya merasah bersalah

"apa kau memikirkan sasuke?" tanya gara dan membuat sakura keki, yah sangat terlihat dia memikirkan pria itu.

"apa begitu keliatan? Hehe"

"ayolah... sehari saja fokus hanya padaku saki"

Sakura dan gara terkekeh

"emmm... aku ingin menja-" perkataan sakura langsung disela gara

"jadi akhirnya aku tidak punya kesempatan?" tiba-tiba seasana mereka menjadi serius. Yah sebenarnya gara memang sudah tau ini akan terjadi cepat atau lambat. Sedari awal memang tidak ada kesempatan itu untuknya. Tapi dia tidak menyesali keputusannya.

Sakura tersenyum "terima kasih"

Gara tersenyum dan mengangguk "aku tidak menyangkah itu sasuke, awalnya kukira Itachi, tapi setelah melihat sasuke aku sadar peluang itu semakin jauh"

Sakura menatap pemandangan luar café yang mereka tempati "dari awal ini tidak pernah berubah, (dia tersenyum) apa aku begitu menyedihkan?" dia terkekeh

Gara tersenyum "yah kau menyedihkan"

Keduanya kembali melanjutkan makan malam mereka.

"aku berencana kembali ke Suna"

Sakura tampak terkejut.

"benarkah? kenapa tiba-tiba?"

Gara menatap pemandangan luar "sebenarnya sedari awal impianku mengembangkan RS orang tuaku di Suna. Itu sudah aku rencanakan saat memutuskan menjadi dokter"

Tampak sakura mengangguk paham, yah semua orang pasti punya impian atau cita-cita yang ingin dicapainya. "aa... jadi itu alasan sesungguhnya kau kembali ke Jepang?"

"kenapa kau kecewa?" gara terkekeh

Sakura mengangkat kedua pundaknya "sedikit" dan tersenyum

"itu memang karnamu.. lebih tepatnya aku kembali lebih awal dari yang kurencanakan. Tapi setelah mendapat telfon dari keluargaku. Aku merindukan Ibuku dan kakak-kakakku"

Sakura mengangguk paham, yah keluarga memang selalu menjadi alasan. "kau tidak rindu ayahmu?"

Gara terkekeh "dia selalu menjadi list terakhir"

"anak durhaka"

Keduanya melanjutkan makan malam dengan damainya. Sementara satu sisi gara melihat raut bahagia sakura terpancar dari wajahnya. Ini raut wajah yang pertama kali gara lihat dari sakura, begitu tulus tanpa beban. Dan disitulah dia tau bahwa sakura memang sudah menemukan bahagianya.

Diam –diam dia mengambil foto saat sakura sedang makan, tampak cantik dimatanya.

"mungkin ini yang terakhir" ucapnya dalam hati sambil tersenyum

"Makan pelan-pelan. Dasar anak kecil" ucap gara sambil mengacak rambut sakura.

"heii... aku bukan anak kecil"

"tapi kau selalu bertingkah seperti anak kecil"

"aku sudah besar tau, kau seperti sasori-nii saja" ucap sakura kesal.

Decision (sasusaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang