19. Insiden Lempar Sepatu

985 98 10
                                    

"Selama ini sekolah selalu meringankan hukuman atas perbuatan kalian tapi sepertinya hal tersebut membuat kalian semakin semena-mena."

Kalimat yang keluar dari pria paruh baya yang duduk di kursi kebanggaannya itu hanya di anggap angin lalu oleh ketujuh pemuda dengan seragam yang jauh dari kata rapih alias berantakan yang kini sedang berdiri menghadap Pak Deodra yaitu kepala sekolahnya.

"Saya tidak peduli kalian mau tawuran asalkan kalian melakukan tindakan tersebut di luar sekolah." lanjutnya lagi dengan tegas.

Senan berdecak, "Aduh Pak emang tadi kita tawuran? Enggak kan. Lagian kita juga gak tau, mereka yang datang kesini sendiri nantangin kita kok."

"Kalau tidak dihentikan kalian pasti sudah tawuran tadi. Saya yakin kalau tawarun itu terjadi maka sekolah ini berserta siswa-siswi lain akan terkena imbasnya." Pak Deodra semakin menajamkan matanya.

"Tawuran lol tawuran bukan tawarun!" ralat Yoga sambil ngegas.

Pak Deodra menggertakan giginya, "Sopan kamu Yoga. Keberadaan saya sebagai kepala sekolah disini membuktikan kalau saya tidak tolol." sentaknya.

Yoga terkikik pelan, "Lah emang saya ngatain bapak tolol? Saya cuma bilang lol padahal, jadi bapak sendiri yang ngatain diri sendiri tolol. Dan lol yang saya maksud itu panggilan kesayangan buat bapak."

"Fuck, gue ngakak." seru Romeo di iringi tawa keras, begitu juga Mierza, Senan dan Firhan.

Hidung Pak Deodra sudah kembang kempis emosi merasa ia sudah di permainkan oleh anak didiknya sendiri.

"Benar kata guru lain, dari kalian bertujuh hanya Kaizer dan Dirgala yang waras."

Selain Kaizer dan Dirgala, mereka menatap protes Pak Deodra lalu beralih menatap lamat kedua orang yang katanya waras itu.

"Orang yang mainannya belati sama pistol di bilang waras?" ujar Yoga lalu menyemburkan tawanya, ia bahkan tak peduli dengan Kaizer yang kini meliriknya tajam.

Lagian tidak tau saja Pak Deodra bagaimana kelakuan Kaizer dan Dirgala yang sangat menggilakan di belakang jika melihatnya secara langsung.

"Saya tidak suka berbasa-basi, cepat katakan hukuman apa yang akan anda berikan!" gertak Kaizer dingin.

Saat Pak Deodra ingin mengeluarkan suara Firhan memotongnya.

"Apaan enggak enggak! Kita gak salah loh Kaiz, kita gak jadi tawuran tadi kan? Terus ngapain di hukum." semprot Firhan tak terima.

"Nah setuju!"

Tampaknya mereka pun menyetujui ucapan Firhan. Hanya Dirgala yang daritadi diam membisu. Tapi jangan salah, mulutnya memang terkunci rapat tapi manik mata elangnya daritadi terpusat pada pantulan kaca remang-remang di dekat pak Deodra.

Dari pantulan kaca tersebut terlihat seorang gadis tengah berdiri di dekat pintu masuk ruangan ini seolah menguping pembicaraan di dalam. Dan itu hanya disadari oleh Dirgala karena lelaki itu memiliki kepekaan yang tinggi terhadap sekitar. Pintu ruang kepala sekolah pun tidak tertutup sepenuhnya.

Pak Deodra menghela napas panjang, "Baiklah saya tidak jadi memberikan kalian hukuman-"

"Nah daritadi dong, yuk keluar."

"Eh eh saya belum selesai bicara!" Belum juga mereka beranjak, suara Pak Deodra menginstrupsinya.

Romeo melenguh kesal, "Apa lagi bapak kepsek yang terhormat." jengah Romeo.

Pak Deodra berdeham sebelum berbicara, "Tidak lama lagi olimpiade sains, fisika, dan kimia akan-"

"WTF?! NO, NO!" potong Firhan cepat dengan nada tingginya. Walaupun cowok bermata sipit itu sedang melotot garang tapi matanya tetap saja sipit.

Pick Me, My Kalela!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang