ثلاثين

98 7 1
                                        

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهمّ صلّي على سيدنا محمد وعلى عليّ سيدنا محمد

☪︎☪︎☪︎

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”

[QS Al-Hadid: 22]

☪︎☪︎☪︎

Pagi ini suasana kelas 12 taat busana sangat ribut, pasalnya beberapa siswa mengomel karena jaringan ponselnya hilang gara-gara mati listrik selama lima menit. Tak hanya itu, teriknya matahari dari luar menghantarkan hawa panas membara sampai dalam ruangan, ditambah lagi, kipas angin berjumlah dua itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

“Panas banget, Ya Allah.”

“Berasa di neraka njir.”

“Info Ac!”

“Ciri-ciri semesta gak merestui kita lulus ya gini.”

Ocehan demi ocehan bersahutan di mana-mana, membuat suasana kelas yang semula panas menjadi panas. Lain halnya dengan gadis yang duduk di pojok belakang itu, ia malah sibuk memejamkan matanya, menikmati hawa panas kali ini. Dengan sengaja lengan kanannya ia masukkan ke dalam laci. Bibirnya tak henti untuk memuji nama Allah dengan bantuan jari-jarinya.

Berbicara tentang panas, panasnya terik matahari tak sebanding dengan panas api neraka, kelak. Bagaimana ia bisa tahu? Sudah banyak kitab-kita yang membicarakan hal itu. Jadi menurutnya, panas terik matahari dan hawa kali ini sudah biasa. Hanya tergantung pada kita saja, bagaimana cara menyikapinya.

Hari ini siswa SMK N 1 Rowo sedang melaksanakan ujian akhir semester dua, yang artinya ujian terakhir di tahun ajaran kali ini, sebelum melanjutkan tahun ajaran selanjutnya. Ujian kali ini tak ada roling kelas ataupun campur tempat duduk dengan adik kelas, selain karena kelamaan membagi ruangan juga karena ada beberapa alasan yang kemarin sempat dikatakan.

Alhasil ujian kali ini dilaksanakan di dalam kelas masing-masing dan juga di tempat masing-masing.
Ujian kali ini berbeda jauh dengan ujian yang sebelumnya, kalau yang sebelumnya ujian memakai kertas, ujian kali ini memakai ponsel pintar dibantu selembar kertas apabila dibutuhkan.

Hal itu berguna untuk mengurangi sampah kertas di sekolah dan sekitarnya. Sekolah hanya menyediakan satu akun untuk satu siswa untuk melakukan ujian. Beberapa guru pengampu mata pelajaran produktif mengatakan, bahwa satu akun siswa itu seharga tiga puluh lima ribu rupiah. Jadi bisa di bayangkan berapa ribu untuk membeli akun siswa, sedangkan siswa SMK N 1 Rowo kurang lebih tiga ribu lebih.

Bukan hanya akun saja yang di fasilitaskan ke sekolah, melainkan wifi. Tapi, beberapa siswa memilih memakai paket data sendiri daripada wifi, hal itu karena wifi sekolah terkadang eror karena kebanyakan yang menyambung. Dan bagi siswa yang memiliki masalah dengan ponselnya, boleh memakai lab komputer yang sudah disiapkan. Hal itu berguna supaya siswa tetap mengikuti ujian, meskipun ponselnya bermasalah.

Syarat utama memasuki lab komputer adalah membawa kartu ujian, dan apabila tidak membawa kartu ujian, maka tidak boleh masuk. Da syarat memiliki kartu ujian kali ini adalah harus melunasi pembayaran sekolah, paling tidak sebagian dari pembayaran awal. Bisa di bayangkan bagaimana susahnya mereka untuk mengikuti ujian?

Di Bawah Langit Subuh (Seson 1||SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang