15. Lo Siapa, Kita Kenal?

1.8K 142 22
                                    

"Begini deh Pak, daripada nganterin saya pulang mending bapak ngajak anak istri jalan-jalan." ujar Kalela antusias.

Saat ini Kalela sedang bernegosiasi dengan orang suruhan Raja yang ditugasi lelaki itu untuk mengantarnya pulang. Pria paruh baya di depannya ini kekeuh untuk mengantarnya pulang atas perintah Raja dan Kalela pun ikut kekeuh ingin pulang sendiri dengan sepedanya tanpa perlu diantar ataupun dikawal.

"Saya jelasin sekali lagi, jadi bapak gak usah nganterin saya pulang. Biarin saya pulang sendiri pake sepeda. Tapi bapak jangan kasih tau Raja tentang hal ini, begitu pun saya sendiri juga nanti bilang sama Raja kalau bapak udah nganterin saya pulang sampai rumah dengan selamat."

"Saya tidak bisa, non. Tuan Raja sudah memberi tugas kepada saya-"

"Seratus ribu buat bapak, gimana?" potong Kalela cepat lalu mengambil uang kertas berwarna merah dan menyodorkannya pada pria paruh baya berpakaian serba hitam di depannya ini.

Pria paruh baya itu menggaruk pelipisnya, "Seratus ribu mah gak ada apa-apanya non dibanding gaji saya yang sampai dua digit."

Kalela menganga lebar, pria paruh baya ini tidak sedang mengodenya untuk menawarkan lebih kan?

"Ya jangan samain sama gaji bapak, saya kasih seratus ribu kan buat bapak pribadi supaya bapak mau menuruti perintah saya." ujar Kalela.

"Artinya saya di sogok nih?"

Kalela menggeleng cepat dengan wajah pias, "Enggak, bukan. Saya anak baik-baik mana mungkin punya niat buruk kayak gitu." jawab Kalela.

"Maaf nona, tapi saya tetap tidak bisa. Saya takut di pecat sama tuan Raja kalau tidak melaksanakan perintahnya dengan baik." ucap pria paruh baya itu sambil membungkuk sopan.

"Tuan Raja adalah bos saya, jadi saya harus melaksanakan perintah beliau, bukan menuruti perintah nona." lanjutnya.

Kalela mendengus kasar sambil menyugar rambutnya ke belakang dengan frustasi. Otaknya kembali bekerja mencari cara untuk mempengaruhi orang suruhan Raja ini.

Kalela menghela napas panjang lalu tersenyum sopan, "Kalau Raja itu bos bapak berarti saya sendiri adalah bos ataupun majikan Raja karena dia bodyguard pribadi saya. Jadi, seperti halnya Raja yang harus menuruti perintah saya, bapak pun juga begitu."

"Begitu ya non?" tanya pria paruh baya itu dengan raut wajah berpikir.

"Tapi kenapa dari awal nona tidak bilang sendiri kepada tuan Raja kalau nona mau pulang sendiri tanpa di kawal, bukannya itu lebih baik?" ujarnya.

Kalela benar-benar ingin mengumpat sekarang. Kenapa pria paruh baya di depannya ini banyak bertanya. Jawaban dari pertanyaan tersebut, jelas bodyguard pribadinya itu tidak akan menuruti keinginannya.

Kalela menatap pria paruh baya itu dengan serius, "Tidakah bapak berpikir keuntungan yang di dapat dari kesepakatan yang saya buat ini? Bapak gak perlu nganterin saya sehingga bapak punya waktu luang, dan saya juga kasih uang buat bapak, itu dua keuntungannya. Dan waktu luang itu bisa bapak gunakan untuk istirahat, pulang, atau ngajak anak istri jalan-jalan."

Kalela mengulas senyum miring diam-diam melihat pria paruh baya di depannya ini mulai terpengaruh oleh ucapannya. Terlihat jelas dari raut wajahnya yang sedang berpikir sambil angguk kepala beberapa kali.

"Tenang aja, bapak gak akan di pecat asalkan bapak merahasiakan ini dari Raja, begitupun saya. Saya juga akan lapor kepada Raja kalau bapak sudah mengantarkan saya pulang sampai rumah dengan selamat." jelas Kalela semakin meyakinkan.

"Berarti nona bohong sama tuan Raja dong?" tanya pria paruh baya itu dengan polos membuat Kalela melebarkan bola matanya.

Kalela beralih merogoh tasnya dan mengeluarkan uang kertas berwarna merah sebanyak tiga lembar, "Udah bapak gak usah banyak mikir lagi. Mending sekarang bapak ajak anak istri jalan-jalan dan saya akan pulang sendiri. Begitu sampai rumah saya akan langsung kabarin Raja kalau saya udah pulang dengan selamat di antar oleh bapak, okay?"

Pick Me, My Kalela!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang