بسم الله الرحمن الرحيم
اللهمّ صلّي على سيدنا محمد وعلى عليّ سيدنا محمد
☪︎☪︎☪︎
Lebih baik berjalan di belakang seekor singa daripada di belakang seorang perempuan."
(Umar Bin Khattab r.a)
☪︎☪︎☪︎
Lesa membuka kedua kelopak matanya saat mendengar azan subuh berkumandang, ia menatap sekitar, sudah tidak ada bapaknya ataupun Mbak Tari. Ke mana mereka berdua? Apa sudah pulang? Kalau pulang kenapa tidak membangunkannya untuk sekedar berpamitan, apa urusannya mendesak?
Pintu diketuk perlahan, dari balik pintu, Lesa melihat siluet bayangan. Mungkin Julian. Buru-buru Lesa memakai hijab instannya yang sengaja ia letakkan di bawah bantal, antisipasi kala sewaktu-waktu ada tamu yang menjenguknya, ia langsung cekatan memakainya. Setelah dirasa jilbab instannya menutupi rambut sebahunya, ia menjawab ketukan pintu itu.
"Masuk aja, Mas." Benar saja, Julian. Laki-laki itu bukannya langsung masuk tapi malah berdiri di depan pintu.
"Saya masuk tapi pintunya dibuka tidak apa-apa, kan?"
Lesa mengangguk.
Julian berjalan masuk mendekati Lesa. "Tadi sebelum subuh, Bapak dan Mbak kamu pulang, karena Mbak kamu masuk kerja jam enam pagi. Beliau tidak membangunkan kamu, karena takut mengganggu waktu istirahatmu."
"Terus, Mas Julian datangnya dari kapan?"
"Dari jam empat tadi, saya pikir bapak kamu masih di sini dan saya masakkan untuk sarapan, tapi malah pulang. Tidak apa-apa sarapannya bisa buat nanti siang. Atau kamu mau cobain masakan saya?"
"Boleh?" Julian mengangguk.
"Tapi tolong bantu aku ke kamar mandi," pinta Lesa lirih. Ia masih malu untuk meminta bantuan Julian.
"Ayo saya bantu."
Baru saja Julian hendak mengambil infus Lesa, tapi ter urungkan lantaran larangan dari Lesa.
"Jangan sekarang, Mas. Mas Julian boleh keluar sebentar, gak? Aku belum pakai rok," cicit Lesa malu.
Inilah alasan mengapa ia selalu berbaring dan duduk di brankar dengan selimut, karena untuk menutupi kaki jenjangnya yang di balut celana pendek. Kebiasaannya di rumah belum juga berubah.
Tanpa banyak berbicara, Julian keluar ruangan, tak lupa juga menutup kembali pintunya.
"Kalau mengintip aku colok ya matamu, Mas," kata Lesa sedikit keras.
Bukannya marah, Julian hanya terkekeh di kursi tunggu luar. Tiba-tiba, rasa bersalah hinggap di hati kecilnya.
Ya Allah, apa yang hamba lakukan sudah benar? Hamba hanya takut engkau murka dengan apa yang hamba perbuat belakangan ini, Ya Allah, batin Julian menatap depan dengan tatapan kosong.
Ia merasa bersalah karena menyentuh perempuan yang bukan mahramnya. Karena jujur semenjak ditinggal bapaknya pergi untuk selamanya, ia takut dosa saat berinteraksi secara berlebih atau menyentuh lawan jenis yang bukan mahramnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Langit Subuh (Seson 1||SELESAI)
Teen FictionLangit Univers seson 1 Aku hanyalah perempuan akhir zaman yang sedang berusaha menahan diri untuk tidak ikut masuk ke dalam lubang kemaksiatan. Tapi, Allah lebih tahu bagaimana cara mencintai setiap hamba-Nya. ~Alesa Tirta Negara Lantas, bagaimana k...
