18. But, You Can't Hate Me

1.4K 151 9
                                    

Sepeda yang tengah Kalela kayuh berhenti karena Kalela menarik remnya. Gerbang sekolah hanya berjarak beberapa langkah dari tempatnya namun di depan gerbang sana ada sekelompok pemuda bersama motor sport-nya tengah membuat kericuhan dengan sengaja memainkan suara knalpot motornya sehingga menimbulkan kebisingan. Beberapa dari mereka bahkan berteriak tidak sopan. Entah apa motifnya Kalela tidak tau.

"MANA JAGOANNYA KADINGGA, KELUAR KALIAN!"

"MAJU SINI LAWAN KITA!"

"KITA GAK AKAN PERGI SAMPAI KALIAN KELUAR!"

"KALAU GAK KELUAR JUGA GUE OBRAK-ABRIK SEKOLAH KALIAN INI!"

Kalela menggertakan giginya, "Sialan, masih pagi udah ngajak tawuran. Kayak gak ada kerjaan aja."

Kalela menatap sekilas jam tangan yang menunjukkan pukul sembilan pagi. Lagi dan lagi Kalela terlambat. Alasannya karena Kalela bangun kesiangan efek tidur terlalu malam.

Kalela memusatkan pandangannya pada sekelompok pemuda itu, "Gimana caranya gue masuk kalau mereka aja ngalangin jalan." ujarnya.

Kalela sibuk dengan pikirannya sendiri hingga ia dikejutkan dengan tepukan pelan di bahu kanannya. Kalela sedikit menyerongkan tubuhnya, saat itu juga tatapannya langsung beradu dengan manik mata elang milik seorang lelaki berwajah dingin dengan gitar di punggungnya.

"Oh my gosh, Dirgala?!" pekik Kalela dalam hati.

Kalela terpaku, jantungnya berdegup kencang sekarang. Ini pertama kalinya Kalela berinteraksi sedekat ini dengan Dirgala semenjak pertemuan pertamanya dengan lelaki itu setelah sekian lama.

Lengkap sudah interaksinya dengan para mantan sahabatnya. Dimulai dari Savion, Romeo, Kaizer dan terakhir Dirgala.

Lelaki dengan wajah dingin dan mata elang itu menatapnya intens. Menelisik setiap sisi wajahnya tanpa terkecuali. Kalela meneguk ludahnya, aura dominan lelaki itu terasa sama ketika Kalela berhadapan dengan Kaizer.

"Ikut gue."

Detik itu juga Dirgala manarik pergelangan tangannya membuat pegangan Kalela pada stang sepedanya terlepas sehingga sepeda tersebut jatuh begitu saja.

"Lo, lo mau bawa gue kemana?" panik Kalela.

Kalela beralih menoleh ke belakang menatap sepedanya yang jatuh menggenaskan, "Sepeda gue." lirihnya.

Kalela masih menoleh ke belakang menatap miris sepedanya sementara Dirgala semakin melebarkan langkahnya. Merasakan Kalela yang mulai memberontak Dirgala pun semakin mengeratkan genggaman tangannya.

"Shit, lo mau bawa kemana?"

"Gak usah pake tarik-tarik segala bisa enggak?!"

"Oh my gosh, Dirgalanjing." Kali ini Kalela berucap lirih, merasa muak karena pemberontakannya dianggap angin lalu oleh lelaki itu.

Dirgala yang memiliki pendengaran tajam hanya melirik dingin Kalela sekilas.

Kalela tidak tau Dirgala akan membawanya kemana. Hingga kini keduanya menaiki anak tangga dan memasuki area rooftop. Pertama kalinya Kalela ke rooftop sekolah ini dan ia terpukau.

Dirgala melepaskan genggaman tangannya dan berdiri di pembatas rooftop. Lelaki itu bersedekap dada, arah matanya terpusat pada gerbang sekolah mengamati musuh geng-nya yang sedang membuat kericuhan di sekolahnya. Bisa dilihat para siswa-siswi dan guru sedang heboh sekaligus takut, tak sedikit dari mereka berhamburan keluar untuk berjaga-jaga jika sekolahnya diserang dengan tiba-tiba.

"KELUAR KALIAN, ARPHALOZ. ATAU GUE RATAIN SEKOLAH INI!"

Bahkan teriakan dari bawah sana terdengar sampai rooftop.

Pick Me, My Kalela!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang