13. About Them

1.9K 122 47
                                    

"Enggak tau caranya hormat dengan benar?" tanya seorang lelaki dengan almamater Osis yang melekat ditubuh atlestisnya. Matanya melirik tajam seorang lelaki yang sedang asyik mengunyah permen karet dengan posisi tangan hormat.

Tapi, hormat lelaki itu terlihat letoy seperti anak TK.

"Enggak tau, ajarin dong ketos yang terhormat." jawab Romeo dengan penekanan kata di akhir kalimat.

Romeo semakin santai mengunyah permen karetnya. Bibir lelaki itu tersenyum ramah pada Savion, ketua Osis SMA Kadingga.

Savion melengos tanpa mempedulikan Romeo lagi. Lelaki dengan almamater Osis itu berdiri tegap di depan ketujuh lelaki berpenampilan urakan yang juga sedang berdiri berjejeran sambil hormat pada bendera merah putih dihadapannya.

Savion berdiri dengan kedua tangan yang tersimpan di saku celana, matanya mengawasi gerak-gerik ketujuh lelaki yang sedang menjalani hukuman sekarang ini.

"Eh ketos abal-abal, gunanya lo disini apa sih? Minimal ikut hormat juga lah, itung-itung menghargai dan mengenang jasa para pahlawan yang sudah berkorban dan berjuang untuk kemerdekaan Indonesia." ucap Yoga melirik sinis pada Savion.

"Kalian lagi di hukum, sedangkan gue enggak." jawab Savion datar.

Kekehan Kaizer mengundang perhatian Savion.

"Ngerasa paling berkuasa disini? Padahal gak lebih dari sekedar Ketua Osis yang haus perhatian guru." celetuk Kaizer sambil menatap Savion dengan pandangan remeh.

Satu tangan Savion yang berada di saku celana mengepal mendengar penuturan Kaizer.

"Mecahin jendela kelas, lo kira itu keren?" Savion balik menatap Kaizer datar.

"Eh itu gue yang mecahin ya bukan Kaizer." sahut Mierza.

"Itu pun gak sengaja." lanjut Mierza.

Lelaki dengan rambut gondrong yang di ikat itu tahu betul kalau Kaizer dan Savion punya masalah pribadi yang sampai saat ini masih menjadi misteri dan belum diceritakan oleh Kaizer sendiri.

Savion tersenyum ramah, wajahnya pun tidak sedatar tadi. "Dan kalian pantas di hukum." ucapnya.

"Lah ini kita lagi di hukum, puas lo?!" sentak Senan melirik Savion tajam.

Setelah mereka kabur dari Pak Lanjar tadi, ditengah jalan Savion menghadangnya dan langsung melaporkan pada Pak Lanjar. Akhirnya, Pak Lanjar menyuruh mereka bertujuh untuk berdiri sambil hormat di hadapan tiang bendera sebagai hukuman karena memecahkan kaca jendela salah satu kelas, walaupun itu tidak sengaja.

Yang salah pun hanya Mierza, tapi mereka semua tetap ikut di hukum dengan alasan Mierza adalah temannya. Kata Pak Lanjar, harus setia pada teman tidak boleh apatis.

"Hukuman apapun gak pernah bikin kalian jera, kalian akan tetap membuat masalah. Bolos, tawuran, dan hal buruk lainnya udah cukup mencemarkan nama baik sekolah." jelas Savion seolah sedang menceramahi mereka.

Respon mereka hanya memutar bola mata malas dan menulikan pendengaran. Berbeda dengan Kaizer dan Dirgala yang setia menatap datar ke depan dengan wajah dingin.

"Kesimpulannya, kalian ataupun geng kalian itu gak lebih dari sampah yang mencemari sekolah-"

Perkataan Savion terpotong saat Kaizer maju menghampirinya dan langsung mencekal kerah almamaternya.

Tatapan Kaizer menghunus tajam pada Savion. Tangannya pun semakin kuat mencengkram kerah almamater yang Savion kenakan.

"Lo bilang apa? Sampah?" Kaizer berdecih sinis.

Pick Me, My Kalela!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang