بسم الله الرحمن الرحيم
اللهمّ صلّي على سيدنا محمد وعلى عليّ سيدنا محمد
☪︎☪︎☪︎
"Allah tidak akan pernah menutup pintu taubat bagi kita sebelum matahari terbit dari barat."
[Gina Ejalita]
☪︎☪︎☪︎
Ternyata benar, siluet Zidin kemarin yang sempat Lesa lihat terbukti. Untuk kedua kalinya ia mengantar Kinan berangkat TPA setelah salat Ashar di rumah, tadi. Kini sosok Zidin berjalan dari arah berlawanan. Lesa akui Zidin memang tampan dilihat dari mana pun. Kemeja hitam lengan panjang dan sarung hitam sedikit ada motif batiknya serta peci hitam terdapat logo NU di sisi kanannya.
Apalagi di kedua tangannya tengah memegangi Al-Quran sampul hijau keemasan. Menambah kesan dewasa dan tampak seperti guru ngaji beneran.
“Lho. Mboten nderek ngaji tha, Mbak?”
[Enggak ikut ngaji.]
Lesa terkesima saat Zidin ada di depannya dengan jarak kurang lebih lima langkah darinya. Lebih kagetnya, ia malah tersenyum tipis menyapa Lesa.
“Masya Allah,” kata Lesa reflek.
“Hah?”
Lesa tersadar lantas tersenyum kecil, wajah bengongnya sangat lucu. Buru-buru ia beristigfar takut terjadi hal yang lebih, selain berbicara dan kontak mata.
“Enggak dulu, Gus,” jawab Lesa lirih.
Kontak matanya menghindari sepasang netra teduh di depannya. Takut terjadi salah paham, apalagi ini di tempat umum banyak anak kecil lagi.
“Eh Gus Zidin pacaran sama Mbaknya,” teriak anak laki-laki yang memakai peci hitam gambar bis kecil warna biru itu.
“Cie ... “
Belum juga lama Lesa mengatakan dalam hati sudah timbul fitnah dari anak kecil aja. Lagian anak kecil paham apa soal dunia orang dewasa?
Sorak-sorakan malah membuat Lesa malu bukan main. Ia malah seperti orang yang terciduk pacaran. Buru-buru ia menyalakan mesin motornya. Baru saja ia akan menarik pedal gasnya, sepasang lengan berbalut kemeja panjang itu menghalanginya.
“Sebentar,” kata Zidin menginterupsi.
Apa lagi Ya Allah, batin Lesa kesal.
Sudah dibuat malu oleh anak-anak, malah dibuat kesal oleh guru anak-anak yang melarangnya untuk pergi. Lebih parahnya lagi, Zidin malah meninggalkan Lesa sendiri. Ia memilih menghampiri anak laki-laki yang membuat rumor.
“Udin memang tau apa itu pacaran?” tanya Zidin di balas gelengan oleh Udin.
“Kalau gak tau kenapa tadi membuat rumor seperti itu?”
Udin menundukkan kepalanya, kedua tangannya saling bertautan di belakang punggungnya. Ia hampir menangis saat merasa terintimidasi seperti ini. Kepalanya di usap perlahan, hal itu membuatnya berani mengangkat kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Langit Subuh (Seson 1||SELESAI)
Teen FictionLangit Univers seson 1 Aku hanyalah perempuan akhir zaman yang sedang berusaha menahan diri untuk tidak ikut masuk ke dalam lubang kemaksiatan. Tapi, Allah lebih tahu bagaimana cara mencintai setiap hamba-Nya. ~Alesa Tirta Negara Lantas, bagaimana k...
